Selasa, April 22, 2008

Ass.Wr.Wb.
saya adalah seorang simpatisan PKS biasa yang mungkin belum banyak berbuat untuk agama, organisasi, partai da'wah dst. saya sudah memilih PKS sejak 2 x pemilu terakhir, yang dulu saya adalah mantan simpatisan partai yang lain. PKS adalah partai da'wah, berbeda dengan partai yang lain. kalau saya melihat orang-orangnya akan sangat berbeda kekompakannya, ukhuwahnya (psersaudaraannya), ikatan batinnya, semangat ibadahnya, perjuangan hidupnya, dll. Saya melihat PKS tidak memihak salah satu organisasi islam terbesar di indonesia, bahkan tidak membedakannya. saya kenal dengan Muhammadiyah n hidup dilingkungan NU jadi sedikit tahu tentang keduanya. Memang di PO sedikit ketara tentang kedua hal tsb n saya melihat di partai lain banyak yang berbasis massa tsb. Sehingga saya berpikir bahwa PKS sangat bijak berdiri ditengah-tengah. Tetapi PKS juga memperhatikan dalam pengkaderan peningkatan ilmu agamanya sehingga dalam melaksanakan ibadah n muamalah akan mengerti dasar-dasar hukumnya. Semenjak itu saya tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang PKS. Apalagi dalam sosial masyarakat PKS sangat peduli, contohnya; Bencana banjir kemarin pada Tgl. 26 - 27 Desember 2007 sangat terlihat dimasyarakat dalam membantu evakuasi, memberi makanan nasi bungkus, pengobatan gratis, dll. Saya sangat terkesan akan kepedulian sosial masyarakatnya. Selama ini banyak sekali program dan kegiatan PKS di Ponorogo atau pun di seluruh indonesia pada umumnya. Banyak masyarakat yang simpati terhadap PKS karena secara tidak sadar mereka sangat terbantu sehingga mereka salud bukan saja menjelang Pemilu aja dalam mengadakan suatu kegiatan melainkan hampir setiap minggu atau max 1 bulan sekali pasti ada kegiatan. Satu ganjalan saya dipartai lain yaitu biasanya organisasi massa islam mendorong untuk memilih ke salah satu partai sehingga seperti rebutan massa dalam organisasi islam. Karena secara PP salah satu organisasi mass islam tersebut tidak dibenarkan massa tsb dibawa ke partai, tetapi kenyataannya tidak bisa. Bahkan ada salah satu partai yang sangat membenci PKS karena mereka kalah di Pemilu 2004 kemarin. Mereka merasa massanya dicuri atau lari dari partainya n masuk di PKS. Apalagi mereka merasa PKS itu memanfaatkan sarana-sarana / masjid mereka untuk da'wahnya. Apalagi sampai tingkat sekolah yang nota bene bukan partai, karena ada berita diluar yang saya dengar sendiri bahwa tidak usah putrane sekolah di salah satu sekolah swasta karena mereka mencap bahwa sekolah tsb punya PKS. Kalau saya pikir kita tidak usah menyalahkan pihak lain karena perlu adanya evaluasi mengapa kok ditinggalkan massanya. Saya hanya menyayangkan kenapa sampai sejauh itu.. gara-gara partainya kalah sampai urusan lain terbawa-bawa. Kita sebagai masyarakat umum berhak memilih bebas dalam membeli suatu produk, ingat; pembeli adalah raja. Jadi tidak usah iri... kalau ada sekolah maju..dst. Saya berpikir sekarang banyak partai geger tapi PKS kok tidak pecah n malah adem ayem aja. Karena saya tahu bahwa orang yang masuk daftar CALEG PKS adalah orang yang diajukan bukan mengajukan sendiri, bahkan apabila ada orang yang ingin mengajukan diri masuk daftar CALEG maka orang tsb langsung dicoret. Kan terlihat orang-orangnya tidak ambisius. Jadi saya tetap pada pilihan saya bahwa PKS adalah partai da'wah yang mempunyai orang-orang yang tawadhu', jujur, profesional dll. Entah orang lain terserah pilihannya pada tahun 2009 nanti. Yang jelas saya akan tetap menjadi simpatisan n membantu PKS kalau saya bisa. Sebelum pamit saya mo bilang bahwa semoga saya dapat terus insten mengikuti kegiatan yang PKS adakan. Adapun Alamat DPD PKS Ponorogo di Jl. Parikesit No.91 Kepatihan Ponorogo Telp.0352-463380.
Semoga PKS tetap istiqomah seperti ini dan terus berkembang..amiin.
Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan, apabila ada masukan, pesan, komentar untuk blog ini dipersilahkan mengisi melalui Email PKS Ponorogo n nanti akan dipublikasikan. Semoga teman-teman dapat menambahnya. Akhir kata saya Semoga di Tahun 2009 nanti PKS dapat suara banyak n dapat mengajukan PILPRES sendiri. Semoga .. Allahu Akbar 3X...
Wass.Wr.wb. baca selanjutnya..

Yoyoh, Ibu 13 Anak yang Sukses di Politik

JAKARTA.
Nama Yoyoh Yusroh sempat mencuat bersamaan dengan rencana pernikahan kedua Ketua MPR Hidayat Nurwahid bulan depan. Maklum, wanita 46 tahun itu adalah mak comblang yang memperkenalkan Hidayat dengan calon istri, dr Diana Abbas Thalib. Mengapa di PKS, Yoyoh dianggap "spesialis" menjodohkan? Yoyoh adalah guru mengaji Diana. Dia juga rekan Hidayat di PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Ketika ditemui di kampus Institut Ilmu Quran di kawasan Ciputat, Tangerang, Banten, Sabtu lalu (19/4), Yoyoh menyambut ramah. "Pasti mau nanya-nanya soal pernikahan itu kan? " katanya langsung menebak maksud kedatangan Jawa Pos. Bagi Yoyoh, pemberitaan media tentang rencana pernikahan Hidayat merupakan berkah tersendiri bagi dakwah. "Ada banyak hikmah yang bisa diambil," ujar anggota Komisi VIII (Bidang Sosial, Agama, dan Pemberdayaan Wanita) DPR itu.Di lingkungan PKS, nama ustadah yang tinggal di Pondok Bambu, Jakarta Timur, itu memang tenar sebagai konsultan pernikahan dan keluarga.Bahkan, ada juga yang menjulukinya sosok "spesialis" menjodohkan. Yoyoh yang menikah dengan Budi Dharmawan, dikaruniai 13 anak. Sembilan putra dan empat perempuan. Di kalangan kader PKS, keluarga Yoyoh kerap dijadikan anutan. "Alhamdulillah anak-anak sekarang sebagian sudah mandiri," ujar Yoyoh. "Yang sulung kuliah semester akhir di UGM. Yang paling bungsu usianya lima tahun," ujar penerima penghargaan International Muslim Women Union 2003 itu.Putra sulungnya lahir pada 20 Desember 1985. Diberi nama Ahmad Umar Al Faruq. Sekarang Umar kuliah di Fakultas Ekonomi UGM. "Adiknya Umar kuliah di International University of Sarajevo, Bosnia. Alhamdulillah dia dapat beasiswa," ujar Yoyoh dengan mata menerawang bangga. Nama putra laki-laki keduanya itu, A Izza Jundana, lahir 15 April 1987. Putri ketiganya Asma Karimah, lahir September 1988. Sekarang kuliah di Fakultas Pertanian UGM. Putra keempat, Huda Robbani lahir Oktober 1990, masih SMA di Jakarta. Putra kelima, Shalahuddin Al Ayubi, menimba ilmu di sebuah SMK di Jogja. Dia lahir 13 April 1992. Putra keenam sampai kedelapan menimba ilmu di pesantren. Masing-masing Ja’far Athoyar (lahir Maret 1993) di Gontor. Salma Salimah lahir April 1994, nyantri di Ponpes Assyifa, Subang Jawa Barat. Lalu, Muhammad Ayyasy lahir 13 April 1996 di Ponpes Al Hikmah. "Alhamdulillah, Ayyasy ini sudah hafal Quran 30 juz, usianya 12 tahun," kata Yoyoh. Putra kesembilan Walid Ghazin, lahir Juli 1997. Putra kesepuluh Adil Gholib lahir September 1998. Putra kesebelas Abdulah Aminuddin, lahir 16 Januari 2000. Putri kedua belas Helma Hamimah lahir Juli 2001. "Si bungsu Rahma itu juga sudah bisa mandiri, tidak manja," kata Yoyoh. Rahma Rahimah, putri ragilnya lahir Januari 2003.Apa tidak repot mengurusi banyak anak? Yoyoh tersenyum. "Alhamdulillah banyak anak justru meringankan kita, apalagi sekarang sebagian besar mereka sudah mandiri," katanya. Yoyoh mengakui, dengan aktivitasnya yang padat, intensitas fisik menemani anak-anaknya tidak maksimal. "Tapi, yang penting sejak kecil tanamkan kesadaran berprestasi," ujarnya. Yoyoh juga selalu berbagi peran dengan sang suami. Budi Dharmawan usianya lebih tua satu tahun dari Yoyoh (lahir 17 April 1961). Budi juga sangat dikenal di kalangan kader PKS. Dia termasuk salah seorang pencetus kata "Sejahtera" saat Partai Keadilan dulu tidak lolos electoral threshold dan harus mengganti namanya. Aktivitas Budi, alumnus Fakultas Psikologi UI, sekarang menjadi staf ahli Menteri Pemuda dan Olahraga. "Dalam membina rumah tangga, yang penting prinsipnya saling memberi. Tidak ada yang superordinat atau subordinat antara laki-laki dan wanita. Sejak awal menikah komitmen itu harus ada," ujar Yoyoh.Jika dalam satu rumah saling menuntut, ujung-ujungnya kekacauan rumah tangga. "Kasus kekerasan dalam rumah tangga itu dua-duanya punya kontribusi lho," katanya.Bagi Yoyoh, laki-laki dan wanita punya keistimewaan masing-masing. Pria sering berpikir rasional dan analitis. Sedangkan perempuan lebih condong menggunakan perasaan. "Misalnya anaknya menangis tengah malam. Bapak capek dan besok harus kerja pagi. Maka bapak akan bilang ’jangan nangis ayo tidur’. Anak tidak diam, justru nangisnya lebih keras," ujar pendiri organisasi Persaudaraan Muslimah (Salimah) itu. Sebaliknya, kaum ibu akan menggunakan emosi hati. "Anak diangkat dari ranjang. Dipeluk, dibelai, dicium, tak lama biasanya tidur lagi," katanya. "Istilahnya, kalau ibu bisa menggendong anak dua jam, bapak biasanya tak betah lebih dari dua menit," ujar Yoyoh lantas tersenyum. Anggota Majelis Pertimbangan Partai PKS itu mengaku prihatin dengan maraknya kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga. "Untungnya, dalam undang-undang itu delik aduan, bukan delik umum. Kalau delik umum, siapa saja yang melihat dan mendengar pertengkaran bisa melapor ke polisi. Kalau itu terjadi, bisa ada perceraian masal di Indonesia," katanya. Yoyoh juga prihatin dengan kasus trafficking anak di bawah umur. "Ini terjadi karena orang tua kurang kuat iman. Tergiur oleh tawaran orang yang tidak bertanggung jawab," katanya. Perlindungan TKI di luar negeri, terutama terhadap tenaga kerja wanita, juga sangat lemah. "Saya masih menemui TKW yang berangkat tanpa skill. Istilahnya mereka modal sikil ( kaki) saja," katanya. Dengan kondisi perempuan yang masih seperti itu, Yoyoh bertekad menggulirkan perubahan. Selain aktif di DPR, Yoyoh rajin turun langsung ke daerah-daerah di seluruh Indonesia. "Sebagai prajurit partai, saya siap ditugaskan di mana pun," katanya. Anggota Dewan Pakar ICMI itu optimistis peran perempuan dalam kancah politik Indonesia semakin diperhitungkan. "Kalau ada sentuhan wanita, insya Allah politik jadi lebih indah, lebih santun, lebih damai. Seperti masjid jika diurusi oleh ibu-ibu, akan lebih wangi, harum dan bersih," katanya. (rdl/kum)
sumber : Jawa Pos Tgl. 22 April 2008.
baca selanjutnya..

Minggu, April 20, 2008

Hidayat Nurwahid meminang dokter asal Pasuruan


April 16, 2008

JAKARTA - Ketua MPR Hidayat Nurwahid segera mengakhiri hampir tiga bulan masa menduda. Diana Abbas Thalib, yang Senin malam (14/4) dilamarnya, berprofesi sebagai dokter. Dia dikenalnya sebulan lalu lewat proses ta’aruf (perkenalan) yang diakui mantan presiden PKS itu mirip adegan dalam film Ayat-Ayat Cinta.
Saat ditemui wartawan kemarin, Hidayat tak bisa menutupi rasa gembira menyambut rencana pernikahan pada 10 Mei mendatang. Senyumnya terus mengembang saat belasan wartawan mengucapkan selamat di ruang kerjanya, Kompleks Parlemen Senayan. “Benar, berita itu bukan gosip. Memang sengaja dilakukan dan sama sekali tidak iseng,” katanya.
Staf pimpinan MPR dan beberapa petugas keamanan sempat menahan wartawan untuk tidak masuk ke ruang Hidayat. Beberapa pertanyaan dilayangkan kepada wartawan. “Ini mau meliput apa? Mau tanya soal apa?” tanya seorang staf.
Rupanya gelagat wartawan yang akan mengonfirmasi acara lamaran pada Senin lalu sudah ditangkap Hidayat. “Paling saya ditanya bagaimana proses ketemunya kan? Soalnya, sudah beberapa wartawan bertanya seperti itu,” ujarnya.
Penjelasan soal pertemuannya dengan dr Diana Abbas Thalib dimulai Hidayat dengan menyebut nama anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) Komisi VIII Yoyoh Yusro. Wanita itulah, kata dia, yang berjasa mempertemukan dengan calon istrinya. “Kira-kira sebulan lalu saya dikenalkan dengan beliau (dr Diana) oleh Bu Yoyoh Yusro,” tutur ketua MPR itu mengawali cerita.
Diana yang juga direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Aliyah Pondok Indah, Jakarta, adalah salah satu murid mengaji Yoyoh. Pertemuan pertama dilakukan di rumah Yoyoh. Seperti proses ta’aruf dalam salah satu scene film Ayat-ayat Cinta, pertemuan tersebut dihadiri Hidayat, Yoyoh beserta suami, dan beberapa saksi. Di antaranya teman dr Diana bernama dr Femmy. “Di situlah pertama saya bertemu beliau (dr Diana, Red),” kata alumnus Pesantren Gontor, Jawa Timur, itu.
Setelah membaca pribadi masing-masing pada pertemuan pertama, Hidayat mulai mengomunikasikan figur calon istrinya itu kepada anak-anak, orang tua, dan mertua. Hidayat pulang ke Jogjakarta untuk menemui orang tua dan mertuanya. Gayung bersambut. “Pernyataan, pembicaraan, dan ekspresi mereka menyiratkan kalau mereka setuju,” ungkapnya dengan senyum mengembang.
Pertemuan antaranggota keluarga semakin intens. Bahkan, pertemuan terakhir terjadi Minggu (13/4). Saat itu Hidayat mengajak putra keempatnya, Hubaib Shidiqi, berkunjung ke rumah dr Diana di kawasan Kemang Selatan. Sore itu merupakan pertemuan pertama Hubaib dengan putra Diana, Nizar, 14. Ternyata keduanya mempunyai hobi yang sama. “Mereka (Hubaib dan Nizar) sama-sama suka Moto GP. Sama-sama suka Valentino Rossi dan suka sepak bola. Saya sendiri suka nonton balapan motor atau F1 di TV,” tambahnya.
Nizar adalah putra satu-satunya Diana. Empat tahun lalu wanita berdarah campuran Arab asal Pasuruan-Pekalongan berusia 42 tahun itu bercerai dari suaminya. Puluhan lamaran diajukan kepadanya, tetapi selalu berakhir tanpa pernikahan. “Beliau (dr Diana) mempertimbangkan perasaan putranya. Menurut beliau, sering putranya tidak setuju dengan calon ayahnya,” kisah Hidayat.
Setelah bertemu Hidayat dan putra keempatnya Minggu lalu, rupanya Nizar menemukan figur ayah dalam diri politikus asal Klaten, Jawa Tengah, itu. Waktu perkenalan yang hanya sebulan dirasa cukup untuk diproses ke jenjang lebih lanjut.
Meski terkesan buru-buru, rencana pernikahan itu sudah dianggap sangat mendesak bagi keluarga kedua mempelai dan para kolega Hidayat. Menurut Hidayat, desakan untuk segera menikah sudah santer diajukan kepadanya sejak istri pertama, Kastian Indrawati, meninggal dunia pada Januari 2008.
“Dua hari setelah istri saya meninggal, mertua saya sudah meminta agar saya segera menikah. Beliau juga mengerti agama. Laki-laki memang tidak ada masa iddah dalam Islam,” katanya.
Ditemui secara terpisah di rumahnya, Kemang Selatan IV, Jakarta Selatan, dr Diana mengaku tidak menyangka bahwa respons publik, khususnya media, atas rencana pernikahannya dengan Hidayat, begitu besar. “Nggak mengira bakal secepat ini. Padahal, acara hitbah (lamaran) kemarin cuma dihadiri keluarga dan teman dekat. Nggak tahu mengapa bisa jadi heboh begini,” katanya lantas tersenyum.
Menurut Diana, ayahnya dari Pasuruan dan ibu dari Jawa Tengah. “Tapi, sejak kecil saya tinggal di Jakarta,” ungkapnya.
Setelah lulus sebagai dokter umum dari Fakultas Kedokteran UKI (Universitas Kristen Indonesia) pada 1990, Diana mengambil gelar Magister Administrasi Rumah Sakit (MARSa) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia.
Selain menjadi direktur rumah sakit, Diana sudah dua tahun aktif di Yayasan Rahmatan Lil Alamin. Yayasan yang berada di Jalan Batu Merah, Pasar Minggu, Jakarta, itu bergerak di bidang pendidikan dan keagamaan.”Saya menjadi ketua bidang sosial yang membawahi program operasi katarak dan website golongan darah rhesus negatif,” kisahnya.

(Sumber : Jawa Pos)

April 17, 2008

Ta’aruf dengan dr Diana Abbas Thalib, Calon Istri Ketua MPR

Sebelum Lamaran, Tukar Foto lewat MurobbiNama Diana Abbas Thalib mendadak terkenal setelah dilamar Ketua MPR Hidayat Nurwahid. Hari pernikahan pun sudah ditentukan bulan depan. Bagaimana sebenarnya proses perkenalan duda dan janda itu? Siapa sosok Diana?
—————————————————
Jika tak ada aral melintang, Ketua MPR Hidayat Nurwahid tiga pekan lagi mengucapkan ijab kabul di Masjid Baiturrahim, kompleks DPR. Calon istrinya adalah dr Diana Abbas Thalib.
Diana mengaku kenal dengan Hidayat baru tiga minggu lalu. “Sebelumnya, hanya ketemu di surat kabar saja,” ujar Diana saat ditemui Jawa Pos di rumahnya, Kemang Selatan IV, Jakarta Selatan, Selasa lalu (15/4) menjelang azan magrib.
Rumah Diana yang baru didiami satu tahun itu berlantai dua. Saat itu sebuah sedan Mercedes-Benz hitam terparkir di garasi. Di ruang tamu terpajang hiasan keramik dan hiasan gelas-gelas.
Alumnus Fakultas Kedokteran UKI itu juga mengaku tidak pernah mengenal istri Hidayat, Kastian Indrawati, yang meninggal dunia Januari lalu akibat terserang kanker tiroid.
Diana mengaku, proses perkenalan atau ta’aruf antara dirinya dan Hidayat difasilitasi murobbi-nya (guru mengaji) yang juga anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) Yoyoh Yusroh. “Saya diperkenalkan di rumah beliau di kawasan Pondok Bambu,” kata wanita 42 tahun yang sore itu tampak anggun dengan baju kurung biru dipadu jilbab merah marun.
Nama Yoyoh sangat kondang di lingkungan internal akhwat (kader wanita) PKS. Bisa dibilang wanita kelahiran 14 November 1962 itu adalah “ibunya” seluruh akhwat. Jika ada yang mempunyai masalah, Yoyoh, ibu 13 anak itu, menjadi rujukan untuk mencari solusi.
Jam terbangnya di dunia pengaderan PKS juga sangat tinggi. Dia ikut merintis pendirian Partai Keadilan di awal-awal 1998. Jumlah mutarobbi (murid binaannya) tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Bisa dikatakan jika seorang wanita muslimah sudah direkomendasikan oleh Yoyoh, kader pria PKS pasti tsiqoh (percaya) kualitasnya.
Hidayat memberikan teladan bagi kader-kadernya dengan menjalani proses sejak mengirimkan biodata (daftar riwayat hidup) melalui Yoyoh. Tahap itu merupakan tahap pertama jika ada seorang ikhwan (kader pria) PKS hendak meminang seorang akhwat. Biodata itu akan dibawa oleh murobbi si wanita untuk dibaca dan dipertimbangkan. Tak jarang, jika tidak sreg, biodata tersebut dikembalikan.
Namun, jika cocok, giliran si wanita setor biodata. Data diri plus foto itulah yang akan dipelajari calon laki-laki. Jika setuju, selanjutnya dilakukan fase taaruf. Yakni, bertemu dan saling menjajaki karakter masing-masing. Itulah yang dilakukan Hidayat saat mengajak anaknya, Hubaib, bersilaturahmi ke rumah Diana untuk kali pertama. Saat itu, Hubaib langsung akrab dengan Nizar Muhammad, anak Diana.
“Setelah semua terlihat tidak ada masalah dan mendukung, jawabannya iya, kami langsung khitbah atau lamaran,” jelas Diana.
Senin malam lalu (14/4), Hidayat dan rombongan secara resmi mengajukan pinangan disaksikan Ketua Majelis Syura DPP PKS (lembaga tertinggi di partai itu) KH Hilmi Aminuddin. Setelah pinangan tersebut diterima, kini kedua keluarga sedang mempersiapkan acara besar dan syukuran walimatul ursy (resepsi pernikahan). Selama menunggu waktu itu, Diana dan Hidayat tetap membatasi aktivitas pertemuan.
Dalam adab Islam juga dikenal istilah kufu atau unsur setara. Orang Jawa mengistilahkannya dengan bibit, bobot, bebet. Di PKS, kualitas calon mempelai biasanya juga setara. Terutama dari level jenjang aktivitas kepartaiannya.
PKS menganut jenjang bertahap sejak level kader mula, kader muda, kader madya, kader dewasa, kader ahli, dan kader purna. Seorang ikhwan yang sudah memperoleh level kader madya biasanya mengajukan kriteria calon muslimah yang berada di level yang sama. Minimal dari sisi hafalan Alquran-nya. Jika Hidayat sudah mendapat predikat kader ahli, bisa dikatakan kualitas Diana setara dengan muslimah berjenjang yang sama.
Benarkah? Ditanya seperti itu, Diana menjawab rendah hati. “Waktu itu, saya berpikir simpel saja. Sebuah kehormatan bisa bertemu ketua MPR. Jadi, ekspektasi saya tidak terlalu tinggi supaya beban moralnya juga tidak terlalu tinggi,” ungkapnya.
Yang jelas, Diana siap menjadi istri politikus. Bahkan, bukan tidak mungkin calon ibu negara jika Hidayat maju dalam pilpres 2009. “Pada saat memutuskan beliau, tentu saya siap sebagai tugas istri pada umumnya, yaitu menjadi ibu rumah tangga dan mendukung setiap langkah suami,” tegasnya.
Diana saat ini berprofesi sebagai direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Aliyah Pondok Indah. Setelah lulus sebagai dokter umum dari Fakultas Kedokteran UKI (Universitas Kristen Indonesia) pada 1990, dia mengambil gelar magister administrasi rumah sakit (Mars) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia.
Selain memimpin rumah sakit, Diana sudah dua tahun aktif di Yayasan Rahmatan Lil Alamin. Yayasan yang berada di Jalan Batu Merah, Pasar Minggu, Jakarta, itu bergerak di bidang pendidikan dan keagamaan. “Saya menjadi ketua bidang sosial yang membawahkan program operasi katarak dan website golongan darah rhesus negatif,” katanya.
Dirunut dari silsilah keluarga, asal Diana adalah Pasuruan. Kakek Diana, almarhum M. bin Thalib, adalah tokoh yang disegani di kota itu. Bahkan, oleh warga di sekitar, semasa hidupnya sosok Abbas Thalib dikenal sebagai keluarga kaya yang dermawan.
Hingga sekarang, rumah Abbas Thalib masih berdiri kukuh di Jl Soekarno-Hatta 41, Kota Pasuruan.
Ketika didatangi wartawan Radar Bromo (Grup Jawa Pos) kemarin, rumah yang berdiri di atas lahan sekitar 5.000 meter persegi itu tampak lengang. Model bangunannya kuno.
Saat ini rumah tersebut ditinggali keluarga Fachir Thalib. Dia adalah adik kandung dr Abbas Thalib, ayah Diana. Berarti, Fachir adalah paman Diana.
“Kami memang menjaga rumah ini sebagai rumah sejarah keluarga besar M. bin Thalib,” kata Fachir kepada Radar Bromo kemarin.
Keluarga M. bin Thalib tergolong keluarga besar. Dari dua kali pernikahannya, M. bin Thalib punya 23 anak. Namun, 14 di antara 23 anak M. bin Thalib itu meninggal.
Fachir adalah anak ke-18 M. bin Thalib. Di antara anak-anak M. bin Thalib, hanya Fachir yang memilih tetap tinggal di rumah besar di Pasuruan itu bersama keluarganya. Tapi, meski dipisahkan jarak, komunikasi Fachir dengan kakaknya, Abbas, terjalin dengan baik.
Fachir juga sudah tahu bahwa Diana, keponakannya, akan menjadi istri Ketua MPR Hidayat Nurwahid. “Sebelum berita di koran, kami sudah mendengar kabar itu,” katanya. Fachir menceritakan, Diana lahir dan dibesarkan di Jakarta.
Ayahnya, Abbas Thalib, sudah hijrah ke Jakarta pada 1964. “Begitu lulus dari fakultas kedokteran, kakak saya, Abbas Thalib, memang sudah tinggal di Jakarta,” ceritanya.
Bapak enam putra itu sangat hafal sifat Diana. Putri kedua kakaknya itu terkenal ringan tangan. Diana sangat peduli sama keluarga, atau orang-orang sekitar. Dia juga periang. “Yang paling menonjol adalah sifat mandirinya,” katanya.
Hal itu dibenarkan Adib, putra Fachir. “Meski dia di Jakarta, kami sangat intens berkomunikasi,” kata pria 34 tahun itu. “Kalau libur, Kak Diana sering pulang ke Pasuruan,” lanjutnya.
Rumah besar yang ditinggali keluarga Fachir itu bisa menampung banyak orang. Terdapat lima kamar utama masing-masing berukuran sekitar 5 m x 9 m. Belum lagi, tiga paviliun yang siap pakai. Tapi, kini terpaksa kosong karena penghuninya hanya sedikit.
Beberapa warga Pasuruan mengenal keluarga besar M. bin Thalib sebagai orang kaya dan terpandang. “Mereka keturunan keluarga kaya. Ya, kalau zaman hidupnya, almarhum Yik bin Thalib itu paling kaya di Pasuruan,” ungkap Bambang Sugeng, warga Jl KH Abdul Hamid, Pasuruan. Di masa hidupnya, kakek Diana dikenal sebagai pemilik sarang burung walet.
Soal rencana pernikahan Diana dengan Hidayat Nurwahid, Adib bersama kakaknya, Hanief, ikut gembira. “Kami sangat menghargai pilihan Kak Diana. Dan, kami yakin, itu yang terbaik untuk dia dan keluarga,” ungkap Adib.
Kini keluarga besar Diana di Pasuruan hanya tinggal menunggu undangan. Bila benar, rencana menikah dipastikan 10 Mei, mereka berjanji akan datang.

(Sumber : Jawa Pos)
baca selanjutnya..

Rabu, April 16, 2008

PKS dan PAN Dukung Debat Publik Capres

Debat publik yang dilakukan kandidat presiden dan wakil presiden akan memberikan gambaran kepada rakyat tentang kualitas pemimpin yang akan memperoleh tanggung jawab memerintah.Jakarta, Kompas - Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional berharap porsi debat publik dalam pemilu presiden mendatang bisa diperbanyak.Debat publik yang dilakukan kandidat presiden dan wakil presiden akan memberikan gambaran kepada rakyat tentang kualitas pemimpin yang akan memperoleh tanggung jawab memerintah.Hal itu disampaikan Ketua Departemen Politik, Pertahanan, dan Keamanan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Al Muzzammil Yusuf dan Ketua Balitbang Partai Amanat Nasional (PAN) Sayuti Asyathri di Jakarta, Selasa (8/4).”Kualitas dan kuantitas acara siaran langsung di TV dan radio yang menampilkan capres dan cawapres disiarkan secara nasional dan dengan anggaran negara melalui KPU akan sangat signifikan manfaatnya bagi rakyat,” ujar Al Muzzammil.Apalagi, menurut Al Muzzammil, belanja iklan kampanye kandidat presiden di media massa pada pemilu lalu sangat besar.Sekadar mencontohkan, menurut Al Muzammil, belanja iklan kampanye Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla jumlahnya mencapai 84,2 persen dari total dana kampanye. Sementara Megawati-Hasyim Muzadi mencapai 72,87 persen dari total dana kampanye.Selain dari sisi anggaran kampanye, menurut Al Muzzammil, debat publik yang dilakukan secara intensif dan mendalam akan membantu publik lebih yakin dengan kemampuan kandidat pemimpin yang dipilihnya.”Tantangan bangsa ini ke depan sangat berat. Jika kandidat presiden-wapres hanya menyampaikan visi misinya, maka rakyat belum bisa melihat kemampuan pemimpinnya. Karena visi misi itu bisa dibuatkan oleh para pakar,” ujarnya.Atasi kendala danaJika kampanye debat publik diselenggarakan KPU, menurut Al Muzzammil, hal itu akan sangat membantu capres-cawapres yang potensial tetapi terkendala dana sehingga tidak bisa memperlihatkan kemampuan dirinya kepada publik melalui iklan-iklan di media masa.”Mestinya, kita bisa mencontoh praktik di luar negeri tentang dana kampanye kandidat yang diatur secara ketat, bahkan dana pribadi pun dibatasi, sehingga dana kampanye juga dominan dengan dukungan fasilitas negara,” ujarnya.Senada dengan Al Muzzammil, Sayuti mengatakan, debat publik akan memperlihatkan kemampuan kandidat presiden. Rakyat juga perlu mengetahui sendiri kemampuan calon pemimpinnya.”Jadi bukan sekadar diceritakan oleh juru kampanye,” ujarnya.Debat publik, menurut Sayuti, akan memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Apalagi, dalam debat itu juga ditawarkan solusi atau langkah konkret yang akan dilakukan kandidat presiden jika terpilih.”Saya kira kualitas pemilu mendatang akan lebih baik dibandingkan pilpres 2004 jika debat publiknya makin banyak,” ujarnya. (MAM)Sumber: KompasUrl: http://kompas.co.id/kompascetak/read.php?cnt=.xml.2008.04.09.01102195&channel=2&mn=159&idx=159Pengirim: Mohammad Yusuf baca selanjutnya..

PKS Makin Serius Usung Capres Muda JAKARTA

Setelah pasangan Ahmad Heryawan - Dede Yusuf (Hade) menang di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat (Jabar), PKS makin serius akan mengusung calon presiden (capres) muda pada Pilpres mendatang. Capres muda yang dimaksud berusia di bawah 60 tahun. Rencananya, PKS akan memasukkan persoalan ini dalam daftar inventarisasi masalah (DIM) RUU Pilpres. Bahkan, untuk memuluskan keinginan tersebut, PKS akan melobi fraksi lainnya di DPR.Ketua Fraksi PKS Mahfudz Shiddiq mengatakan, kemenangan pasangan Hade dalam Pilgub Jabar memberi sinyalemen bahwa rakyat makin kuat membutuhkan figur-figur pemimpin young and fresh. Menurut dia, selama 10 tahun, reformasi masih memunculkan figur-figur lama dan tua. Hal itu disebabkan mandeknya regenerasi kepemimpinan di era Orde Baru. "UU Pilpres harus berani mendorong tampilnya kepemimpinan muda di level nasional," kata Mahfudz, kemarin.Menurut dia, kesempatan tampilnya pemimpin muda sudah dibuka melalui revisi terbatas UU 32/2004 tentang Pemda. Dalam revisi tersebut ditetapkan bahwa usia minimal calon bupati (cabup) 25 tahun. Karena itu, pihaknya berharap semangat regenerasi dalam UU Pemda bisa menular dalam pembahasan RUU Pilpres. "PKS selalu siap mempelopori tampilnya figur-figur pemimpin young and fresh," tandas anggota Komisi II DPR ini. Pendapat serupa disampaikan anggota Fraksi PKS Al Muzzammil Yusuf. Menurut dia, fenomena kemenangan Hade mengisyaratkan bahwa publik menghendaki kepmimpinan muda yang energik, tidak ada beban masa lalu. "Rakyat sangat membutuhkan perubahan yang bisa mengembalikan arah reformasi," ungkap anggota Pansus RUU Pilpres ini.Pihaknya optimistis fenomena Pilkada Jabar akan terulang dalam Pilpres 2009. Menurut dia, jika ada generasi muda berani tampil pada 2009 berpotensi menang. Terlebih, jika pasangan capres muda juga akan mengakomodasi kabinet muda. "Kalau kondisi ekonomi rakyat kecil semakin susah, maka kombinasi citra capres muda, energik, reformis, bersih, visioner dengan terobosan ?radikal' akan membius publik," ujar anggota Komisi I DPR ini.Sementara itu, Direktur Eksekutif Reform Institute Yuddy Latief menyatakan, rakyat memerlukan figur pemimpin yang mampu melakukan perubahan. Potensi perubahan itu hanya terjadi lewat perpaduan tokoh muda dan senior. "Pemilih kaum muda mencapai 80 juta. Kalau didukung kalangan muda peluang menang makin besar," katanya.Hanya saja, kaum muda pelu kerja keras jika ingin maju dalam Pilpres 2009. Sebab, para elite senior parpol tidak mudah untuk memberikan kesempatan kepada tokoh muda. Menurut dia, sistem politik Indonesia masih berpihak kepada tokoh lama dan senior."Saat ini publik berharap kepemimpinan nasional mendatang mengakomodasi tokoh-tokoh muda. Namun, kesempatan di internal parpol tidak terlalu besar," katanya.Pengamat politik dari Soegeng Sarjadi Syndicated (SSS) Sukardi Rinakit mengatakan, publik memiliki kecenderungan memilih tokoh-tokoh muda dan tokoh berpengalaman yang baru muncul. Alasannya, mereka dinilai lebih berani dalam mengambil keputusan dan kebijakan strategis. "Tokoh muda dinilai publik lebih berani membuat kebijakan pro rakyat," ujar Sukardi. (Ahmad Baidowi/Sindo/sis)Sumber: okezone.com Url: http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/04/16/1/100934/pks-makin-serius-usung-capres-mudaPengirim: Mohammad Yusuf Update: 16/04/2008 Oleh: Mohammad Yusuf baca selanjutnya..

BIOGRAFI DR. H.M. HIDAYAT NUR WAHID, M.A

Ia politisi, uztad dan cendekiawan yang bergaya lembut serta menge-depankan moral dan dakwah. Sosoknya semakin dikenal masyarakat luas setelah ia menjabat Presiden Partai Keadilan (PK), kemudian menjadi Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai ini memperoleh suara signifikan dalam Pemilu 2004 yang mengantarkannya menjadi Ketua MPR 2004-2009. Kepemimpinnya memberi warna tersendiri dalam peta perpolitikan nasional.
Nama : DR. H.M. HIDAYAT NUR WAHID, M.A
Lahir : Klaten, 8 April 1960
Agama : Islam
Jabatan : -Ketua MPR 2004-2009
- Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera
Isteri : Hj. Kastrian Indriawati
Anak : 1. Inayatu Dzil Izzati
2. Ruzaina
3. Alla Khairi
4. Hubaib Shidiqi

Pendidikan:
- SDN Kebondalem Kidul I, Prambanan Klaten, 1972
- Pondok Pesantren Walisongo, Ngabar Ponorogo, 1973
- Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, 1978
- IAIN Sunan Kalijogo, Yogyakarta ( Fakultas Syari’ah), 1979
- Fakultas Dakwah & Ushuluddin Universitas Islam Madinah Arab Saudi, 1983
Judul Skripsi “ Mauqif Al-Yahud Min Islam Al Anshar”
- Program Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah Arab Saudi, jurusan Aqidah, 1987
Judul Skripsi “ Al Bathiniyyaun Fi Indonesia,”Ardh wa Dirosah”
- Program Doktor Pasca Sarjana Universitas Islam Medina, Arab Saudi, Fakultas Dakwah & Ushuludiin, Jurusan Aqidah, 1992
Judul Diskripsi “Nawayidh lir Rawafidh Lil Barzanji, Tahqiq wa Dirosah”

Pekerjaan:
1. Dosen Pasca Sarjana Magister Studi Islam, UMJ
2. Dosen Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum, UMJ
3. Dosen Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dosen Fakultas Ushuluddin (Program Khusus) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Dosen Pasca Sarjana Universitas Asy-Syafi’iyah, Jakarta
6. Ketua LP2SI (Lembaga Pelayanan Pesantren dan Studi Islam) Yayasan Al-Haramain, Jakarta
7. Dewan Redaksi Jurnal “Ma’rifah”
8. Ketua Forum Dakwah Indonesia

Organisasi:
- Anggota PII, 1973
- Andalan Koordinator Pramuka Gontor bidang kesekretariatan, 1977 – 1978
- Training HMI IAIN Yogyakarta, 1979
- Sekretaris MIP PPI Madinah, Arab Saudi, 1981 – 1983
- Ketua PPI Arab Saudi, 1983 – 1985
- Peneliti LKFKH (Lembaga Kajian Fiqh dan Hukum) Al Khairot
- Anggota Pengurus badan Wakaf Pondok Modern Gontor, 1999

Seminar dan Karya Ilmiah:
1. Menghadiri undangan MASG di IIlinois, AS, 1994 (Menyampaikan prasaran)
2. Menghadiri undangan International Islamic Student Organisation di Istambul, Turki, 1996
3. Seminar Internasional madrasah wak Tanjung Al-Islamiyyah, Singapore, 1998 (Menyampaikan makalah).
4. Menghadiri undangan Seminar International dari Moslem Association of Britain di Manchester dan London.
5. Seminar mahasiswa Indonesia di Malaysia, 1999 (Menyampaikan makalah).
6. Seminar Internasional dari LIPIA dari Universitas Imam Muhammad bin Saud Riyadh, di Jakarta (Menyampaikan makalah), 1999 bersama KH. Irfan Zidny, MA, Prof.Ismail Sunni dan KH. Abdullah Syukri Zarkasi, MA.
7. Menghadiri seminar Internasional di Universitas Ibnu Khaldun, Bogor, bekerjasama dengan Universitas Imam Muhammad Saud, Jakarta 1999.
8. Menghadiri undangan festival nasional dan seminar internasional Janadriyah, Riyad, Arab Saudi (tahun 2000) bersama Prof. Dr. Nurcholis Madjid dan Prof. Dr. Amien Rais.
9. Menghadiri undangan seminar Perkembangan Islam di Eropa dari Islamiska Forbundet I Sverige, Stockholm, Swedia.
10. Berbagai seminar di dalam negeri
11. Membimbing dan menguji tesis master mahasiswa pasca sarjana Universitas Muhammadiyah dan IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Kata Pengantar buku-buku terjemahan:
• Prinsip-prinsip Islam untuk kehidupan oleh Prof. Sholeh Shawi
• Ensiklopedi Figh wanita oleh Prof. Abdul Karim Zaid (cetakan Rabbani Pres)
• Pengantar studi Islam oleh Ust. Prof. Yusuf Al Qordhowi (cetakan Al-Kautsar)
• As-Sunnah sebagai sumber ilmu dan kebudayaan oleh Ust. Prof. Yusuf Al Qordhowi (cetakan Al-Kautsar)
• Fitnah Kubro, klarifikasi sikap para sahabat oleh Prof. Amhazun (cetakan Al-Haramain)
• Kajian atas kajian Hadits Misogini (dalam buku Feminisme)
• Tadabbur Surah Al Kahfi (dalam bulletin Tafakkur)
• Tadabbur Surah Yasin (dalam bulletin Tafakur)
• Editor terjemah tafsir Ibnu Katsir
• Menulis rubrik HIKMAH di harian REPUBLIKA
• Beberapa makalah diseminar-seminar
• Tajdid sebagai sebuah harakah (jurnal Ma’rifah)
• Revivalisme Islam dan Fundamentalisme sekuler dalam sorotan sejarah (dalam buku menggugat gerakan pembaharuan Islam)
• Inklusivisme Islam dalam literatur klasik (dalam jurnal Profetika)

Alamat :
Jl. H. Rijin No. 196, Jati Makmur, Pondok Gede, Bekasi

Kantor Pusat PKS
Gedung Dakwah Keadilan
Jl. Mampang Prapatan Raya No 98 D-E-F
Jakarta - Indonesia
Telp +62-21-7995425
Fax +62-21-7995433



Dr HM Hidayat Nur Wahid, MA

Kedepankan Moral dan Dakwah


Ia politisi, uztad dan cendekiawan yang bergaya lembut serta menge-depankan moral dan dakwah. Sosoknya semakin dikenal masyarakat luas setelah ia menjabat Presiden Partai Keadilan (PK), kemudian menjadi Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai ini memperoleh suara signifikan dalam Pemilu 2004 yang mengantarkannya menjadi Ketua MPR 2004-2009. Kepemimpinnya memberi warna tersendiri dalam peta perpolitikan nasional.

Setelah terpilih menjadi Ketua MPR, dia pun mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum DPP PKS, 11 Oktober 2004. Majelis Surya DPP PKS memilih Tifatul Sembiring menggantikannya sampai akhir periode (2001-2005).



Sudah menjadi komitmen partainya, setiap kader tidak pantas merangkap jabatan di partai manakala dipercaya menjabat di lembaga kenegaraan dan pemerintahan (publik). Hal ini untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan jabatan. Sekaligus untuk dapat memusatkan diri pada jabatan di lembaga kenegaraan tersebut.



Dosen Pasca Sarjana UAIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini tidak pernah bercita-cita jadi politisi. Namun setelah memasuki kegiatan politik praktis namanya melejit, bahkan dalam berbagai poling sebelum Pemilu 2004 namanya berada di peringkat atas sebagai salah seorang calon Presiden atau Wakil Presiden. Namun dia mampu menahan diri, tidak bersedia dicalonkan dalam perebutan kursi presiden kendati PKS dengan perolehan suara 7 persen lebih dalam Pemilu Legislatif berhak mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden. Dia menyatakan akan bersedia dicalonkan jika PKS memperoleh 20 persen suara Pemilu Legislatif.



Pada Pemilu Presiden putaran pertama PKS mendukung Capres-Cawapres Amien Rais-Siswono. Lalu karena Amien-Siswono tidak lolos ke putaran kedua, PKS mendukung Capres-Cawapres Susilo BY dan Jusuf Kalla dalam Pilpres putaran kedua. Dukungan PKS ini sangat signifikan menentukan kemenangan pasangan ini.

Kemudian partai-partai pendukung SBY-Kalla plus PPP (keluar dari Koalisi Kebangsaan) yang bergabung di legislatif dengan sebutan populer Koalisi Kerakyatan mencalonkannya menjadi Ketua MPR. Hidayat Nur Wahid sebagai Calon Paket B (Koalisi Kerakyatan) ini terpilih menjadi Ketua MPR RI 2004-2009 dengan meraih 326 suara, unggul dua suara dari Sucipto Calon Paket A (Koalisi Kebangsaan) yang meraih 324 suara, dan 3 suara abstain serta 10 suara tidak sah. Pemilihan berlangsung demokratis dalam Sidang Paripurna V MPR di Gedung MPR, Senayan, Jakarta 6 Oktober 2004.
Koalisi Kerakyatan mencalonkan Paket B yakni Hidayat Nur Wahid dari F-PKS sebagai calon ketua dan AM Fatwa dari Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN), serta dua dari unsur Dewan Perwakilan Daerah (DPD) BRAy Mooryati Sudibyo dari DKI Jakarta dan Aksa Mahmud dari Sulawesi Selatan masing-masing sebagai calon wakil ketua. Sedangkan Koalisi Kebangsaan mencalonkan Paket A yakni Sucipto dari Fraksi PDI Perjuangan sebagai calon ketua, kemudian Theo L. Sambuaga dari Fraksi Partai Golkar dan dua unsur DPD Sarwono Kusumaatmaja dari DKI Jakarta dan Aida Ismet Nasution dari Kepulauan Riau, masing-masing sebagai calon wakil ketua.
Kepemimpinan di PKS

Dalam memimpin PKS, ia bertekad menjadikan partai ini merupakan solusi bagi permasa-lahan bangsa. Dalam wawancara dengan Wartawan TokohIndonesia DotCom, ia mengatakan, partainya tidak semata-mata ingin ikut dan memenangkan Pemilu, melainkan kehadiran PKS harus merupakan solusi bagi permasalahan bangsa. (Baca Wawancara)

PKS datang sebagai bagian dari solusi. Caranya adalah dengan tidak menjalankan politik kotor, menghalalkan segala cara, politik yang menolerir korupsi. Maka, kalau ada tokoh yang mempunyai massa besar tapi moralitas Islamnya bermasalah, tidak mempunyai tempat di PK (PKS). Partai ini lebih memilih menjadi partai yang kecil tapi signifikan ketimbang harus merusak citra Islam hanya dengan dalih vote getter.

Begitu pula dalam memilih koalisi. PKS membuka diri untuk bekerja sama dengan beragam partai yang tetap berkomitmen dengan politik yang bersih, peduli, bermoral dan berpegang pada cita-cita reformasi.

Bagi PKS, dalam berpolitik keberkahan adalah hal yang utama. Kemenangan bukan tujuan PKS. ”Itulah sebabnya kalau bukan lantaran pertolongan Allah swt mustahil PK (PKS) bisa melangkah seperti sekarang. Ini semua bagian dari tadbir rabbani (pengaturan Allah),” kata pria kelahiran Klaten 8 April 1960, yang juga aktif dalam gerakan menolak perang dan rencana serangan militer Amerika Serikat ke Irak dan tindakan tidak berperikemanusiaan Israel kepada Palestina.

Ia dalam memimpin PK sangat selektif dalam soal kepemimpinan dan kepengurusan. Namun bukan berarti partai ini eksklusif. Karena menurutnya, soal eksklusif atau tidak itu soal persepsi. Sebab, pada tingkat konstituen, PKS terbuka terhadap siapa pun, termasuk kalangan nonmuslim. Ia mengakui, dengan menyatakan diri sebagai partai Islam, PK (PKS) pernah dianggap eksklusif, bahkan sempat dicap fundamentalis. ”Ya, itu bisa eksklusif jika Islam dipahami sebagai sesuatu yang sangat terbatas dan sangat angker. Tapi itu bisa inklusif jika Islam dipahami sebagai sebuah paradigma,” katanya.

Sebagai sebuah paradigma, jelasnya, Islam sedikitnya meliputi empat hal. Pertama, al-islam itu sendiri, yakni penyerahan diri kepada Allah Sang Pencipta. Kedua, al-silm, yang berarti kedamaian. Ketiga, al-salam, artinya kesejahteraan. Keempat, al-salamah, yang artinya keamanan atau keselamatan.

Itulah nilai-nilai Islam yang berlaku universal. Tapi, menurut-nya, yang terpenting memang perilaku kader PK itu sendiri. Apakah mereka bisa bekerjasama secara konstruktif dengan pihak-pihak lain atau tidak. ”Sejauh yang kami lihat, kawan-kawan PK, termasuk yang ada di lembaga perwakilan, umumnya bisa bekerja-sama dengan pihak lain dalam membela kebenaran,” kata alumnus Universitas Islam Madinah ini.

Dalam rangka memperluas dukungan, pihaknya tidak begitu saja mau menerima orang. Menurutnya, kalau ada organisasi yang begitu saja mudah menerima orang-orang yang biasa disebut ‘kutu loncat’ itu lantaran ia punya massa atau sumber daya dana yang besar, maka itu menunjukkan bahwa organisasi itu gagal dalam kaderisasi dan soliditasnya, apalagi untuk tingkat elit. Dan pada gilirannya organisasi itu akan menjadi mandul.

Dalam sebuah partai, menurut-nya, ada dua hal yakni massa dan pemimpin. Sama halnya dengan dakwah, kalau partai ini dipimpin oleh orang yang punya massa banyak tapi secara moral bermasa-lah, misalnya berperilaku maling, maka kita bukan lagi sedang men-jalankan Islam tapi malah menipu masyarakat dan perpolitikan kita.

Ia menegaskan bahwa partainya tidak mau seperti itu. Karena pada hakekatnya politik PKS adalah politik Islam yang asasnya Islam dan visinya dakwah dan pelayanan.
Karena itu, PKS tidak perlu memasukkan hal-hal yang syubhat, apalagi yang haram, walaupun hal itu bisa mendatangkan kepuasan. Sebab, menurutnya, kalau itu dilakukan juga, maka yakinlah bahwa umur dakwah ini akan sangat pendek. Sebentar saja akan muncul berbagai konflik yang luar biasa, fitnah yang tidak karuan yang pada akhirnya akan mematikan dakwah.

Dalam bekerjasama dengan pihak lain, prinsipnya, PKS tidak pernah memetakan pihak lain dalam posisi yang selalu benar atau selalu salah. Meski demikian PKS selalu melihatnya secara kritis. Karena itu, katanya, PKS tidak pernah pilih-pilih untuk bekerja sama, selama itu menyangkut kemaslahatan dan membela kebenaran. Sebaliknya, PKS akan selalu tegas menolak, jika itu menyangkut kemudaratan atau upaya mengaburkan kebenaran.

Selama kepemimpinannya, PKS selalu tampil simpatik dalam menyikapi berbagai masalah dalam negeri maupun dunia. Termasuk dalam menyikapi konflik antara orang Islam dan non Islam seperti di Maluku, PKS tidak bersikap reaktif seperti Laskar Jihad. Juga dalam menyikapi ancaman perang yang dilancarkan AS ke Irak. PKS melakukan demo besar-besaran, tetapi sangat tertib dan simpatik. Hal ini didasari pemahaman kader partai ini tentang Islam.

“Pemahaman ini menjadi landasan etis bagi kami dalam menyikapi suatu peristiwa dan melakukan dakwah. Di satu sisi, kami memang mencoba memahami bahwa gerakan-gerakan seperti itu merupakan akibat dari akumulasi kekecewaan terhadap kelambanan pemerintah menangani berbagai kasus. Tapi kami lebih memilih gerakan simpatik. Kami mencoba memberikan kontribusi riil, seperti bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi,” katanya.

Partai ini juga tidak ikut latah membentuk atau menggerakkan pasukan ataupun satgas seperti dilakukan organisasi dan partai lain. Karena, menurutnya, itu urusan negara, jangan memberi peluang masayarakat sipil untuk berperang. Sebab, akibatnya akan lebih kacau. Islam sendiri jelas-jelas melarang segala bentuk pengrusakan. Jangankan pembinasaan terhadap sesama manusia, pengrusakan tempat ibadah agama lain pun tidak diperbolehkan. Kecuali jika tempat tersebut telah beralih fungsi menjadi tempat makar atau tempat maksiat. Itu pun yang melakukannya tetap harus negara, bukan rakyat sipil.

Partai ini lebih memilih mempunyai kepanduan daripada laskar atau satgas. Pandu ini berpakaian biasa, sikapnya pun ramah-tamah. Sebab, ia juga berpandangan bahwa soal keamanan dan ketertiban adalah tugas aparat negara, yakni tentara dan polisi. Maka yang perlu didorong adalah agar tentara dan polisi harus profesional. Tidak perlu ikut merambah ke bidang-bidang lain, misalnya lewat dwifungsi.

Penuh Tawakal
Ia tak pernah menargetkan atau memprogramkan mau jadi apapun, termasuk menjadi ketua partai. Ia mengaku menjalani hidup mengalir begitu saja dengan penuh tawakal. ”Dan Alhamdulillah, hidup saya berjalan dengan lancar,” katanya. Sepanjang pengalaman pribadinya, ia merasa Allah membimbing dan memberikan yang terbaik buatnya. Ini yang membuatnya semakin yakin bahwa Allah itu Mahabijak, Mahakuasa dan takdir itu memang ada.

Termasuk memilih sekolah setelah lulus SD. Ia sendiri tidak pernah berpikir, berangan-angan untuk masuk ke Pondok Pesantren Darussalam Gontor. Ia dimasukkan ayahnya ke Gontor karena banyak saudaranya yang sekolah di sana. Dan, Alhamdulillah, selama mengenyam pendidikan di Gontor, ia selalu ranking pertama atau kedua.
Kemudian ia melanjutkan studi ke Madinah. Sama seperti masuknya ke Gontor, ia pun tidak pernah berpikir untuk kuliah di luar negeri, Timur Tengah atau Madinah. Ia justru berkeinginan masuk ke Fakultas Kedokteran UGM yang memang menjadi favorit bagi anak-anak seusianya di SMA.

Tapi sewaktu ia lulus, ia dipanggil kyai dan diberi ijazah, ada seorang kawan yang bilang bahwa mubadzir kalau ijazah dari Gontor hanya untuk meneruskan studi di dalam negeri. Lalu si kawan itu mengusahakan agar ia sekolah ke luar negeri. Akhirnya ia kuliah di Universitas Islam Madinah. Padahal sampai saat itu ia belum punya keinginan untuk ke luar negeri. Tidak tanggung-tanggung, selama 13 tahun, suami Hj Kastrian Indriawati yang telah dikaruniai dua orang putri dan empat orang putra itu menimba ilmu keislaman di bumi tempat Rasullulah SAW dimakamkan.

Setelah selesai S-1, ia pun tidak terpikir untuk melanjutkan ke S-2. Tapi tiba-tiba namanya masuk nominasi untuk ikut ujian S-2. Hari itu ia dapat informasi dari orang lain dan hari itu juga ia harus menempuh ujiannya. Dan tenyata alhamdulillah lulus.
Ketika masuk S-3 pun ia tidak punya niat sama sekali. Dosen pembimbingnya yang agak memaksa supaya ia mengambil peluang S-3 yang diberikannya. Padahal waktu itu, ia sudah ngotot untuk pulang ke Indonesia untuk berdakwah. Sepulang dari tanah suci, ia aktif dalam berbagai kegiatan dakwah sebelum terjun di dunia politik tahun 1999.

”Begitulah hidup saya bergulir tanpa terencana sampai akhirnya hampir tiga belas tahun saya tinggal di Madinah. Ketika bikin partai pun saya tidak pernah terpikir sama sekali sebelumnya. Pokoknya mengalir begitu saja,”kata politisi yang bercita-cita jadi penulis itu.

Kesibukannya di partai tentu menyita waktu yang biasanya ia gunakan untuk keluarga. Tapi ia merasa diuntungkan oleh keluarganya. ”Istri saya adalah tamatan Mu’allimat Yogya yang mantan aktivis organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah di tingkat nasional. Sehingga sedikit banyak manajemen keluarga kami bisa lebih teratur,” kata pria yang sebelumnya tidak pernah bercita-cita menjadi politisi ini.

Tapi meski begitu, ia berusaha berlaku adil karena bagaimana pun segala sesuatu punya hak, apalagi keluarga. ”Dan insya Allah saya akan tetap berkomitmen untuk membina keluarga serta di sisi lain mengurus dakwah di partai, karena keduanya merupakan hal yang saling melengkapi bukan saling menafikan,” katanya, lalu menjelaskan mengapa ia memilih tinggal dekat dengan Islamic Centre Iqro. Tak lain adalah agar kontrol terhadap anak-anak juga berlangsung lebih baik karena lingkungan itu memang sudah cukup terkondisikan dengan baik.

Pemuka Agama
Latarbelakang kehidupan keluarganya juga sangat mempengaruhi perjalanan hidupnya. Di kampung kelahirannya, keluarganya memang termasuk keluarga pemuka agama. Kakeknya bahkan merupakan tokoh Muhammadiyah di Prambanan. Ayahnya, sekalipun berlatar NU, juga pengurus Muhammadiyah, dan ibunya aktivis Aisyiah.
Namun, ayah dan ibunya tidak pernah secara khusus memaksakan-nya untuk masuk Muhammadiyah. Malah ia aktif di Yayasan Alumni Timur Tengah yang banyak orang NU-nya. Jadi kini ia Muhammadiyah juga NU.

Ia memang tumbuh dalam keluarga yang aktif berorganisasi. Mungkin karena itu, di Pesantren Modern Gontor, di samping menjadi pengurus OSIS, Hidayat pun anggota PII (Pelajar Islam Indonesia). Ketika melanjutkan sekolah di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi, ia pun sempat menjadi ketua perhimpunan mahasiswa asal Indonesia. Dan ia terpaksa berurusan dengan KBRI setempat, karena ia mempersoalkan “Asas Tunggal” dan Penataran P-4.

Selain itu, latar belakang keluarga besarnya juga kebanyakan guru. Karenanya sejak kecil, ia sudah terbiasa dengan lingkungan buku. Sejak kecil ia sudah terbiasa mengkhatamkan novel silat Ko Ping Ho dan komik-komik Jawa. Hikmahnya, ia jadi punya hobi membaca.

Hingga sekarang, ia tetap membiasakan diri membaca. ”Untuk sekarang karena terlalu sibuk tidak penting berapa banyak yang saya baca dalam sehari, yang jelas setiap hari harus ada buku yang saya baca,” katanya.

Ia sering menerima tamu di perpustakaan pribadinya yang berada di lantai dua rumahnya. Dosen Pasca Sarjana di Universitas Muhammadiyah Jakarta dan IAIN Syarif Hidayatullah ini memang tergolong kutu buku. Ada sekitar lima lemari besar penuh buku di ruang perpustakaannya, baik yang berbahasa Arab maupun berbahasa Indonesia. Sebagian besar merupakan ‘oleh-oleh’ dari studinya di Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia, yang ia tempuh dari jenjang sarjana (S-1) hingga doktor (S-3).

Pimpin Partai
Ia terpilih jadi Presiden Partai Keadilan (PK) dalam Munas I menggantikan Dr.Ir. H. Nur Mahmudi Ismail, MSc yang memilih mundur untuk tetap sebagai PNS. Pemilihan itu berlangsung lancar dan dalam suasana yang sejuk. Tidak seperti pemilihan ketua beberapa partai yang berlangsung panas dan penuh intrik.

Sejak awal Munas nama Hidayat memang sudah masuk dalam daftar nominasi. Maka tidak mengherankan bila dalam sidang Majelis Syuro PK ia terpilih dengan mengantongi suara lebih dari 50% pemilih. Meski demikian, tak nampak eskpresi kemenangan yang terpancar di wajahnya begitu ia dinyatakan sebagai Presiden PK terpilih ketika itu.

Di kalangan PK sendiri, ia disegani. Ia, dalam “embrio” PK, adalah Ketua Dewan Pendiri. Waktu partai itu akan dideklarasikan, ia sebenarnya nyaris didaulat untuk menduduki kursi presiden partai. Namun, ia menolak. Karena dia merasa belum saatnya menduduki posisi itu. Namun, dalam kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat PK sebelumnya, ustad ini tak dapat menolak permintaan untuk menjadi Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) sekaligus Ketua Dewan Syura – jabatan yang berada di atas jabatan presiden.

Ia mengaku tidak pernah bermimpi akan dipilih oleh rekan-rekan untuk menjadi Presiden PK. Karena itu, ia tidak mempunyai perasaan gembira (berlebihan) atas terpilihnya menjadi Presiden PK. Baginya, ini adalah amanat yang sangat berat. Dan amanat ini bukan hanya harus ia pertanggungjawabkan pada Munas PK (PKS), tetapi juga kepada masyarakat Indonesia serta di hadapan Allah swt.

Karena itu, kepada para aktivis dan simpatisan PK saat itu, ia berharap agar dibantu dan didoakan untuk dapat menjalankan amanat itu dengan baik, yang segera diaminkan para peserta Munas. Pada keesokan harinya, usai shalat shubuh di Masjid Al Qalam Kompleks Islamic Center “Iqro” Pondok Gede, seorang ustadz memimpin doa bersama agar Allah memberikan bimbingan dan pertolongan kepadanya untuk memimpin PK.

Suasananya ketika itu begitu haru. Sehingga matanya tampak berkaca-kaca, lalu terdengar isak tangisnya mengiringi lantunan doa yang mengalir khusyu’ itu. Usai berdoa seluruh jamaah merangkulnya bergantian, sebagai pertanda dukungan kepadanya. Kali ini suasana sudah berganti dengan kehangatan dan keakraban.

Tantangan Berat
Dalam sambutan saat jumpa pers setelah terpilih menjadi Presiden PK, ia pun kembali mengatakan bahwa jabatan itu merupakan amanah yang tidak ringan. Kalau boleh dikatakan, tantangan yang terberat. Ia merinci tantangan dimaksud.
Pertama, masalah pencitraan. Ini suatu hal yang sangat penting. Sebab kadang-kadang orang hanya dari citra saja sudah mengambil sikap. PK misalnya dicitrakan sebagai partainya anak muda, partainya orang-orang yang tidak merokok atau juga partainya orang yang berjilbab.

Pencitraan ini di satu sisi positif yakni segmentasi di dalam PK menjadi jelas. Tapi kemudian dalam konteks dakwah ini menjadi tidak tepat, sebab dasar dakwah ialah Yaa ayyuhannaas, berlaku kepada seluruh segmen masyarakat, apapun kondisi mereka. Tapi pencitraan tadi akhirnya menghambat pelebaran dakwah, sebab nilai-nilai dakwah PK seolah-olah terkungkung hanya pada segmen yang terbatas. ”Ini harus kita atasi,” tegasnya.

Kedua, seperti tergambar dari pandangan DPW-DPW dan utusan luar negeri, yakni faktor konsolidasi internal. Memang banyak pihak yang menilai sangat positif. Misalnya ketika saya ke Riyadh bersama Profesor Nurcholish Madjid, dia ditanya tentang PK. Kemudian beliau menjawab dengan mengambil pendapat dari pandangan Prof. Miriam Budiardjo bahwa PK itu partai orang-orang terpelajar. Tapi sesungguhnya kami sendiri melihat bahwa masih banyak celah yang harus kami konsolidasikan lagi.

Ketiga adalah faktor sosialisasi dan komunikasi massa. Banyak orang yang menilai bahwa setelah Pak Nur jadi menteri seolah-olah PK tiarap. Padahal tidak begitu. Karenanya kami harus menjalin lagi komunikasi yang lebih baik dengan kawan-kawan pers dan siapapun yang punya akses massa.

Keempat, bagaimanapun juga karena kami sudah terjun dalam kancah partai politik, orang tidak lagi memaklumi hal-hal yang riil. Mereka menuntut bahwa partai ini harus besar. Padahal PK ini baru sama sekali. Tentu saja ini merupakan satu masalah sehingga ke depan kami harus melakukan pengkaderan yang masif dan terus-menerus. Targetnya sampai nilai-nilai dakwah menjadi dominan di masyarakat.

Seperti yang sering ia katakan, “Bahkan seandainya Anda tidak masuk ke PK (PKS) sekalipun, tapi Anda mendukung, menegakkan dan melaksanakan keadilan, yang itu berarti Anda mengamalkan Islam, maka Anda sesungguhnya sudah menjadi bagian dari kami.”

Tapi tentu saja agar nilai-nilai itu bisa semakin luas, maka mau tidak mau yang memperjuangkannya harus semakin banyak. Komitmen ini sudah dimulai. Begitu Munas selesai bagian kaderisasi langsung berkumpul dengan seluruh jajarannya untuk melakukan kegiatan pengkaderan. Sehingga ada ungkapan, “Munas selesai, kegiatan kaderisasi jalan terus.”

Kelima, adalah masalah finansial. Bagaimanapun kegiatan partai adalah massal dan harus terprogram secara profesional. Untuk itu kami harus memikirkan bagaimana agar bisa memiliki sumber finansial yang mandiri. Meski begitu sejak awal kami punya keyakinan bahwa aktivitas ini juga adalah aktivitas dakwah yang kewajibannya bersifat individual, sehingga para individu itu juga berkewajiban membiayai dakwah ini.

Semangat Dakwah
Perihal latarbelakang atau tradisi politik yang dijalankan PK, menurutnya, pada tingkat tertentu Cak Nur benar ketika menilai PK dalam buku ‘Tujuh Mesin Pendulang Suara’. ”Tradisi yang kami jalani itu sangat terkait dengan latar belakang kami yang relatif seragam secara pemikiran yakni pemikiran yang mengacu kepada semangat dakwah meskipun dari segi pendidikan kami sangat beragam sekali, ada yang dari Barat, Timur Tengah dan lain-lain.”

Partai ini diuntungkan oleh keadaan beberapa anggota yang kebanyakan adalah orang yang memiliki kafaah, kompetensi syariah yang memadai. Banyak dari mereka yang tamat S3 dari Mesir, Saudi, Pakistan, Malaysia, Eropa, Amerika dan Jepang, sehingga mereka memiliki kemampuan untuk merujuk secara mendalam kepada literatur-literatur klasik pemikiran Islam, termasuk pemikiran politik.

Mereka juga banyak menyerap berbagai pemikiran politik dari berbagai gerakan Islam kontemporer seperti Ikhwanul Muslimun, Salafiyyah, Refah, Jama’at Islami, PAS, Masyumi dan lain-lain. “Selama ini ummat Islam seolah-olah hanya memiliki rujukan politik kontemporer dari Barat saja yang diakui sudah banyak gagal dan tercemar. Padahal kalau kita merujuk kepada Qur’an dan Sirah Rasulullah secara luas dan mendalam, kita memiliki rujukan yang komprehensif,” katanya.

Maka ia sangat optimis, PK yang kini berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akan memperoleh kenaikan suara yang signifikan pada Pemilu 2004, yakni 10%. Partai yang sempat diisukan akan bergabung dengan Partai Amanat Nasional (PAN) ini menampakkan sosok yang berbeda dengan beberapa organisasi dalam mengonsolidasi diri. Hal ini, antara lain, terlihat dari beberapa kali aktivitasnya dalam demonstrasi yang selalu berlangsung damai dan tertib kendati dihadiri ratusan ribu orang.

Perihal kemungkinan kerjasama dengan partai lain, ia mengatakan seperti tergambar dalam gagasan keadilan yang disebutkan Qur’an surat al-Maidah ayat 8, semangat pembelaan kebenaran harus diberlakukan dengan non Islam sekalipun. Maka, katanya, dalam konteks hubungan kami dengan di luar PKS, selama mereka bisa sesuai dengan visi PKS maka tidak masalah kita bekerjasama.

Begitu pula tentang kemungkinan bergabung dengan sesama partai Islam, ia berpegang pada komitmen bahwa PKS adalah partai yang berusaha mengutamakan wihdatul ummah (persatuan ummat). ”Makanya kami setuju dengan ide satu partai saja untuk ummat Islam. Tapi pada saat yang sama kita juga harus realistis dalam memandang Islam itu sendiri sebab Islam itu tidaklah menafikan kelompok yang banyak,” ujarnya.

Innaa Kholaqnaakum min dzakarin wa untsaa waja’alnaakum syu’uuban wa qobaailan lita’aarafuu. Biarkanlah kemajemukan itu tetap ada, tapi itu semua tidak didikotomikan melainkan disinergikan untuk mencapai ketakwaan. Innaa akramakum ‘indallaahi atqokum.

Dalam hal ini, bersatunya ummat Islam dalam satu partai tidak menjamin kemenangannya. Lihat saja pada masa Orde Baru PPP selalu kalah. Jadi, katanya, logika bersatu adalah menang untuk konteks partai politik tidak selalu benar.

Namun, menurutnya, jangan menganalogikan banyaknya partai Islam itu seperti sekoci-sekoci kecil yang tidak bisa saling bersinergi. Melainkan, ia menganalogikannya sebagai semut-semut kecil yang bisa bekerja sama membangun sinergi. Dengan begitu, katanya, PKS justru tetap menjadikan persatuan ummat sebagai muatan ideologinya.
Perihal pertimbangan yang paling signifikan bergabungnya PK dengan PAN dalam Fraksi Reformasi, karena pada saat itu dalam upaya menegakkan visi reformasi dan demokrasi dengan meminimalisasikan peran militer di DPR.

“Kita kan tahu pimpinan DPR diberikan kepada lima fraksi terbesar. Sementara saat itu urutan kelima adalah Fraksi TNI/Polri dengan 38 kursi, di atas PAN yang cuma 34 kursi dan menempati urutan keenam. Maka kalau kami yang memiliki 7 kursi bergabung dengan PAN berarti suaranya bisa mencapai 41. Ini sudah cukup untuk menggeser posisi TNI/Polri sehingga peran mereka pun semakin kecil, yakni dengan tidak menjadi pimpinan DPR. Akhirnya yang jadi wakil ketua DPR kan Pak AM Fatwa,” jelasnya.

Sementara, mengenai adanya tadzkirah (peringatan) pada saat Munas bagi para kader PK supaya tidak larut ketika berinteraksi dengan masyarakat, ia menjelaskan bahwa tadzkirah itu bermanfaat untuk orang mu’min. Fainnadz dzikra tanfa’ul mu’minin.

Meski begitu, bukan berarti tadzkirah itu terkait dengan keadaan, tapi bisa merupakan tindakan preventif. ”Kami sadar PK adalah kumpulan manusia yang tidak selalu benar. Sehingga taushiyyah semacam itu tetap kami perlukan. Jangan dikira pendukung PK itu sama semua tingkat keimanannya,” katanya.

”Dalam hal ini ada kaidah yang disampaikan Sayid Qutub bahwa generasi Qur’an salah satu cirinya adalah yakhtalituun walakin yatamaayazzuun, mereka berinteraksi dengan masyarakat tapi mereka tidak larut dengan berbagai kebiasaan buruk masyarakat. Bahkan mereka muncul cemerlang dan berbeda di tengah masyarakat dalam hal sikap dan penampilannya yakni selalu berpegang dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran,” jelas pengajar dan pengurus Yayasan Lembaga Pelayanan Pesantren dan Studi Islam Al Haramain ini.

Aktivitasnya di yayasan tersebut tidak ditinggalkan kendati ia sudah sangat sibuk di partai. ”Karena Al Haramain sudah menjadi bagian dari jati diri saya, yakni yang terkait dengan studi Islam dan pelayanan terhadap pesantren,” katanya. Bahkan mungkin pola Al Haramain itulah yang menjadi pola kepemimpinannya sebagai Presiden PK dan Ketua Umum PKS. Artinya kepeduliannya terhadap studi Islam, pendidikan dan pesantren diharapkan menjadi bagian dari aktivitas politiknya. “Karena toh tidak ada bedanya, ini kan sama-sama dakwah juga,” ujarnya.


Bidan PK
Memang banyak orang yang menganggap bahwa lahirnya PK itu dibidani oleh Yayasan Al Haramain dan Sidik (Studi dan Informasi untuk Dunia Islam Kontemporer). Menurutnya, hal itu memang tidak bisa dibantah sekalipun tidak mutlak begitu.
Namun, sebetulnya PK bukan didirikan oleh lembaga-lembaga itu tapi oleh orang-orang yang berkiprah di dalamnya. Bahkan bukan hanya oleh orang-orang dari dua organisasi itu tapi oleh beberapa organisasi lainnya lagi yakni ISTEC.

Kalau boleh diformulasikan yang dari Al Haramain adalah para alumni Timur Tengah, yang dari ISTEC adalah para alumni dari Barat dan yang dari Sidik adalah para aktivis dakwah dari Indonesia. Ada juga dari lembaga pendidikan Nurul Fikri dan Yayasan Ibu Harapan pimpinan Ibu Yoyoh Yusroh. Perpaduan ini terlihat sangat manis dan sinergis, meskipun lembaga-lembaga itu tidak menjadi underbouw PK. Mereka tetap independen.

Al Haramain sebagai cikal bakal PK pernah menerbitkan jurnal Ma’rifah sebagai counter terhadap pemikiran pembaharuan Nurcholish Madjid (Cak Nur) dengan jurnal Ulumul Quran-nya. Namun saat ini antara aktivis PK dan Cak Nur kelihatan sudah berbaik-baikan, terlihat dari dukungan Cak Nur terhadap PK (PKS).

Menurutnya, memang dulu terjadi polemik yang tajam mengenai pemikiran Islam antara kedua jurnal yang sekarang sudah sama-sama almarhum itu. Tapi apa yang berlaku pada mereka hingga saat ini pun tidak berubah seperti yang menjadi sikap mereka dalam jurnal Ma’rifah itu. Apalagi, katanya, sekarang ini tidak ada lagi wacana yang meng-angkat ide-ide kontroversial dari kalangan pembaharuan pemikiran Islam, khususnya Cak Nur.

Ramah dan Sederhana
Lelaki 40 tahunan ini tak ber-ubah dari watak aslinya meski ber-ada di pucuk pimpinan partai. Pria yang dikenal berpenampilan sederha-na dan ramah, ini masih saja ikut bermain sepak bola bersama masya-rakat di sekitar tempat tinggalnya. Tidak satu atau dua kali saja tetapi menjadi kegiatan rutin. Ia kelihatan sangat menikmati sepak bola itu. Sehingga setiap hari Ahad pagi, bila berada di rumah, nyaris tidak pernah dilewatkan untuk bermain bola dengan anak-anak muda di kawasan tempat tinggalnya, Komplek Iqro’, Jatimakmur Pondok Gede. Usia yang terpaut puluhan dengan pemain lainnya tidak menyebabkannya canggung.

“Ini murni olahraga, tidak ada kaitannya dengan usaha merekrut orang menjadi anggota PKS. Namun kalau mereka akhirnya tertarik ya syukur, ha.. ha.. ha..,” guraunya ketika diolok bakal mempolitisasi olahraga. Baginya, olahraga tidak sekedar kegiatan fisik belaka. “Tapi bagian dari sunnah, yakni menjaga kesehatan fisik. Nabi saja tangguh dalam berkuda, memanah dan gulat,” katanya.

Motivasi itulah yang menyebab-kannya tidak pernah lepas dari olaharaga. Karenanya ia menganjur-kan setiap muslim membiasakan diri rutin berolahraga, apapun bentuk-nya. “Kebetulan hobi saya sepak-bola, jadi olahraganya main sepak bola,” katanya. Saat kuliah di Madi-nah pun ia tetap main sepak bola.

Selain sepak bola ia juga rutin bermain bulutangkis. Setiap Selasa pagi nyaris tidak pernah dilewat-kan untuk bermain bulutangkis bersama jamaah masjid Al Qalam Pondok Gede. Mereka menyewa gedung serba guna secara patungan. Ia masih kuat main selama lima set non stop.

Menurutnya, dengan rutin berolahraga stamina kerja seseorang menjadi meningkat. “Sebab aliran darah ke seluruh tubuh menjadi lancar.” Ia merasakan olahraga semakin penting ketika terjun mengurus partai politik. Karena politik juga memerlukan stamina fisik yang prima.

TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia) baca selanjutnya..

Kemenangan HADE : Kemenangan Warga Jawa Barat

Pilkada Jawa Barat
Jakarta – Menyambut hasil hitungan cepat(Quick Count) yang disampaikan beberapa lembaga survey yang memenangkan pasangan cagub-cawagub Jawa Barat asal PKS, H Ahmad Heryawan – H Dede Yusuf, Presiden PKS Ir H Tifatul Sembiring bersyukur atas kemenangan itu. Menurutnya, kemenangan HADE di Jabar merupakan kemenangan masyarakat Jawa Barat.PK-Sejahtera Online: “Kemenangan HADE ini juga menandakan bahwa masyarakat Jawa Barat menginginkan perubahan,” katanya di kantor DPP PKS Jl Mampang Prapatan Raya No. 98 D-E-F, Jakarta Selatan. Berdasarkan beberapa hasil Quick Count (hitung cepat) yang dilakukan beberapa lembaga survey, suara HADE unggul dibandingkan kedua pasangan lainnya. Padahal, hingga hari kedua menjelang pencoblosan, suara HADE masih di nomor buncit dibawah AMAN dan DA’I. Berdasarkan hasil realcount PKS, pasangan HADE unggul dibandingkan dengan yang lainnya. Hingga Senin(14/4) pukul 15.00 WIB, pasangan HADE 42,33 persen(5.440.275 suara), pasangan AMAN 34,32 persen(4.410.066 suara) dan pasangan DA’I 23,35 persen(3.001.338 suara).Presiden PKS Ir H Tifatul Sembiring mengucap syukur Alhamdulillah atas kemenangan itu. “Alhamdulillah, bahwa kemenangan ini adalah anugerah dari Allah Ta’alaa yang harus dipertanggung jawabkan,” katanya, Senin(14/4). Selain itu, Tifatul juga mengucap istighfar(mohon ampun), karena bagaimanapun ini adalah amanah yang sangat berat. Dalam konferensi pers itu, Tifatul juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah menyukseskan Pilkada Jawa Barat. “Kepada seluruh pihak, KPUD, LSM, khususnya seluruh warga JAwa Barat yang telah memilih pasangan HADE, Kami ucapkan terima kasih,” ucap Tifatul. Tifatul melanjutkan, satu hal yang sangat penting adalah adanya kerja keras seluruh kader PKS dan kader PAN yang sudah menjadi relawan saksi di TPS-TPS. “Peran mereka sangat penting dalam mengawal suara,” katanya di hadapan wartawan. Presiden PKS juga menyampaikan bahwasanya kemenangan HADE dalam Pilkada Jawa Barat ini pada hakikatnya adalah takdir Allah Ta’alaa. Namun demikian kerja keras dan keinginan masyarakat Jawa Barat untuk berubah yang menentukan takdir. Yang kedua menurut Tifatul, kemenangan HADE dikarenakan mesin politik yang terus bekerja serta citra kedua parpol yang mengusungnya. “Dalam hal ini PKS dan PAN merupakan kedua partai yang reformis,” ungkapnya didampingi Ketua Bahumas DPP PKS Ahmad Mabruri. Pengirim: Mohammad Yusuf Update: 14/04/2008 Oleh: Mohammad Yusuf.
Sumber : website pks pusat.
baca selanjutnya..

Jagoan PKS Unggul (Pilgub Jabar)

Jawa Barat.
Berdasarkan perhitungan suara secara cepat (quick count) yang dilakukan oleh Lembaga Survey Indonesia (LSI) pada pukul 15.00, dari 91 persen suara yang masuk, pasangan nomor 3 HADE bertengger pada posisi puncak dengan mendulang 39,39 persen suara.PK-Sejahtera Online: Pasangan Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf (Hade) yang diusung PKS untuk sementara unggul pada pertarungan pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Barat yang di gelar hari ini (13/4).Berdasarkan perhitungan suara secara cepat (quick count) yang dilakukan oleh Lembaga Survey Indonesia (LSI) pada pukul 15.00, dari 91 persen suara yang masuk, pasangan nomor 3 HADE bertengger pada posisi puncak dengan mendulang 39,39 persen suara.Posisi kedua diduduki oleh pasangan nomor dua yang diusung oleh gabungan PDIP, PKB, PBB dan PDS, Agum-Nu’man dengan 35,03 persen suara. Sedangkan pasangan nomor 1 yang diusung partai Golkar dan Partai Demokrat, Dani-Iwan berada di nomor buncit dengan 25,05 persen.Perhitungan suara yang dilakukan oleh Litbang kompas juga menunjukan hal serupa. Pasangan HADE meraup 38,8 persen, Agum-Nu’man 34,5 persen dan Dani-Iwan 26,6 persen. (Adine)
Pengirim: Ningsih Update: 13/04/2008 Oleh: Ningsih
Sumber website : pks pusat
baca selanjutnya..

Rabu, April 02, 2008

Foto Banjir Ponorogo

Kader PKS Pantang Menyerah Banjir yang menerjang sebagian kabupaten ponorogo hampir
membuat putus asa sebaian warga. Namun kader PKS tetap berusaha mencari jalan
menolong warga. baca selanjutnya..

Banjir Jawa TimurP2B PKS Evakuasi 600 Warga

Relawan Posko Penanggulangan Bencana (P2B) PKS di Ngawi, Jawa Timur berhasil melakukan evakuasi 600 warga yang terjebak diatas genteng rumah. Para relawan menjemput korban dengan menggunakan kapal dengan daya tampung tujuh orang.PK-Sejahtera Online: Meski kondisi sangat memperihatinkan, namun hal itu tidak menyurutkan langkah P2B PKS Jawa Timur menolong warga yang sejak Selasa mengalami kebanjiran. Walau harus menyewa perhau mereka tetap semangat membantu warga. “Kami menyewa tiga perahu untuk melakukan evakuasi warga yang berada diatas genteng rumah dan diatas pohon. Selama dua hari kita sudah mengevakuasi 600 warga”, ujar Dedy S, Ketua DPD PKS Kabupaten Ngawi. Menurut Dedi, kondisi di Ngawi cukup parah. Di kecamatan Kwadungan 14 desa terendam air, sedangkan di Desa Pungkur ada empat desa. Kecamatan Ngawi sendiri hampir sebagian besar terendam air, kecamatan Pitu sebagian besarjuga terendam air. Adapun di Kecamatan Mantingan, banjir memutus jalur Surabaya-Solo. “Hingga saat ini (kamis malam), masih ada ribuan warga yang belum terevakuasi,” ujar Dedy menjelaskan.Banjir di Jawa Timur terjadi akibat hujuan yang terus menerus sejak Selasa(25/12) siang hingga Rabu(26/12) dini hari. Dedy menceritakan, pihaknya sudah ketar-ketir pada hujan yang turun sejak siang hingga subuh. Khawatir hujan kali ini mengakibatkan banjir besar. Kecurigaan Dedi terbukti saat rabu pagi, air dengan cepat meninggi. Dalam hitungan satu Jam ketinggian air sudah satu meter. “Akibatnya ribuan warga tidak sempat mengungsi, rumahnya sudah terendam air,” pungkas Dedy.DPD PKS Ngawi menurut ketuanya, mendapatkan dukungan para Relawan P2B dari daerah lain yang berjumlah 40 orang. Mereka siaga di posko Kantor Pos Geneng.Ketua P2B PKS Jawa Timur Yusuf Ahyani menginformasikan, di Ponorogo PKS membuka dapur umum membagikan 3000 bungkus makanan perharinya. Posko PKS di Ponorogo berada di Jl Parikesit no. 92. Pengirim: Mohammad Yusuf Update: 28/12/2007 Oleh: Mohammad Yusuf
baca selanjutnya..

MUSDA PKS PONOROGO:PILIH KETUA DPD

Sunday, 18 June 2006
PONOROGO - Menjelang Musyawarah Daerah (Musyda) I Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kabupaten Ponorogo 17-18 Juni nanti, tiga kandidat kuat, yang bakal menduduki kursi Ketua DPD PKS periode 2006-2010, sudah mulai muncul. Mereka saat ini tengah melakukan kampanye ke sejumlah DPC untuk mencari dukungan. Ketiga calon tersebut Agus Setiawan (Ketua Bidang I/Kaderisasi), Abdul Munir (Bendahara) dan Edi Suparni (Ketua DPC Siman).
Menurut Arif Y Varianto, Ketua Majelis Pertimbangan Daerah (MPD) terpilih, ketiga calon tersebut merupakan hasil musyawarah dengan DPW PKS Jatim. "Mereka mempunyai bobot yang cukup berimbang dan berpotensi untuk menduduki kursi ketua," kata Arif dikonfirmasi koran ini kemarin. Menurut Arif yang juga Sekretaris DPD PKS Ponorogo ini, sebagian calon juga punya latar bekalang pondok pesantren dan umum. Sayang, dari sejumlah kandidat tidak muncul nama ketua DPD lama maju lagi. Apakah ini merupakan strategi tersendiri dari PKS ? Secara diplomatis Arif mengatakan sebagai kader, harus siap memimpin dan dipimpin. Bahkan nanti tidak ada calon kandidat yang melakukan kampanye untuk menarik simpati. "Apalagi sampai ada tim sukses untuk saling menjatuhkan. Bisa-bisa malah tidak akan terpilih," tukasnya enteng. Alasannya, lanjut Arif, lantaran hakekat jabatan adalah amanah yang harus ditunaikan. Bukan dengan cara meminta-minta. Dalam musda yang akan berlangsung di Asrama Transito, sebenarnya sudah berjalan sejak dua bulan. Yakni perupa pemilihan umum internal (pemira). Yakni memilih beberapa anggota sebagai anggota MPD. Dari hasil tersebut, terpilih sebanyak 10 orang yang nantinya akan menduduki sebagai Ketua MPD juga DSD (Dewan Syariah Daerah) serta calon-calon Ketua DPD. Kesepuluh ’orang kuat’ yang sempat lolos untuk dikirim ke wilayah diantaranya Syamsudin, M Tobroni, Agus Setiawan, Ahmad Marsudin, Edi Suparni, Amir Far’ab, Abdul Munir, Yusuf Ahyani, Arif Y. Varianto dan Binti AM. Sebelumnya sejumlah kegiatan sosial dilaksanakan pengurus DPD PKS menjalang pelaksanaan musyda. (tya)
baca selanjutnya..

Jadilah Seorang Robbani, bukan Romadhoni

Monday, 08 October 2007
Segala puji hanya bagi Alloh, dimana saat ku-tulis risalah ini, Alloh SWT masih berkenan memberiku umur dan kesempatan untuk bertaubat dan beramal sholeh. Sungguh merupakan kenikmatan tak terkira, karena dijumpakan kembali dengan sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Nikmat tak terhingga, karena 6 hari lalu aku menjalani operasi hernia yang membuatku tegang dan ‘takut’. Tegang karena ini hal pertama dalam sejarah hidupku (dan semoga yang terakhir), dan ‘takut’ karena boleh jadi ini romadhon yang terakhir dan tak ada kesempatan lagi untuk menghirup udara dunia. Dan itu berarti tak ada kesempatan untuk bertaubat dan beramal sholeh lagi, juga kesempatan untuk memohon ma’af kepada sesama. Karena itu maafkanlah semua salah dan kekhilafan saya kepada ikhwah dan teman-teman semua. Alhamdulillah, berkat do’a dan support banyak ikhwah, teman-teman seperjuangan, operasi pada hari jum’at 28 September 2007M/16 Ramadhan 1428 H yang lalu, berjalan lancar dan sukses. Subhanalloh… Saudaraku, meski Ramadhon sebentar lagi akan berlalu, RasuluLloh Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi kabar gembira kepada kita semua, seperti dalam sabdanya, ”Orang yang berpuasa itu mempunyai dua macam kegembiraan yang dirasakannya, yaitu saat berbuka puasa dia bergembira dengan makanannya, dan jika bersua Rabb-nya dia bergembira dengan puasanya.” (HR.Bukhori-Muslim)Kegembiraan orang yang berpuasa saat berbuka merupakan kegembiraan yang alami, karena dia mendapatkan ‘kebebasannya’ kembali dari apa yang tadinya dilarang menjadi diperbolehkan. Dia bergembira saat berbuka juga merupakan kegembiraan religius, karena dia mendapatkan Taufiq untuk melaksanakan kewajiban terhadab Rabb-nya. Firman Alloh, Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (Yunus: 58)Bulan Ramadhon segera berlalu, entah sebagai saksi yang meringankan kita atau justru menjadi saksi yang memberatkan kita. Ramadhon berlalu dan akan menjadi pemberi syafaat bagi orang yang berpuasa dan qiyamul lail dengan baik, karena dorongan iman dan mencari keridhoan Alloh, sehingga dosa-dosanya yang lampau diampuni. Tapi bulan ramadhan juga akan menjadi saksi orang-orang yang berpuasa dan sholat malam tidak dengan cara yang baik, sehinga dari puasanya itu mereka hanya mendapatkan lapar dan dahaga, hanya mendapatkan letih dan kantuk dari sholat malamnya. Tentu saja kita semua berharap agar Ramadhan menjadi saksi bagi pahala kita, seperti halnya Al-Qur’an yang sama-sama akan memintakan syafaat bagi kita. RasuluLloh SAW bersabda, “Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafaat bagi hamba pada hari kiamat.” (HR.Ahmad)Manusia bergembira dengan berlalunya hari dan bulan. Sementara mereka tidak menyadari bahwa dengan begitu umur mereka semakin tergerogoti dan berkurang. Al-Hasan berkata, ”Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari-hari. Setiap kali satu hari berakhir, maka satu bagian dari dirimu juga ikut lenyap.”Diantara manusia ada yang menghadapa Alloh hanya pada bulan Ramadhan saja. Sehingga jika bulan Ramadhan berakhir, maka berakhir pula hubungannya dengan Alloh. Diluar Ramadhan dia tidak lagi pergi ke masjid, tidak mau membuka al-Qur’an, tidak membasahi lidahnya dengan dzikir dan tasbih. Seakan-akan Alloh hanya layak disembah pada bulan Ramadhan saja, sementara pada bulan-bulan lain Dia tidak perlu disembah.Barangsiapa yang ’menyembah’ bulan ramadhan, sesungguhnya bulan Ramadhan itu akan mati dan berlalu. Sementara Alloh SWT tidak pernah mati dan senantiasa hidup. Diantara orang salaf ada yang berkata,”Seburuk-buruk orang ialah yang tidak mengenal Alloh kecuali pada bulan Ramadhan. Maka jadikanlah diri anda seorang Rabbani, dan jangan menjadi Ramadhani.”Jadilah Rabbani artinya jadilah anda bersama Alloh dan bertaqwalah kepada-Nya, dimanapun dan kapanpun. Janganlah menjadi Ramadhani, artinya janganlah Anda menghadap Alloh hanya pada bulan Ramadhan, dan setelah itu anda melupakan-Nya dan durhaka kepada-Nya.Kemudian setelah Ramadhan kita disunnahkan untuk berpuasa enam hari dari bulan Syawal, agar manusia senantiasa dalam perjanjian dan pertautan dengan Alloh SWT. Keluar dari satu ibadah untuk masuk ke ibadah lainnya. Selesai satu ketaatan, dimulai lagi dengan ketaatan lainnya. RasuluLloh SAW bersabda, “Barangsiapa mengerjakan puasa Ramadhan, kemudian menyusulinya dengan puasa enam hari dari Syawal, maka itu seperti puasa setahun penuh.” (HR.Muslim)Memasuki hari pertama bulan Syawal, seruan Takbir berkumandang di seluruh penjuru dunia. Yaa, Takbir untuk menyatakan bahwa Alloh lebih besar dari segala kekuatan yang ada di alam ini. Alloh lebih besar dari kesewenang-wenangan para penguasa yang dzalim dan dari kesombongan orang-orang yang sombong. Alloh lebih besar dari kepongahan orang-orang yang berduit dan memegang kekuasaan. Jika Anda melihat seorang tiran, lalu terlintas dalam pikiran anda untuk merundukkan kepala dan membungkukkan badan dihadapannya, segeralah ingat bahwa Alloh itu Maha Besar. Maka itu jika Anda melihat dunia seolah bersinar dihadapan anda, dan segala ’permainan’ dan kehidupan Anda condong kepada dunia itu, segeralah ingat bahwa Alloh Maha Besar dari dunia seisinya.Alloohu Akbar, Alloohu Akbar, Alloohu Akbar walillaahi-Lhamdu.
baca selanjutnya..

MARI BERSATU !

Monday, 08 October 2007
Tampaknya perbedaan dan perselisihan, kemungkinan besar, masih akan mewarnai dan sekaligus mengurangi kegembiraan serta kebahagiaan kita dalam menyambut ‘iedul fitri tahun 1428 H. ini, seperti tahun lalu, dan juga seperti tahun-tahun sebelumnya. Padahal semula kita semua berharap dengan sangat optimis bahwa, mulai Ramadhan tahun 1428 ini, akan terjadi kesepakatan, melalui mekanisme tertentu, untuk menyatukan penetapan awal Ramadhan, 'iedul fitri dan 'iedul adha. Khususnya harapan dan optimisme itu diperkuat oleh adanya langkah-langkah mulia dari para tokoh ormas besar dan berbagai pihak lainnya, dan juga yang diprakarsai Pemerintah, ke arah penyatuan yang kita harapkan bersama. Dan kita semua wajib mendukung seluruh langkah dan upaya mulia itu, seraya terus membesarkan harapan dan berdoa, semoga hasil terbaik berupa kesepakatan dan penyatuan yang didambakan, secepatnya bisa terwujud. Dan alangkah indah serta luar biasanya seandainya itu bisa terjadi sejak ‘iedul fitri 1428 H. ini ! Sedangkan dalam konteks Partai Keadilan Sejahtera, maka harapan, seruan dan dukungan ke arah penyatuan yang didamba-damba itu, telah diwujudkan dan dibuktikan dalam bentuk langkah kongkret, yang menegaskan kesiapan penuh dan total untuk bertoleransi dan berkompromi. Karena Partai Keadilan Sejahtera meyakini bahwa, kesepakatan dan penyatuan itu tidak mungkin bisa terealisir kecuali dengan syarat adanya kesiapan semua pihak, utamanya ormas-ormas besar dan Pemerintah, untuk bertoleransi dan berkompromi. Dan salah satu bukti riil atas kesungguhan dukungan PKS ke arah penyatuan, dan totalitas kesiapannya untuk bertoleransi dan berkompromi tersebut, adalah dengan telah diterbitkannya bayan Dewan Syariah Pusat Partai Keadilan Sejahtera tentang awal Ramadhan dan ‘Iedul Fitri 1428 H., yang tidak lagi membuat penetapan sendiri seperti tahun-tahun sebelumnya, melainkan memberikan keleluasaan kepada para kader dan simpatisan untuk dapat menyesuaikan diri dalam melaksanakan ibadah Ramadhan dan ‘Iedul Fitri bersama dengan kaum muslimin di sekitarnya.Bahkan bukti yang lebih kongkret lagi telah ditunjukkan oleh Dewan Syariah Wilayah Partai Keadilan Sejahtera Jawa Timur tahun lalu, dengan keputusannya tentang hari ‘Iedul Fitri 1427 H., yang “berbeda” dengan penetapan Dewan Syariah Pusat! Dimana keputusan itu diambil, sama sekali bukan karena pertimbangan hasil hisab ataupun rukyah yang kontroversial waktu itu, melainkan murni karena menyesuaikan diri dan dalam rangka menyertai jumhur (mayoritas) kaum muslimin di Jawa Timur, yang sepakat ber-‘iedul fitri sehari mendahului jumhur di level nasional. Ya, kita memang tetap wajib berharap dengan optimis – dan terus berusaha – agar terwujud kesepakatan dan penyatuan itu. Karena secara syar'i (menurut syariat) dan waqi'i (tuntutan realita) memang semestinya ummat Islam di Indonesia bersepakat dan bersatu dalam mengawali shaum Ramadhan, ber-'iedul fitri dan ber-'iedul adha, dan tidak semestinya selalu berbeda atau berselisih. Setidaknya ada tiga alasan penting yang perlu dicatat dan digaris bawahi disini: Pertama: Karena ibadah shaum Ramadhan, 'iedul fitri dan 'iedul adha memang merupakan ibadah-ibadah dan momen-momen yang bersifat jama'iyah, yakni ibadah dan momen kebersamaan, kesepakatan dan persatuan, serta tidak boleh secara sendiri-sendiri, pribadi-pribadi dan masing-masing. Mengawali puasa mesti bersama-sama, tidak masing-masing. Bergembira dalam ber-'iedul fitri dan ber-'iedul adha juga mesti bersama-sama, dan tidak masing-masing. Itulah tuntunan syariat Islam berdasarkan hadits-hadits dan praktik ummat Islam sejak generasi salaf dan seterusnya sepanjang sejarah panjang ummat. Ini tentu maksudnya untuk satu negara tertentu, atau satu wilayah tertentu, atau satu daerah tertentu. Sementara itu adanya perbedaan di tataran praktek hanyalah ditolerir jika terjadi antar negara, atau antar wilayah yang berjauhan saja. Kedua: Masalah perbedaan dalam hal penentuan awal Ramadhan, 'iedul fitri dan 'iedul adha, adalah salah satu contoh masalah dimana adanya perbedaan (ikhtilaf) hanya ditolerir dalam hal metode dan cara penentuan di tataran teori dan wacana saja, tapi tidak ditolerir berlanjutnya perselisihan tersebut di tataran praktek dan implementasi di lapangan riil. Inilah yang kita tahu dan catat dari praktik imam-imam dan ulama-ulama berbagai generasi sepanjang sejarah ummat Islam. Dimana sejak dulu telah dan selalu terjadi perbedaan dan perselisihan antar madzhab para imam dan ulama dalam cara, teori, dan wacana penentuan serta penetapan, antara metode rukyah dan hisab, bahkan antara metode rukyah global dan rukyah lokal, yang semestinya sangat logis jika hasil keputusannya akan beda. Namun ternyata perbedaan itu tidak terjadi dan tidak terlihat di tataran realita. Karena secara praktek, para ulama, dan seluruh ummat bermakmum pada mereka, yang senantiasa berbeda secara teori dan wacana, ternyata selalu saja bersepakat dan bersama-sama dalam mengawali puasa Ramadhan, ber-'iedul fitri dan ber-'iedul adha, kecuali antar wilayah yang berjauhan.Ketiga: Kita ummat Islam di Indonesia, apalagi sebagai komunitas muslim terbesar, rasanya dan semestinya patut malu dan sangat malu, jika sampai dalam hal momen-momen kejamaahan, kebersamaan dan persatuan, serta kegembiraan seperti ini, ternyata kita masih saja tetap "bersikeras" untuk berbeda dan berselisih, serta belum siap dan belum “mau” bersepakat dan bersatu. Padahal saat ini, mungkin hanya tinggal Indonesia saja, satu-satunya negara di dunia, dimana ummat Islam-nya masih tetap belum “mau” dan belum bisa sepakat serta bersatu. Sedangkan ummat Islam lain di tiap negara di dunia, telah bisa sepakat dan bersatu dalam memulai shaum Ramadhan, ber-'iedulfitri dan ber-'iedul adha. Dan jika dalam hal yang paling mungkin untuk disatukan seperti ini saja, kita masih belum siap dan belum bisa bersatu, maka bagaimana lagi dengan harapan penyatuan dalam hal-hal lain?Akhir kata, meskipun andai faktanya memang benar-benar kita masih belum bisa bersepakat dan bersatu, namun tetap saja perbedaan dan perselisihan yang terjadi, mesti dan harus kita semua sikapi dengan arif, bijak, dewasa, dan proporsional, dengan mengedepankan sikap tafahum (saling bisa memahami), ta’adzur (saling memaklumi), dan tasamuh (saling bertoleransi). Sehingga tidak terjadi dampak-dampak yang lebih negatif lagi. Semoga Allah merahmati kita semua untuk bisa sukses dalam mujahadah menggapai taqwa di bulan tarbiyah dan tazkiyah nan suci serta mulia ini. Taqabbalallahu minnaa wa minkum! Aamiin!
baca selanjutnya..

KEAGUNGAN

Monday, 27 August 2007
Kita mengenal banyak tokoh agung dalam sejarah Islam, dengan berbagai aspek dan tingkat keagungan yang berbeda-beda. Di antara mereka ada yang dari kalangan ulama dengan beragam spesialisasi dan disiplin ilmu, ada yang dari kalangan umara (pemimpin), atau mujahidin, atau juru dakwah, atau penulis kitab, atau ahli ibadah, atau tokoh zuhud dan lain-lain. Namun yang perlu menjadi bahan perenungan kita adalah, bagaimana keagungan – dengan tingkatan-tingkatannya – itu bisa mereka raih dan dapatkan? Apakah mereka memperolehnya dari faktor keturunan dan warisan, atau karena mereka keturunan darah biru misalnya, sehingga setiap ketururan tokoh agung, atau setiap keturunan darah biru secara otomatis akan menjadi tokoh agung pula? Ternyata fakta kehidupan membantah hal tersebut. Karena betapa banyak keturunan tokoh agung yang sama sekali tidak mengikuti jejak orang tuanya. Atau ada lembaga pendidikan atau sekolahan yang bisa mncetak dan melahirkan calon tokoh-tokoh agung, sehingga siapapun yang menempuh pendidikan di lembaga itu pasti menjadi tokoh agung nantinya? Ternyata inipun tidak benar. Lalu apa faktor yang berada dibalik keagungan tokoh-tokoh agung itu? Yang jelas, bahwa keagungan seseorang itu adalah taqdir dan karunia Allah Ta’ala. Namun taqdir Allah tidak terjadi secara bim salabim, dan karunia-Nya pun tidak diberikan begitu saja kepada siapa saja. Tapi semuanya sesuai dan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah Allah tetapkan sendiri dalam kehidupan ini, yang biasa kita kenal dengan sebutan sunnatullah (hukum dan ketentuan Allah yang berlaku di alam kehidupan dunia). Ya. Taqdir Allah terjadi dan ketentuan-Nya berlaku sesuai dengan sunnatullah yang menjadi semacam syarat, meskipun semua tetap saja terserah dan tergantung pada iradah dan masyi-ah (kemauan dan kehendak) Allah yang mutlak!Nah pertanyaan yang mengemuka sekarang terkait dengan topik kita yang tersebut di atas adalah: Apa sunnatullah dibalik taqdir dan karunia keagungan yang diberikan oleh Allah kepada seseorang? Mungkin ada lebih dari satu sunnatullah dalam hal ini. Tapi yang jelas, salah satunya yang bisa kita ketahui dan simpulkan dari pengalaman hidup, perenungan dan pengamatan terhadap biografi serta perjalanan hidup para tokoh agung adalah, bahwa keagungan itu didapat dan diperoleh karena mereka memang memiliki sifat-sifat yang agung dan melakukan hal-hal agung yang tidak dimiliki dan dilakukan oleh orang kebanyakan. Cobalah Anda perhatikan dan renungkan perjalanan hidup setiap tokoh agung dalam sejarah, maka Anda akan mendapatkan bukti atas kebenaran hal tersebut. Dan kisah berikut ini bisa menjadi salah satu contoh dan bukti yang mendukung dan menguatkan fakta tersebut. Kisah kita kali ini adalah tentang Al-Imam Abu Abdillah Malik bin Anas Al-Ashbuhi rahimahullah (93 H. – 179 H.), pemilik madzhab Maliki, salah seorang tokoh ulama teragung dalam sejarah Islam, yang insyaa-Allah akan senantiasa terpatri keagungannya di hati setiap insan beriman yang tahu atau sekedar mendengar saja tentang beliau, rahimahullah.Imam Muhammad bin Sa’ad rahimahullah menuturkan: ”Aku mendengar (Imam) Malik bin Anas (rahimahullah) berkata: ”Ketika (Khalifah) Abu Ja’far Al-Manshur (khalifah kedua dalam Khilafah ’Abbasiyah) berhaji, beliau mengundangku, maka akupun datang menemui beliau dan berbincang-bincang dengan beliau. Beliau bertanya dan aku menjawab, lalu beliau berkata: ”Sungguh aku telah berazam (bertekad) untuk memerintahkan agar kitab yang engkau tulis ini (maksudnya kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik) ditulis kembali dan digandakan menjadi beberapa nuskhah (eksemplar), kemudian aku kirimkan satu nuskhah ke setiap wilayah di antara wilayah-wilayah kaum muslimin, sekaligus aku instruksikan agar seluruh ummat Islam mengamalkan apa yang termaktub dalam kitab Al-Muwaththa’ ini saja, dan tidak menggunakan yang lain, serta meninggalkan ilmu selainnya yang diada-adakan orang sekarang. Karena aku memandang bahwa, dasar dan inti ilmu adalah riwayat ulama Madinah dan ilmu mereka”. Imam Malik berkata: Aku mengatakan: ”Wahai Amirul Mukminin, jangan lakukan hal itu! Karena semua orang telah lebih dulu menerima beragam pendapat, dan mereka telah mendengar banyak hadits, serta meriwayatkan banyak riwayat. Dan masing-masing kaum telah memilih madzhab yang terlebih dulu sampai kepada mereka, beramal dan beragama berdasarkan madzhab yang mereka pilih diantara perselisihan para sahabat dan imam selain mereka. Sedangkan mengharuskan mereka meninggalkan apa yang telah mereka yakini itu sangat berat. Maka biarkan sajalah mereka tetap pada kondisi mereka, dimana masing-masing wilayah telah memilih madzhab yang sesuai dengan diri dan kecenderungan mereka!” Sang Khalifahpun mengatakan: ”Sungguh seandainya engkau setuju denganku, niscaya akan aku perintahkan dan instrusikan hal itu”. (Al-Intiqaa’ karya Imam Ibnu ’Abdil Barr rahimahullah [wafat: 463 H.], hal. 41).Nah itulah salah satu rahasia ketokohan dan keagungan Imam Malik rahimahullah. Sikap yang beliau tunjukkan itu adalah sikap agung yang tidak dimiliki dan dilakukan kecuali oleh tokoh-tokoh agung seperti beliau. Rahimahullah Ta’ala. Maka mari kita raih keagungan dengan sifat-sifat agung yang kita miliki, dengan sikap-sikap agung yang kita tunjukkan, dan dengan amal-amal agung yang kita hadirkan. Sementara itu, jangan pernah bermimpi untuk menjadi agung dan besar, jika kita masih bersifat seperti sifat orang kebanyakan, masih bersikap seperti sikap orang kebanyakan, dan hanya beramal seperti amal orang kebanyakan!
baca selanjutnya..

Sejarah PKS


Sejarah PK Sejahtera



Saturday, 11 February 2006
Partai Keadilan Sejahtera (PK-Sejahtera) merupakan pelanjut perjuangan Partai Keadilan (PK) yang dalam pemilu 1999 lalu meraih 1,4 juta suara (7 kursi DPR, 26 kursi DPRD Propinsi dan 163 kursi DPRD Kota/Kabupaten). PK-Sejahtera percaya bahwa jawaban untuk melahirkan Indonesia yang lebih baik di masa depan adalah dengan mempersiapkan kader-kader yang berkualitas baik secara moral, intelektual, dan profesional. Karena itu, PK-Sejahtera sangat peduli dengan perbaikan-perbaikan ke arah terwujudnya Indonesia yang adil dan sejahtera. Kepedulian inilah yang menapaki setiap jejak langkah dan aktivitas partai. Dari sebuah entitas yang belum dikenal sama sekali dalam jagat perpolitikan Indonesia hingga dikenal dan eksis sampai saat ini. Sebagai partai yang menduduki peringkat 7 dalam pemilu 1999 lalu, PK (kini PK-Sejahtera) bertekad untuk meningkatkan daya pengaruhnya dalam pemilu 2004 mendatang.Untuk mengetahui sekilas sejarah PK-Sejahtera, kami paparkan secara singkat di bawah ini:
Tahun 1998
20 Juli 1998
Partai Keadilan (PK) didirikan di Jakarta. Hal tersebut dinyatakan dalam konferensi pers di Aula Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta.
9 Agustus 1998
Deklarasi PK di lapangan Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, dihadiri oleh 50.000 massa.
19 September 1998
PK menolak pemberlakuan asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi. Hal itu dinyatakan Presiden PK Dr Ir Nurmahmudi Isma'il dalam pidato politik peresmian DPW PK DIY.
3-6 Desember 1998
Musyawarah Kerja Nasional I digelar di Kampung Wisata Insan Krida (KWIK), Parung, Bogor, dan ditutup di hotel Cempaka, Jakarta setelah sebelumnya melakukan konvoi kendaraan dari Bogor-Jakarta.
Tahun 1999
19 Februari 1999
KH Didien Hafidhudin ditetapkan sebagai Calon Presiden RI dari Partai Keadilan.
30 Mei 1999
Delapan partai politik berasaskan Islam menyatakan bersatu dan menyepakati penggabungan sisa suara (stembus accord) hasil Pemilu 1999. Ke delapan partai itu adalah PPP, Partai Keadilan, Partai Kebangkitan Ummat, Partai Ummat Islam, PPII Masyumi. PNU. PBB. dan PSII 1905.
3 Juni 1999
Ribuan kader dan simpatisan Partai Keadilan memenuhi janji mereka untuk "memutihkan" Ibukota serta berkumpul di Bundaran HI menandai berakhirnya kampanye partai tersebut di Jakarta.
2 Agustus 1999
Partai Keadilan (PK) menandatangani hasil penghitungan suara pemilu dengan catatan pemilu relatif luber dan tidak jujur dan adil (jurdil). Keputusan ini diambil PK dengan pertimbangan adanya reaksi positip berupa pengakuan dari panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) bahwa Pemilu 1999 yang baru lalu masih jauh dari jurdil. Penandatanganan hasil pemilu dilakukan di kantor KPU, Senin sore (2/8).
20 Oktober 1999
PK menerima tawaran kursi kementerian Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) dalam kabinet pemerintahan KH Abdurrahman Wahid.
21 Oktober 1999
PK menunjuk Dr Ir Nurmahmudi Isma'il MSc sebagai calon menteri yang diajukan karena memiliki kapasitas, kapabilitas dan akseptabilitas.
Tahun 2000
16 April 2000
Dr Ir Nurmahmudi Isma'il mengundurkan diri dari jabatan Presiden Partai dan selanjutnya akan berkonsentrasi di kementerian Kehutanan dan Perkebunan.
18-21 Mei 2000
PK menggelar Musyawarah Nasional I di hotel Bumiwiyata, Depok.
21 Mei 2000
Dr Hidayat Nurwahid, MA terpilih sebagai Presiden kedua Partai Keadilan menggantikan Dr. Ir. Nurmahmudi Isma'il dalam Musyawarah Nasional I PK di hotel Bumiwiyata, Depok.
3 Agustus 2000
Delapan partai Islam (PPP, PBB, PK, Masyumi, PKU, PNU, PUI, PSII 1905) menggelar acara Sarasehan dan Silaturahim Partai-partai Islam di masjid Al Azhar dan meminta Piagam Jakarta masuk dalam Amandemen UUD 1945.
12 Oktober 2000
DPP Partai Keadilan (PK) menemui Wakil Ketua DPR Ri Soetardjo Soerjogoeritno di gedung DPR RI dan meminta delegasi IPU DPR RI untuk mengusahakan resolusi yang di dalamnya tidak hanya mengecam keras Israel, tapi sekaligus mengeluarkan Israel dari keanggotaan IPU.
13 Oktober 2000
Puluhan ribu massa Partai Keadilan (PK) yang berunjuk rasa di halaman Gedung DPR. Di bawah tangga gedung paripurna DPR aktivis PK membakar bendera Israel. PK meminta agar RI konsisten dengan sikap menyesalkan, menolak dan mengecam Israel menyusul penyerangan ke Palestina.
9 November 2000
Partai Keadilan menggelar acara Gelar Sambut Ramadhan. Masyarakat dan pemimpin bangsa diingatkan untuk menjaga kesucian bulan Ramadhan. Ribuan massa Partai Keadilan (PK) dari Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi menghadiri acara Gelar Sambut Ramadhan. Tablik akbar ini diselenggarakan di Bumi Perkemahan Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (19/11) pagi.
Tahun 2001
20 Januari 2001
PK menggelar Silaturahim dan Halal Bihalal di Silang Monas, Jakarta. Dalam orasinya Presiden PK Hidayat Nur Wahid menyatakan PK berlepas diri dari segala efek negatif pola dan produk kepemimpinan kontroversial kontraproduktif yang dilakukan Presiden Abdurrahman Wahid.
2 Maret 2001
DPP PK mengadakan bakti sosial di propinsi Banten yang terkena musibah banjir dan tanah longsor.
8 Oktober 2001
Lebih dari 150 anggota legislatif dari Partai Keadilan (PK) dari seluruh Indonesia, Senin (8/10) mendatangi Kedubes Amerika Serikat di Jalan Merdeka Barat dan bergabung dengan massa yang sudah lebih dulu melakukan aksi menentang terorisme AS.
19 Oktober 2001
PK gelar demo besar menentang agresi militer AS ke Afghanistan. Aksi besar ini diikuti 40.000 orang dan mendapat pujian dari berbagai pihak karena berlangsung damai dan tertib. Dalam aksi itu dibentuk Komite Indonesia untuk Solidaritas Afghanistan (KISA) yang diketuai oleh Dr Salim Segaf Al Djufri.
Tahun 2002
7 April 2002
PK gelar aksi keadilan untuk Palestina menentang aksi terorisme Israel atas bangsa Palestina di Silang Monas, Jakarta. PK juga membentuk Komite Keadilan untuk Pembebasan Al Aqsha (KKPA) yang diketuai oleh Dr Ahzami Zami'un Jazuli.
25 Mei 2002
PK gelar acara Gerak Jalan Keluarga (GJK) menyambut Maulid Nabi 1423 H dari Silang Monas - MH Thamrin - Bundaran HI - Silang Monas.
8 Juni 2002
15 pimpinan parpol yang tidak memenuhi ketentuan electoral threshold dua persen berdasar Undang-Undang (UU) Pemilu Nomor 3 Tahun 1999 sepakat menandatangani dokumen bersama di Hotel Sahid, Jakarta, untuk menolak pemberlakuan ketentuan tersebut. Mereka juga menuntut agar semua parpol peserta Pemilu 1999 diikutkan lagi dalam Pemilu 2004 walaupun ada parpol yang sama sekali tidak mempunyai perolehan kursi di DPR/DPRD. Partai yang terlibat pada pertemuan yang diprakarsai Partai Keadilan dan Persatuan (PKP), yaitu Partai Keadilan (PK), Partai Demokrasi Kasih Bangsa, Partai Nahdlatul Umat, Partai Demokrasi Indonesia, Partai Bhinneka Tunggal Ika Indonesia, Partai Katolik Demokrat, Partai Daulat Rakyat, Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Partai Persatuan, Partai Syarekat Islam Indonesia, Partai Nasional Indonesia Massa Marhaen, Partai Nasional Indonesia Front Marhaenis, Partai Politik Islam Indonesia Masyumi, dan Partai Kebangkitan Umat.
Tahun 2003
9 Februari 2003
Ratusan ribu massa PK berunjuk rasa menolak serangan AS ke Irak di sepanjang Jl. MH Thamrin hingga kedubes AS.
20 Maret 2003
Sekali lagi, PK bersama PKS menggelar aksi damai menentang serangan AS ke Irak di sepanjang Jl. MH Thamrin hingga kedubes AS. Aksi diikuti oleh 30.000 massa.
30 Maret 2003
PKS bersama Komite Indonesia untuk Solidaritas Rakyat Irak (KISRA) serta seluruh elemen masyarakat menggelar aksi ‘Sejuta Umat' dari Bunderan HI hingga kedubes AS, Jakarta. Aksi ini merupakan aksi terbesar sepanjang massa dan mampu mengusik para pemimpin dunia.
17 April 2003
Musyawarah Majelis Syuro XIII Partai Keadilan yang berlangsung di Wisma Haji Jawa Barat, Bekasi, merekomendasikan PK untuk bergabung dengan PKS.
20 April 2003
Deklarasi DPP PKS di Silang Monas, Jakarta, yang dihadiri oleh 40.000 massa.
26 Mei 2003
PK dan PKS mendeklarasikan Crisis Centre untuk Rakyat Aceh (CCRA) di halaman Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. CCRA dimaksudkan untuk membantu rakyat Aceh yang tengah dilanda konflik berkepanjangan.
4 Juni 2003
DPP PKS dinyatakan lulus verifikasi oleh Depkehham. Verifikasi dilakukan di kantor sekretariat Jl. Mampang Prapatan VIII No. R-2, Jakarta.
5 Juni 2003
PK selenggarakan acara ‘Silaturahim Nasional Anggota Legislatif Partai Keadilan' di Wisma DPR, Cikupa, Cisarua, Bogor, yang diikuti oleh 180 anggota dewan dari seluruh Indonesia.
8 Juni 2003
PKS gelar ‘Dzikir dan Doa untuk Rakyat Aceh' di halaman Masjid Agung Al Azhar, Jl. Pattimura, Kebayoran Baru, Jakarta, diikuti oleh ribuan massa.
10 Juni 2003
PK bersama PKS melakukan aksi demonstrasi di depan Gedung MPR/DPR Jl. Gatot Subroto, Jakarta, untuk mendukung disahkannya RUU Sisdiknas oleh DPR RI.
2 Juli 2003
Partai Keadilan Sejahtera (PK Sejahtera) telah menyelesaikan seluruh proses verifikasi Departemen Kehakiman dan HAM (Depkehham) di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah (setingkat Propinsi) dan Dewan Pimpinan Daerah (setingkat Kabupaten/Kota). Ini berarti PK Sejahtera telah melengkapi 100% persyaratan verifikasi Depkehham.
3 Juli 2003
PK bergabung dengan PKS yang dilakukan di kantor pengacara Tri Sulistyowarni di Pamulang, Tangerang. Dengan penggabungan ini, seluruh hak milik PK menjadi milik PKS, termasuk anggota dewan dan para kadernya.
20 Juli 2003
Musyawarah Majelis Syuro I PKS yang berlangsung di Ruang Binasentra, Kompleks Bidakara, Jakarta, menetapkan delapan kriteria Calon Presiden (Capres) RI versi PKS. Selain itu dicanangkan juga mekanisme pemilihan capres melalui Jaring Capres Emas.
22 Juli 2003
Ribuan massa PKS melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog), Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. PKS menolak kebijakan Bulog seperti beras impor dan dana talangan Sukhoi yang dinilai menyengsarakan ribuan petani.
8 Agustus 2003
DPP PKS mencanangkan program Safari ‘Aam Intikhobi (Tahun Pemenangan Pemilu), yaitu program safari tokoh-tokoh partai ke berbagai daerah untuk mensosialisasikan dan mensukseskan pemilu 2004. Acara berlangsung di Aula Masjid Baitussalam, Duren Tiga, Jakarta.
baca selanjutnya..