JAKARTA.
Nama Yoyoh Yusroh sempat mencuat bersamaan dengan rencana pernikahan kedua Ketua MPR Hidayat Nurwahid bulan depan. Maklum, wanita 46 tahun itu adalah mak comblang yang memperkenalkan Hidayat dengan calon istri, dr Diana Abbas Thalib. Mengapa di PKS, Yoyoh dianggap "spesialis" menjodohkan? Yoyoh adalah guru mengaji Diana. Dia juga rekan Hidayat di PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Ketika ditemui di kampus Institut Ilmu Quran di kawasan Ciputat, Tangerang, Banten, Sabtu lalu (19/4), Yoyoh menyambut ramah. "Pasti mau nanya-nanya soal pernikahan itu kan? " katanya langsung menebak maksud kedatangan Jawa Pos. Bagi Yoyoh, pemberitaan media tentang rencana pernikahan Hidayat merupakan berkah tersendiri bagi dakwah. "Ada banyak hikmah yang bisa diambil," ujar anggota Komisi VIII (Bidang Sosial, Agama, dan Pemberdayaan Wanita) DPR itu.Di lingkungan PKS, nama ustadah yang tinggal di Pondok Bambu, Jakarta Timur, itu memang tenar sebagai konsultan pernikahan dan keluarga.Bahkan, ada juga yang menjulukinya sosok "spesialis" menjodohkan. Yoyoh yang menikah dengan Budi Dharmawan, dikaruniai 13 anak. Sembilan putra dan empat perempuan. Di kalangan kader PKS, keluarga Yoyoh kerap dijadikan anutan. "Alhamdulillah anak-anak sekarang sebagian sudah mandiri," ujar Yoyoh. "Yang sulung kuliah semester akhir di UGM. Yang paling bungsu usianya lima tahun," ujar penerima penghargaan International Muslim Women Union 2003 itu.Putra sulungnya lahir pada 20 Desember 1985. Diberi nama Ahmad Umar Al Faruq. Sekarang Umar kuliah di Fakultas Ekonomi UGM. "Adiknya Umar kuliah di International University of Sarajevo, Bosnia. Alhamdulillah dia dapat beasiswa," ujar Yoyoh dengan mata menerawang bangga. Nama putra laki-laki keduanya itu, A Izza Jundana, lahir 15 April 1987. Putri ketiganya Asma Karimah, lahir September 1988. Sekarang kuliah di Fakultas Pertanian UGM. Putra keempat, Huda Robbani lahir Oktober 1990, masih SMA di Jakarta. Putra kelima, Shalahuddin Al Ayubi, menimba ilmu di sebuah SMK di Jogja. Dia lahir 13 April 1992. Putra keenam sampai kedelapan menimba ilmu di pesantren. Masing-masing Ja’far Athoyar (lahir Maret 1993) di Gontor. Salma Salimah lahir April 1994, nyantri di Ponpes Assyifa, Subang Jawa Barat. Lalu, Muhammad Ayyasy lahir 13 April 1996 di Ponpes Al Hikmah. "Alhamdulillah, Ayyasy ini sudah hafal Quran 30 juz, usianya 12 tahun," kata Yoyoh. Putra kesembilan Walid Ghazin, lahir Juli 1997. Putra kesepuluh Adil Gholib lahir September 1998. Putra kesebelas Abdulah Aminuddin, lahir 16 Januari 2000. Putri kedua belas Helma Hamimah lahir Juli 2001. "Si bungsu Rahma itu juga sudah bisa mandiri, tidak manja," kata Yoyoh. Rahma Rahimah, putri ragilnya lahir Januari 2003.Apa tidak repot mengurusi banyak anak? Yoyoh tersenyum. "Alhamdulillah banyak anak justru meringankan kita, apalagi sekarang sebagian besar mereka sudah mandiri," katanya. Yoyoh mengakui, dengan aktivitasnya yang padat, intensitas fisik menemani anak-anaknya tidak maksimal. "Tapi, yang penting sejak kecil tanamkan kesadaran berprestasi," ujarnya. Yoyoh juga selalu berbagi peran dengan sang suami. Budi Dharmawan usianya lebih tua satu tahun dari Yoyoh (lahir 17 April 1961). Budi juga sangat dikenal di kalangan kader PKS. Dia termasuk salah seorang pencetus kata "Sejahtera" saat Partai Keadilan dulu tidak lolos electoral threshold dan harus mengganti namanya. Aktivitas Budi, alumnus Fakultas Psikologi UI, sekarang menjadi staf ahli Menteri Pemuda dan Olahraga. "Dalam membina rumah tangga, yang penting prinsipnya saling memberi. Tidak ada yang superordinat atau subordinat antara laki-laki dan wanita. Sejak awal menikah komitmen itu harus ada," ujar Yoyoh.Jika dalam satu rumah saling menuntut, ujung-ujungnya kekacauan rumah tangga. "Kasus kekerasan dalam rumah tangga itu dua-duanya punya kontribusi lho," katanya.Bagi Yoyoh, laki-laki dan wanita punya keistimewaan masing-masing. Pria sering berpikir rasional dan analitis. Sedangkan perempuan lebih condong menggunakan perasaan. "Misalnya anaknya menangis tengah malam. Bapak capek dan besok harus kerja pagi. Maka bapak akan bilang ’jangan nangis ayo tidur’. Anak tidak diam, justru nangisnya lebih keras," ujar pendiri organisasi Persaudaraan Muslimah (Salimah) itu. Sebaliknya, kaum ibu akan menggunakan emosi hati. "Anak diangkat dari ranjang. Dipeluk, dibelai, dicium, tak lama biasanya tidur lagi," katanya. "Istilahnya, kalau ibu bisa menggendong anak dua jam, bapak biasanya tak betah lebih dari dua menit," ujar Yoyoh lantas tersenyum. Anggota Majelis Pertimbangan Partai PKS itu mengaku prihatin dengan maraknya kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga. "Untungnya, dalam undang-undang itu delik aduan, bukan delik umum. Kalau delik umum, siapa saja yang melihat dan mendengar pertengkaran bisa melapor ke polisi. Kalau itu terjadi, bisa ada perceraian masal di Indonesia," katanya. Yoyoh juga prihatin dengan kasus trafficking anak di bawah umur. "Ini terjadi karena orang tua kurang kuat iman. Tergiur oleh tawaran orang yang tidak bertanggung jawab," katanya. Perlindungan TKI di luar negeri, terutama terhadap tenaga kerja wanita, juga sangat lemah. "Saya masih menemui TKW yang berangkat tanpa skill. Istilahnya mereka modal sikil ( kaki) saja," katanya. Dengan kondisi perempuan yang masih seperti itu, Yoyoh bertekad menggulirkan perubahan. Selain aktif di DPR, Yoyoh rajin turun langsung ke daerah-daerah di seluruh Indonesia. "Sebagai prajurit partai, saya siap ditugaskan di mana pun," katanya. Anggota Dewan Pakar ICMI itu optimistis peran perempuan dalam kancah politik Indonesia semakin diperhitungkan. "Kalau ada sentuhan wanita, insya Allah politik jadi lebih indah, lebih santun, lebih damai. Seperti masjid jika diurusi oleh ibu-ibu, akan lebih wangi, harum dan bersih," katanya. (rdl/kum)
sumber : Jawa Pos Tgl. 22 April 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar