Sabtu, Oktober 18, 2008

Kesibukan Tim Sukses Jelang Pilwakot Madiun; Demi Kemenangan Hayo, Rela Blusukan hingga RT

Nama mereka mungkin jarang dikenal. Namun, kesibukannya melebihi pasangan Hari Sutji-Hartoyo (Hayo) (yang diusung PKS) menjadi calon wali kota dan wakil wali kota Madiun. Untuk memenangkan calonnya, tim sukses Hayo harus bekerja ekstra keras. Seperti apa?
DIDIK HARYONO - Madiun
————
SEBUAH bendera besar Partai Keadilan Sejahtera dan baliho pasangan calon wali kota - wakil wali kota Hari Sutji-Hartoyo berdiri tegak berdampingan di sebuah rumah Jl. Sulawesi No. 22 Kota Madiun.
Tumpukan bambu kering dan baliho yang rusak memenuhi halaman rumah sederhana bercat putih yang dikombinasi hitam dan kuning, warna khas PKS. Itulah base camp pasangan Hayo.
Kesan sederhana juga muncul di dalam rumah. Di ruang berukuran 4 x 8 meter itu, hanya ada satu papan tulis dan alas karpet warna hijau. Di papan tulis, terpampanag coretan daftar pemilih pilwakot. Lengkap dengan data inventarisasi pemilih perempuan dan laki-laki di Kota Madiun.
Di sudut ruangan, ada tumpukan kertas, sticker serta berbagai alat peraga duet Hayo yang siap dibagikan. ”Ya begini ini (suasana) base camp kami. Sederhana. Berbeda dengan calon lain yang mewah-mewah,” terang M. Haris Nabawi, ketua tim sukses Hayo, kemarin (16/10).
Menurut Haris, di ruang sederhana itulah, pasangan Hayo dan tim sukses merumuskan berbagai strategi pemenangan. Termasuk, menyiapkan berbagai uba rampe kampanye pemenangan Hayo menuju kursi AE 1 Kota.
Mulai dari surat menyurat, rapat, dan tempat diskusi, sekaligus gudang logistik alat peraga. kampanye. ”Kesederhanaan inilah yang menjadi spirit kami menuju sebuah perubahan dan perbaikan Kota Madiun ke depan yang lebih baik,” ujarnya.
Meski menempati ruang yang tergolong sempit dan sederhana, Haris mengaku kondisi tersebut tidak mengendurkan semangat tim dalam memenangkan Hayo. Bahkan, tak jarang seluruh anggota harus lembur hingga dini hari untuk menyiapkan kampanye.
Menurut Haris, kerja tim sukses tidak hanya saat ini saja. Tapi, jauh sebelum kampanye, pihaknya sudah bekerja keras membangun jejaring. Seperti mendatangi rumah kader untuk penggalangan dana pemenangan. Selain itu, pihaknya juga blusukan hingga RT, kelompok pengajian dan pasar untuk menyosialisasikan pasangan Hayo.
Dana kampanye dan pemenangan dari kader lantas disumbangkan ke partai. Baru setelah dari partai diserahkan pada tim sukses untuk dikelola. ”Spirit amar ma’ruf nahi munkar melalui suksesi kepemimpinan itulah yang menjadikan kader rela memberikan sumbangan materi hingga ratusan juta,” tambahnya.
Kesibukan itu juga dibenarkan Yuti Haryani Susiowati, kepala seksi administrasi tim sukses Hayo. Menurut Yuti, sekretariat tim sukses tak pernah sepi dari kader. Meski saat kampanye, ia dan beberapa anggota tim lain tetap berada di sekretariat guna menyiapkan kegiatan berikutnya. ”Di sini (sekretariat) kesibukan hampir 24 jam penuh,” ujarnya.
Lantas bagaimana kiat mereka bisa bertahan dalam aktivitas yang cukup tinggi itu, Yuti mengaku semangat menjadi modal utama. Tatkala menjalankan tugas, tak jarang ia mendapat kritik dan kena marah dari sesama anggota tim sukses.
Namun, hal itu tak menyurutkan semangat untuk terus bekerja memenangkan pasangan Hayo. ”Kalau dimarahi, anggap saja sebagai latihan untuk bersabar,” ujar gadis berjilbab itu.
Selain semangat, baik Haris maupun Yuti mengaku menjadikan olahraga sebagai resep untuk menjaga kebugaran tubuh. Itu sebabnya, meski pulang larut malam dan harus berangkat kembali di pagi hari, ia menyempatkan diri berolahraga ringan. Seperti senam maupun jogging. ”Olahraga itu rutin kami lakukan. Tujuannya agar stamina tetap fit.” *** (rif)
sumber : pks jatim
baca selanjutnya..

Jumat, Agustus 22, 2008

Penolakan PKS terhadap Inu Kencana

Syaefudin Simon

Siapa kenal Nurmahmudi Ismail, Hidayat Nurwahid, atau Tifatul Sembiring sebelum mereka memimpin PKS? Mereka baru dikenal dan menjadi tokoh popular setelah PKS mengusungnya. PKS tampaknya cenderung menghindari hal yang sebaliknya: mendompleng popularitas tokoh-tokoh luar untuk mempopulerkan partai.

Berbagai media pekan lalu memberitakan bahwa Inu Kencana Syafiie, mantan dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), yang melamar untuk menjadi calon legislator ke Partai Keadilan Sejahtera (PKS), ditolak. Membaca penolakan lamaran PKS di berbagai media, sejumlah petinggi partai politik langsung menawari Inu untuk menjadi calon legislator "nomor peci" (dulu nomor jadi). Bahkan menurut situs berita Inilah.com, setelah ditolak PKS, Inu dilamar 11 partai politik. Dengan kehadiran tokoh sepopuler Inu, secara logika partai-partai yang mengusungnya niscaya akan populer dan, dampaknya, perolehan suara partai dalam Pemilu 2009 akan terdongkrak.

Logika di atas hampir 100 persen diterima oleh partai-partai "konvensional" yang akan berlaga dalam Pemilu 2009 nanti. Popularitas seseorang menjadi jaminan untuk diterima sebagai calon legislator. Bahkan sejumlah partai seperti PAN, PKB, dan PDIP berburu calon legislator populer atau selebriti, seperti dari kalangan artis, tokoh agama, penulis, pebisnis, intelektual, dan lembaga swadaya masyarakat.

Barangkali itulah sebabnya Inu cukup pede melamar PKS. Tapi sayang, PKS punya pandangan yang berbeda dengan partai-partai lain.


Logika partai kader
Sebagai partai kader, PKS punya logika yang berbeda dengan partai-partai lain, seperti PBB, PKB, dan PDIP. Bagi PKS, ketokohan dan popularitas seseorang bukan sesuatu yang amat penting. PKS mengandalkan jalannya mesin partai dari "energi kader". Karena itu, ketokohan, popularitas, dan kekayaan seseorang bukanlah faktor utama dalam menentukan calon legislator baik di DPR maupun DPRD.

Bahkan, lebih jauh lagi, karena pengkaderan PKS berbasis Islam, justru PKS menghindari orang-orang yang thoma' (tidak ikhlas) dan ujub (pamer) untuk dipilih sebagai calon legislator. Sebab, orang-orang yang thoma' dan ujub dalam pandangan Islam adalah orang-orang buruk dan tidak akan bisa memegang amanah.

Bagi PKS yang partai kader, suara kader jauh lebih berharga ketimbang popularitas dan ketokohan seseorang. Bahkan ketokohan dan popularitas seseorang, menurut sumber di PKS, bisa berakibat buruk terhadap "mekanisme sistemik dari bekerjanya mesin kader PKS".

Dari pandangan seperti itulah kita bisa melihat bagaimana cara berpikir dan berlogika orang-orang PKS. PKS, misalnya, berani menampilkan Ahmad Heryawan dalam pemilihan kepala daerah Jawa Barat, padahal Ahmad Heryawan "bukan siapa-siapa" dibanding tokoh-tokoh semacam Agum dan Danny Setiawan di Jawa Barat. Terpilihnya Heryawan membuktikan bahwa kendaraan bermesin kader PKS ternyata mampu bekerja dengan baik, siapa pun pengendaranya. Hal ini, misalnya, tidak hanya terbukti pada pilkada Jawa Barat, tapi juga NTB, Sumatera Utara, dan DKI.

Dalam pilkada DKI, misalnya, PKS berani mengusung Adang Daradjatun, tokoh yang kurang dikenal massa Jakarta sebelumnya, dibanding Sarwono Kusumaatmadja, Rano Karno, dan lainnya yang saat itu berharap dipilih jadi calon gubernur oleh partai politik. Meskipun demikian, Adang, yang sebelumnya kurang popular, berkat energi kader PKS, perolehan suaranya hanya berselisih sedikit dibanding gubernur terpilih Fauzi Bowo, yang didukung oleh semua partai kecuali PKS.

Dari fenomena itulah, terlihat kenapa PKS tampaknya tidak pernah tergiur oleh ketokohan dan popularitas seseorang untuk dijadikan calon legislator. Bagi PKS, yang terpenting adalah bagaimana penilaian kader terhadap "calon-calon"-nya, baik di lembaga legislatif maupun eksekutif. Dalam kaitan dengan ini, PKS punya mekanisme tersendiri untuk menempatkan kader-kadernya di legislatif maupun eksekutif, dan mekanisme ini dibangun atas kesepakatan kader dan pimpinan. PKS, kata Wahyudin Munawir, salah seorang anggota DPR RI dari PKS, lebih percaya kepada sistem ketimbang ketokohan seseorang.

Siapa kenal Nurmahmudi Ismail, Hidayat Nurwahid, atau Tifatul Sembiring sebelum mereka memimpin PKS? Mereka baru dikenal dan menjadi tokoh popular setelah PKS mengusungnya. PKS tampaknya cenderung menghindari hal yang sebaliknya: mendompleng popularitas tokoh-tokoh luar untuk mempopulerkan partai.

Dari gambaran di atas, bisa dipahami kenapa PKS tidak terlalu merespons lamaran Inu Kencana. Kader dan pimpinan PKS tentu saja mengetahui kepopuleran dan kebaikan nama Inu. Tapi itu tidak berarti DPP PKS bisa mengubah kesepakatan atau ketetapan yang telah diputuskan partai hanya karena lamaran Inu. Hal ini berbeda dengan partai-partai lain.

Tak sedikit pemimpin partai yang seakan menjadi "godfather"--bisa mengatur penempatan calon legislator, baik di lembaga legislatif maupun eksekutif, sesuai dengan keinginannya atau keinginan segelintir orang tanpa perlu memutuskannya dalam rapat partai. Ini terbukti dari banyaknya partai yang dengan senang hati menerima dan menghargai "kutu loncat" dan menempatkan sang kutu loncat pada posisi yang terhormat di partai.

Mereka, para kutu loncat itu, dihargai karena faktor ketokohan, popularitas, dan finansialnya. Hal-hal seperti inilah yang sering kadang merusak nama partai di kemudian hari. Sejumlah anggota legislatif yang tertangkap KPK karena kasus suap, misalnya, banyak di antaranya para kutu loncat.


Tentu saja sebagai partai berbasis kader, PKS punya kelemahan dibanding partai berbasis massa. PKS sulit menjadi partai besar seperti halnya Golkar dan PDIP yang berideologi pluralis dan menggunakan cara "pragmatis" untuk membesarkan partai. Meskipun demikian, di saat partai-partai lain tergerus kredibilitasnya oleh skandal korupsi dan seks, kehadiran PKS sebagai partai kader, memberikan nuansa baru.

Dengan kuatnya sistem pengkaderan di PKS yang berasaskan Islam, partai ini sangat tajam penciumannya terhadap gelagat buruk kader-kadernya, baik di lembaga eksekutif maupun legislatif. Itulah yang menyebabkan PKS relatif bersih dari isu-isu miring, karena sistem dan mekanisme partai mampu mengeliminasi gejala dan indikasi buruk yang muncul pada kader-kadernya.

Saat ini, di saat bangsa Indonesia rindu pada pembangunan sistem yang bersih dari korupsi, bukan tidak mungkin masyarakat, termasuk yang nonmuslim, cenderung bersimpati kepada PKS pada pemilu mendatang, karena tertarik kepada pembangunan sistem pengkaderan dan mekanisme early warning-nya terhadap korupsi. Namun, jika sekali saja PKS gagal menjaga kredibilitasnya di masyarakat, partai kader ini pun akan ambruk dan hanya menjadi cemoohan orang. Semoga hal terakhir ini tidak akan terjadi!*

Syaefudin Simon,mahasiswa Program Magister Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta

Sumber : Pks Pusat
baca selanjutnya..

Rabu, Agustus 20, 2008

573 Caleg PKS Insya Allah Bebas Dari Korupsi

“Setiap caleg yang didaftarkan telah melewati dua tahap seleksi yang kuat. Pertama seleksi moral, dan kedua seleksi kompetensi.” Ujar Anis Matta di gedung KPU siang tadi (19/8).

PK-Sejahtera Online: Hari ini PKS menyerahkan daftar calon legislatif untuk DPR Pusat pada pukul 12.00 WIB. Daftar Caleg diserahkan oleh Sekjen, sekaligus ketua Tim Pemenangan Pemilu PKS, Anis Matta, dan diterima oleh anggota KPU Syamsul Bahri. Daftar caleg tersebut terdiri dari 373 Laki-laki dan 200 perempuan (34,9%). Sekitar 80% berusia 30-45 tahun. Anis Matta menyerahkan 12.033 berkas dokumen dari 573 caleg yang didaftarkan yang dikemas dalam dua belas kotak plastik besar.

Turut mendampingi sekjen, hadir pula para wakil sekjen, para ketua wilda, ketua Badan Humas DPP PKS, Mabruri, Ketua Bidang Pembinaan Kader, Ahmad Zainudin, dan ketua bidang Pembinaan Pemuda, Ahmad Faradis.

Ketika ditanyakan tentang caleg dari kalangan artis, Mardani mengatakan bahwa bagi PKS, selain popularitas, aspek lain yang lebih penting sebagai prioritas adalah kualitas dan kompetensi caleg.“Setiap caleg yang didaftarkan telah melewati dua tahap seleksi yang kuat. Pertama seleksi moral, dan kedua seleksi kompetensi. insya Allah bebas dari korupsi” jelas Anis Matta.

Selain memenuhi syarat yang diminta KPU, caleg PKS juga wajib menandatangani JANJI SETIA yang terdiri dari 5 poin. Diantaranya menjaga integritas moral, menghindari pendapatan yang haram atau syubhat, tidak melakukan korupsi dan melakukan pola hidup sederhana.

sumber : pks pusat

baca selanjutnya..

Senin, Juli 21, 2008

Survei CSIS: Terbukti, Pendukung PKS Loyal

PDIP, Golkar dan PKS Teratas
Jakarta, Meski tergolong partai baru namun Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ternyata memiliki massa pendukung paling loyal. Loyalitas pendukung PKS jauh mengungguli pemilih Partai Golkar, PDIP, dan PPP.
Hasil penelitian yang diungkap Center for Strategic and International Studies (CSIS) cukup mengejutkan mengingat PKS baru lahir pada era reformasi 1998. Dalam pemilu pertama 1999, PKS yang dulu masih bernama Partai Keadilan (PK) bahkan sempat tidak lolos ET sehingga harus berganti nama menjadi PKS.
Menurut CSIS, dari 3.000 responden yang disurvei pada pertengahan Mei 2008 ditemukan fakta bahwa sebanyak 75,4 persen pemilih yang pada pemilu 2004 lalu memilih PKS, menyatakan akan kembali memilih PKS pada Pemilu 2009.
Angka berbeda ditemukan ketika responden dari partai besar lain ditanya pertanyaan serupa. Hanya 61 persen pemilih Partai Golkar yang akan kembali memilih partai pimpinan Jusuf Kalla ini pada pemilu 2009. Lebih parah lagi adalah loyalitas pemilih PDIP. Tercatat hanya 55,1 persen responden yang akan memilih partai Banteng Mencereng ini.Namun loyalitas ketiga partai itu masih lebih baik ketimbang PPP, PAN, dan Partai Demokrat (PD). Ketiga partai ini memiliki basis pendukung yang relatif lebih lemah.
“Dukungan terhadap PPP dan PAN akan turun drastis karena banyak pendukungnya pindah ke PKS. Begitu juga dengan Partai Demokrat karena hanya menjadi fenomena sesaat,” ungkap CSIS.
CSIS juga menemukan sebanyak 30 persen responden belum menentukan pilihan dalam pemilu 2009. Sementara 6,1 persen respon menyatakan akan memilih partai-partai lain. “Sekitar 35 persen calon pemilih yang merupakan pemilih tahun 2004 berencana menetapkan pilihan pastinya pada hari pemungutan suara Pemilu 2009,” kata CSIS.
Survei CSIS ini dilakukan pada pertengahan Mei 2008 terhadap 3.000 responden yang tersebar di 13 provinsi yang memiliki total 85 persen jumlah penduduk Indonesia dan mewakili sekitar 76 persen kursi di DPR RI.CSIS menggunakan metode survei wawancara dan tatap muka langsung. Untuk penentuan sampel, CSIS melakukan kombinasi multi-stage purposive sampling dan random sampling dengan margin of errors sebesar plus minus 1,79 persen.
Sumber : pks jatim
baca selanjutnya..

Selasa, Juli 08, 2008

Kader PKS Dipenjara, Ungkap Korupsi Pengadaan Buku Rp 1,6 Miliar

Sejak pukul 19.15 Jumat malam lalu, politisi PKS itu resmi menjalani masa hukumannya di Lapas Kelas II A Malabero. Dia ''diantar'' Kasi Pidum Kejari Bengkulu Fauzi SH dan Kasi Penyidikan Kejati Bengkulu yang juga menjadi jaksa penuntut umum kasusnya, Agus Irawan.

BENGKULU
Ironi terjadi di dunia hukum Bengkulu. Ketua DPRD Kota Bengkulu Ahmad Zarkasi SP yang mengungkap dugaan korupsi proyek pengadaan buku Diknas malah dijebloskan ke penjara.

Hukuman tersebut harus diterima setelah dia dilaporkan dengan tuduhan pencemaran nama baik. Atas tindakannya itu, dia divonis bersalah dengan hukuman satu bulan penjara.

Sedangkan laporan korupsi yang disampaikan tidak jelas penyelidikannya. 'Mengapa bukan kasus korupsinya yang diusut dulu. Jika tidak terbukti, baru pencemaran nama baiknya yang diperiksa,' sesalnya, sesaat sebelum eksekusi putusan pengadilan atas dirinya kemarin.

Sejak pukul 19.15 Jumat malam lalu, politisi PKS itu resmi menjalani masa hukumannya di Lapas Kelas II A Malabero. Dia 'diantar' Kasi Pidum Kejari Bengkulu Fauzi SH dan Kasi Penyidikan Kejati Bengkulu yang juga menjadi jaksa penuntut umum kasusnya, Agus Irawan.

Selama proses eksekusi tersebut, Zarkasi terlihat tenang dan banyak tersenyum. Dia menyalami puluhan kader PKS yang ikut mengantar ke lapas.

Insiden kecil terjadi saat Zarkasi hendak dinaikkan ke mobil tahanan kejaksaan. Ban kiri depan mobil yang diparkir di depan rumah dinas Zarkasi tiba-tiba meletus. 'Ini bukan kesengajaan. Mungkin pertanda Zarkasi tidak boleh dieksekusi,' kata anggota DPRD Kota Bengkulu Irman Sawiran.

Setiba di lapas, puluhan kader PKS menyambut Zarkasi dengan bentangan spanduk. 'Ketua DPRD mengungkap kasus korupsi Rp 1,6 M justru dipenjara, di mana keadilan itu.'

Sebelum eksekusi, Zarkasi sempat mendatangi kantor kejaksaan sekitar pukul 10.30. Masih dengan berpakaian dinas anggota dewan, dia menemui Fauzi di ruang Kajari Effendi Harahap SH.

Saat itu sebenarnya sudah beredar informasi bahwa eksekusi terhadap Zarkasi segera dilaksanakan. Namun, tembusan putusan MA belum sampai ke PN Bengkulu.

Karena belum ada kejelasan, Zarkasi pun meninggalkan kejaksaan untuk salat Jumat. Dia bahkan sempat menghadiri sebuah acara di GOR Sawah Lebar. Setelah ada kepastian soal putusan MA, kejaksaan pun berniat menjemput Zarkasi di rumah dinasnya sore itu juga.

Sebelum menuju lapas, Zarkasi sempat mengadakan jumpa pers. Sambil memegang Alquran, bapak delapan anak itu mengungkapkan kekecewaannya atas sikap aparat hukum Bengkulu.

Menurut dia, aparat hukum Bengkulu dan juga di Indonesia pada umumnya belum memihak kepada kebenaran. Banyak kasus korupsi yang jelas-jelas merugikan negara tidak tertangani sampai tuntas.

'Kita sama-sama tahu, belum lama ini terdengar aparat penegak hukum menyidik kasus dugaan korupsi dalam jumlah besar. Namun nyatanya, hingga kini belum ada yang berlanjut ke persidangan. Tersangkanya masih duduk santai di rumah,' katanya.

Dia menduga, kejadian yang dialami itu adalah bagian dari risiko politik yang harus dihadapi. Itu, tegasnya, tidak akan mengubah sikap dan perjuangannya. 'Selama menurut saya dan agama saya itu benar, saya akan terus memperjuangkannya. Tidak ada di dalam kamus saya, kapok dalam menegakkan kebenaran," tandasnya.

Sikap tegas Zarkasi tersebut mendapat dukungan istrinya, Eko Sulistyawati. Perempuan itu sudah siap menghadapi berbagai risiko yang dialami sang suami. Baginya, Zarkasi adalah pejuang bagi keluarga dan warga Kota Bengkulu.

Demikian juga dengan anak pertama mereka, Roidah, yang masih menempuh pendidikan di SMP. Dia mengaku tidak malu ayahnya dipenjara. 'Kenapa malu? Bapak kan enggak korupsi," katanya.

Kasus tersebut berawal ketika Zarkasi masih menjadi anggota DPRD Kota Bengkulu 2002 lalu. Dia mengkritisi anggaran ganda dalam pengadaan buku Diknas Pemkot Bengkulu.

Merasa tersinggung, Wali Kota Chalik melaporkan Zarkasi ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik. Kejaksaan ternyata lebih memperhatikan laporan Chalik daripada laporan Zarkasi.

Kasus pencemaran nama baik pun diproses terlebih dahulu, sementara dugaan korupsi diabaikan. Meski belakangan BPK menjelaskan ada dugaan penyimpangan dana dalam proyek tersebut sebesar Rp 1,5 miliar.

Dalam sidang pertama di PN Bengkulu 2006 lalu, Zarkasi divonis lima bulan penjara. Pengadilan tinggi menerima banding Zarkasi dan mengurangi hukumannya menjadi satu bulan.

Masih tidak terima, Zarkasi pun mengajukan kasasi ke MA. Hasilnya, MA memperkuat putusan PT Bengkulu. Eksekusi pun dilakukan Jumat malam lalu. Soal dugaan korupsi? Tidak ada kejelasan penyidikannya meski BPK sudah menengarai adanya kemungkinan tersebut. (lid/jpnn/ruk)


Sumber: JawaPos
Pengirim: Mohammad Yusuf
baca selanjutnya..

Sabtu, Juni 21, 2008

Koalisi PDIP-PKS Paling Kuat

Tifatul: Visi Tak Sejalan, Mega Sudah di Atas 50 Tahun
JawaPos-JAKARTA - Meski jarang dipublikasikan, sejumlah partai politik kini mulai menghitung kekuatan koalisi pasca Pemilu 2009. Beberapa studi terakhir menemukan koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi kekuatan paling ideal dalam membangun pemerintahan.
Hasil penelitian tersebut dikemukakan Presiden PKS Tifatul Sembiring dalam sebuah diskusi publik PKS dan Kepemimpinan Kaum Muda di Jakarta kemarin (19/6).
Dia memaparkan, PKS menyadari bahwa pada 2009 belum mampu menjadi partai yang mendapat suara mayoritas (single majority). ”Dan, riset terakhir, PDIP dan PKS paling kuat kalau membentuk koalisi,” ujar Tifatul.
Sistem pemilu dengan multipartai sederhana seperti yang berlaku di Indonesia sekarang ini dinilai tidak mungkin menciptakan single majority. Menurut Tifatul, mozaik kebhinekaan kekuatan parpol sangat cair. ”Indonesia tak lagi ‘kuning’,” katanya. Parta-partai papan atas dan tengah saling berbagi kekuatan di seluruh wilayah Indonesia. Karena itu, Tifatul memprediksi, dalam Pemilu 2009 tidak akan ada partai yang meraih suara di atas 25 persen.
Namun, visi PKS tentang calon presiden ideal di 2009 tak segaris dengan PDIP. Tifatul menegaskan, calon presiden ideal harus dari kalangan muda. ”Kita butuh presiden balita, bawah lima puluh tahun,” cetusnya. Pernyataan tersebut berbeda dengan keputusan PDIP yang akan kembali mengusung Megawati Soekarnoputri untuk bertarung pada Pemilu 2009.
Tifatul mengatakan, permasalahan yang dihadapi Indonesia sangat kompleks. Karena itu, seorang calon presiden harus mempunyai pemikiran segar dan matang untuk menemukan solusi atas kesulitan bangsa. ”Dia harus tahu what dan how-nya. Yang pasti, permasalahan ini tidak bisa diatasi dengan iklan di tv, main film, dan nyanyi-nyanyi,” sindir Tifatul.
Menanggapi pendapat Tifatul, Ketua Umum Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) PDIP Budiman Sudjatmiko melihat peluang koalisi masih sangat terbuka. Menurut dia, sebuah koalisi yang kuat bisa terbangun atas dasar kesamaan visi. Karena itu, sebelum membentuk sebuah koalisi, partai politik harus berani membedah visi misi masing-masing. ”Apakah program partai sesuai dengan ideologi partai,” tambahnya.
Pengamat politik dari Universitas Paramadhina Yudhi Latief juga sepakat bahwa koalisi PDIP-PKS sangat ideal untuk membentuk pemerintahan. ”Kalau dua partai ini bersekutu, saya rasa, bisa menyelesaikan semuanya,” tandasnya. Meski ideologi kedua partai tersebut bertolak belakang, lanjut Yudhi, jika ditemukan formulasinya, justru bisa saling melengkapi.
Yudhi berpendapat, sebagai bagian dari mozaik sebuah bangsa partai politik boleh membawa bendera perjuangan ideologinya. Tapi, ketika sudah masuk pada tataran kepentingan bangsa, partai politik harus rela melepaskan ego kelompoknya. ”PKS boleh membawa suara Islam. Tapi, ketika nanti menjadi penguasa, dia harus berbicara permasalahan nasional,” katanya. (cak/mk)
sumber : pks pusat n jatim
dicopy oleh simpatisan PKS Ponorogo
baca selanjutnya..

Selasa, Juni 17, 2008

Nomer 5 Untuk Karsa

sumber : PKS Jatim
dicopy oleh : Simpatisan PKS Ponorogo
baca selanjutnya..

Sabtu, Juni 07, 2008

Kasus FPI Jangan Alihkan Isu BBM

Fraksi-PKS Online: Kerusuhan yang terjadi akibat pertikaian dua kubu massa di Monas Ahad lalu yang berbuntut pada tuntutan pembubaran FPI tak pelak menyedot perhatian banyak pihak. Tak kurang dari Duta Besar AS dan Presiden SBY turut bereaksi terhadap kasus tersebut. Pers pun berebut untuk terus menyuguhkan kasus itu sebagai headline di media mereka hingga hari ini.
Anggota Fraksi PKS DPR RI Hilman Rasyad Syihab mengkhawatirkan tingginya perhatian terhadap kasus Front Pembela Islam (FPI) VS Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) akan menggeser isu kenaikan BBM. Menurutnya pendapat yang menyatakan bahwa isu itu sengaja dibesarkan untuk mengalihkan gejolak massa terhadap kenaikan BBM cukup masuk akal.
"Isu BBM sepertinya tertutupi kasus Monas, padahal masih banyak yang perlu dikritisi dari kebijakan pemerintah menaikan BBM," kata Hilman di Jakarta, Selasa (3/6) malam.
Menurut Hilman dampak naiknya BBM yang sangat membebankan rakyat miskin masih harus mendapatkan porsi terbesar dari perhatian pemerintah. Penyelenggaraan Bantuan Tunai Langsung (BLT) misalnya, masih banyak masalah di sana-sini. Belum lagi harga-harga kebutuhan pokok yang terus merangkak naik.
"Jangan sampai isu kelompok massa tertentu melupakan perhatian pemerintah terhadap masyarakat miskin yang jumlahnya jauh lebih besar," tegasnya.
Wakil Ketua Komisi VIII ini juga mengkhawatirkan ada pihak-pihak yang menangguk keuntungan dari dibesar-besarkannya kasus tersebut. Apalagi situasi sosial dan politik dalam negeri semakin menghangat pasca kenaikan harga BBM dan menjelang Pemilu 2009. Untuk itu dia meminta Pemerintah segera menyelesaikan kasus itu dengan seadil-adilnya.
Sumber : Fraksi-PKS Online
Pengirim: Khairunnisa Update: 03/06/2008 Oleh: Khairunnisa
Dicopi oleh Simpatisan PKS Ponorogo
baca selanjutnya..

Kamis, Juni 05, 2008

Kamis, Mei 22, 2008

PKS Ikrar Dukung KarSa di Juanda



Anggota dewan dan tokoh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) membuktikan keseriusannya mendukung pasangan KarSa (SOEKARWO – SAIFULLAH YUSUF) melalui ikrar kesetiaan di Hotel Bandara, Juanda, Sabtu (17/05).“Kami anggota dewan dan elemen tokoh Partai Kedilan Sejahtera Propinsi Jatim, siap dengan sepenuh hati, dengan sepenuh jiwa, dengan sepenuh raga, untuk memenangkan Pemilu legislatif 2009, dan memenangkan SOEKARWO – SAIFULLAH YUSUF sebagai Gubernur dan Wagub Jatim 2008-2013.” Begitu bunyi ikrarnya, yang diakhiri dengan pekik Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar walillahilham.
Usai ikrar, Ir YUSUF ROHANA, Ketua Tim Pemenangan Pemilu Wilayah (TPPW) PKS Jatim yang juga Sekretaris Majelis Pertimbangan Wilayah PKS Jatim, menjelaskan, pihaknya akan all out memenangkan KarSa dengan tiga pola yakni dengan eleman kader, elemen anggota legislatif dan tokoh, serta dengan elemen sayap politik.
Untuk kader menggunakan formula 10 – 4. Kemudian enam elemen sayap dan elemen anggota legislatif. “Maksudnya, kami punya kader 63.000-an, masing-masing berkewajiban mendatangi sepuluh keluarga. Kalau satu keluarga rata-rata terdiri dari empat orang, kalkulasi kami nanti bisa sumbangkan sekitar 2,4 juta dari elemen kader,” kata YUSUF seperti dalam siaran pers dari Markom Sekber KarSa pada suarasurabaya.net.
Kemudian kami punya enam elemen sayap, yang siap digerakkan, yakni dari Pemuda Lingkungan, salah satunya Pesantren Anak Jalanan (Palas), Gema Keadilan, yang mewadahi para seniman, pecinta alam, dan pemuda lingkungan lainnya Ada sayap professional, sayap pelajar mahasiswa, sayap buruh, ada sayap petani dan nelayan (PPNSI = Persaudaraan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia).
Menurut YUSUF, kini sedang menggerakkan anggota legislatif dan tokoh PKS. Insya Allah mesin politik sudah siap sejak tiga bulan lalu, meski saat itu belum menentukan dukungan terhadap cagub-cawagub. “Kini tinggal ‘grak’-nya,” ujarnya.
Ditambahkan, dukungan ke KarSa dikeluarkan pimpinan PKS Pusat pada hari Rabu (07/05). Setelah itu kita bisa gerak, karena mesin sudah disiapkan sebelumnya. Total jumlah anggota legislatif PKS di Jatim ada 39 orang. “Anggota DPR RI dari PKS, turun pada kampanye saja,” ujarnya.(ipg)
Teks Foto:- YUSUF ROHANA membacakan ikrar dukungan terhadap pasangan KarSa, diikuti 100 anggota legislatif dan tokoh sayap politik PKS se-Jatim, di Hotel Bandara, Juanda, Sabtu (17/05).Foto: Dok. Sekber KarSa.Sumber: Radio Online Suara Surabaya
baca selanjutnya..

Rabu, Mei 21, 2008

PKS Unggul di 2009 Menurut Kompas

PKS Partai Keadilan Sejahtera Menuju Pemilu 2009
Konstelasi Partai Menjelang 2009
Pemilihan Umum 2009 akan menjadi ajang pembuktian kekuatan bagi partai kader untuk menunjukkan kepiawaian organisasinya, sekaligus mengukur seberapa kuat partai-partai lama masih bisa bertahan menghadapi gempuran partai-partai baru.Berbeda dengan pertumbuhan kader kepemimpinan yang stagnan, pertumbuhan partai politik tampaknya tetap dinamis. Meskipun kinerja partai-partai secara umum dinilai mengecewakan, setidaknya tergambar dari pernyataan 84,7 persen responden jajak pendapat Litbang Kompas, namun persiapan partai-partai menuju Pemilu 2009 tampaknya tidak terpengaruh oleh pendapat publik.Tujuh partai yang telah lolos ambang batas Pemilu 2004 setidaknya harus berhadapan dengan 24 partai baru yang lolos verifikasi Departemen Hukum dan HAM dan sembilan partai politik yang tidak lolos ambang batas perolehan suara, tetapi diperbolehkan ikut pemilu karena memiliki kursi di DPR.Jika dilihat dari konteks pertumbuhan dukungan partai, pilihan publik setidaknya dipengaruhi oleh seberapa besar sebuah partai mengalami eskalasi citra dan solidaritas satu-dua tahun menjelang pemilu.Jika dinamika sebuah partai menjadi mekanisme yang terus bergerak, ada kemungkinan pertumbuhannya seperti bola salju yang makin membesar. Sebaliknya, jika tren yang terlihat cenderung stagnan atau aktivitasnya tidak dinamis, sulit akan meraih dukungan dari massa mengambang yang jumlahnya sangat menentukan.Dengan kisaran 40 hingga 50 persen dari jumlah potensial pemilih, massa mengambang akan menjadi penentu kemenangan pada saat-saat akhir. Pilihan sangat mungkin dijatuhkan kepada partai-partai yang dinamis.Belajar dari pemilu-pemilu sebelumnya tampak bahwa pemilu membawa dinamika yang berbeda-beda pada setiap partai. Dalam Pemilu 1999, eskalasi yang demikian dahsyat terjadi pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).Sejak peristiwa 27 Juli 1996 PDI-P terus tumbuh dengan solidaritas dukungan basis massa yang makin kuat. Partai ini menampilkan tiga sisi partai yang sangat menonjol: soliditas basis massa, ideologi, dan kepemimpinan yang kuat. Hasilnya adalah, ia menjadi pemenang Pemilu 1999.Namun, dinamika PDI-P tampaknya menjadi stagnan setelah partai ini mencapai tampuk kepemimpinan nasional. Sejumlah friksi membuat partai nasionalis ini mulai ditinggalkan elite-elite partainya. Dukungan terhadap partai tersebut terbukti menurun pada pemilu selanjutnya.Sebaliknya, dua tahun menjelang Pemilu 2004, Partai Golkar lebih memperlihatkan diri sebagai partai yang dinamis. Lewat konvensi-konvensi yang dilakukan partai ini, Golkar mencitrakan sebuah partai dengan ideologi nasionalis yang demokratis. Dinamika Golkar mengubur kenangan publik pada represi politik yang dilakukan partai ini bersama ABRI dan birokrasi pada masa Orde Baru. Golkar Baru yang diembuskan lewat konvensi membuat partai beringin ini bisa menahan penurunan suara, bahkan menjadi pemenang Pemilu 2004.Saat ini dinamika yang masif tampaknya terjadi pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Setelah tak mampu meraih ambang batas pemilu pada tahun 1999, PKS menunjukkan performa yang mengejutkan pada pemilu selanjutnya. Terutama di wilayah perkotaan, partai Islam ini mencitrakan diri hadir dengan kekuatan yang meningkat cepat. Di DKI Jakarta, misalnya, pada pemilu sebelumnya (1999) perolehan suara partai ini hanya berada di posisi lima. Namun, kemudian melejit menjadi posisi pertama di pemilu selanjutnya (2004).Bahkan, dalam Pilkada Gubernur DKI Jakarta yang berlangsung tahun lalu, calon dari PKS mampu meraih dukungan 42 persen, jauh lebih besar daripada basis massanya. Sejumlah kemenangan lain, termasuk Jawa Barat dan Sumatera Utara, membuat partai ini mempertunjukkan citra sebagai partai dinamis.Tiga pilar kekuatanJika konstelasi kekuatan partai politik bisa dilihat dari tiga pilar—soliditas basis massa, kekuatan ideologi, dan kepemimpinan—baik Partai Golkar maupun PDI-P tak lagi dipandang sebagai partai yang memiliki soliditas basis massa paling menonjol. Sebaliknya, PKS menempati polisi puncak di dua pilar kekuatan partai tersebut (lihat grafik).Dilihat dari soliditas partai, ada kecenderungan Golkar dan PDI-P akan mengalami stagnasi atau penurunan. Sementara itu, partai-partai lain juga tidak menunjukkan gejala peningkatan. Bahkan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengalami penurunan paling drastis dibandingkan dengan semua partai lain. Perpecahan di jajaran elite pimpinan partai membuat perubahan yang sangat signifikan pada kesetiaan pemilih. Dukungan yang pada Januari diberikan oleh 42,9 persen basis massa PKB turun drastis menjadi hanya separuhnya setelah Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dipecat dari jabatannya.Satu-satunya partai yang terus mengalami peningkatan soliditas basis massa tampaknya hanya PKS. Pada Oktober 2007 dukungan pemilih partai ini untuk kembali memilihnya 58,3 persen, lalu meningkat menjadi 68,8 persen pada Januari 2008, dan meningkat lagi menjadi 69,3 persen pada April 2008.Sementara itu, dari sisi pilar ketiga, yaitu kepemimpinan, Golkar lebih menonjol dibandingkan dengan partai-partai lain. PKS di posisi ketiga setelah PDI-P.Implikasi dari ketimpangan yang terjadi antara soliditas basis massa, ideologi, dan kepemimpinan adalah komplikasi yang potensial timbul dalam perebutan pimpinan nasional nantinya. Seperti halnya dalam dua pemilu sebelumnya. Partai pemenang pada akhirnya tidak memperoleh kursi presiden karena kurang kuatnya figur kepemimpinan, meskipun memiliki kekuatan di basis massa dan ideologi. PDI-P menang Pemilu 1999, tetapi yang menjadi presiden adalah tokoh dari PKB. Golkar menang di Pemilu 2004, tetapi yang menjadi presiden adalah tokoh dari Partai Demokrat.Namun, di kedua pemilu sebelumnya juga terjadi fenomena eskalasi pencitraan figur tokoh yang memungkinkan pengambilalihan dukungan basis massa menjelang pemilu presiden. Figur Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang sangat aktif menjalin komunikasi dengan semua kalangan (termasuk dengan Presiden Soeharto waktu itu), menjadikannya sebagai sosok yang lekat dengan kebutuhan bangsa yang baru mengalami situasi politik yang berantakan.Adapun di Pemilu 2004 dinamika kepribadian tokoh lebih terlihat pada Susilo Bambang Yudhoyono. Sejak ia masuk dalam kabinet hingga mundur, popularitasnya mampu mengalahkan semua tokoh politik lain.Menjelang Pemilu 2009, pertumbuhan popularitas elite politik tampak stagnan. Dengan demikian, dua kemungkinan bisa saja terjadi: kepemimpinan tetap di tangan incumbent atau diambil alih oleh salah satu tokoh dari partai yang dinamis. Tarik-menarik pada akhirnya akan terjadi pada seberapa kuat incumbent bertahan atau seberapa kuat determinasi partai memengaruhi publik untuk memilih tokoh baru yang tidak terkenal.
Sumber : (Litbang Kompas)Http://kompas.co.id/kompascetak.php/read/xml/2008/05/19/00295920/konstelasi.partai.menjelang.2009
baca selanjutnya..

Kamis, Mei 15, 2008

Formula PKS untuk Kemenangan KARSA

PKS Jatim secara resmi telah menyatakan dukungan kepada pasangan Soekarwo-Saifullah yang sebelumnya diusung oleh koalisi Demokrat-PAN. Oleh karena itu, PKS siap untuk menggerakkan seluruh kadernya di Jawa Timur untuk memenangkan pasangan Soekarwo dan Saifullah Yusuf. PKS telah menyiapkan formula kemenangan pasangan cagub yang didukungnya. “Seluruh kader telah siap gerak untuk turut memenangkan pasangan Soekarwo dan Saifullah Yusuf,” ujar Yusuf Rohana, Ketua Tim Pemenangan Pemilu Wilayah.
Untuk memenangkan calon yang didukung (Karsa) PKS Jatim menyiapkan mesin politik yang terdiri dari Kader, Sayap Politik, dan Anggota dewan PKS. “Formula kami untuk kader adalah 1-10-4. Artinya 1 kader wajib mengelola 10 keluarga yang terdiri dari 4 orang anggota keluarga. Sehingga masing-masing kader diharapkan mampu meraup suara 40 orang. Di Jawa Timur jumlah kader PKS yang solid ada 60 ribu orang. Artinya angka 2,4 juta suara adalah angka yang insya Allah akan dicapai oleh PKS dalam pilgub jatim nanti, dari elemen kader” ujar Yusuf Rohana.
“Sedangkan untuk sayap politik, PKS mempunyai 4 mesin utama yaitu Perempuan, Pemuda lingkungan, pelajar,-mahasiswa dan professional. Selain itu, sayap Petani dan Buruh juga siap untuk digerakkan,” lanjut Yusuf Rohana.
“Terakhir untuk Anggota Dewan, PKS memiliki 39 orang yang tersebar di sejumlah kabupaten/ kota. Mereka semua solid dan siap bergerak untuk memenangkan cagub yang diusung PKS. Dalam waktu dekat, para anggota dewan PKS akan melakukan konsolidasi untuk menyamakan gerak dan langkah dalam proses pemenangan Pilgub Jatim,” tambah Yusuf Rohana.
“Langkah ini, kami harapkan dapat menguatkan proses pemenangan yang dilakukan oleh tim sukses Karsa yang lain, baik dari partai maupun komunitas non partai. Yang terpenting bagi kami, semua elemen dalam koalisi bisa bekerja dan kompak untuk memenangkan pasangan Cagub Soekarwo dan Saifullah Yusuf,” ujar Yusuf.
“Kita akan tetap semangat selama Pasangan cagub yang diusung tidak menyakiti rakyat kecil. Semoga kontrak Politik yang sudah disepakati bisa menjadi pengingat bagi pasangan cagub bila sudah terpilih nanti. Agar mereka tidak lupa kepada rakyat kecil yang mempunyai harapan besar akan terwujudnya Jawa Timur yang sejahtera,” pungkas Yusuf Rohana.
sumber : pks jatim, Oleh irwan • 14 May 2008
baca selanjutnya..

Senin, Mei 12, 2008

Kesederhanaan di Balik Pernikahan Ketua MPR Hidayat Nur Wahid



Senin, 12 Mei 2008,
Libatkan Petugas KPK Awasi Amplop TamuPernikahan Ketua MPR Hidayat Nur Wahid dengan dr Diana Abbas Thalib kemarin memang istimewa. Meski dihadiri presiden dan wapres yang didaulat menjadi saksi bagi kedua mempelai, pesta nikah itu dikemas sederhana dan transparans.NAUFAL WIDI-PRIYO H., JakartaSASONO Utomo di Kompleks Taman Mini Indonesia (TMII) Minggu (11/5) pagi lebih ramai dari biasanya. Pemeriksaan di pintu masuk TMII pun tak hanya mengecek tiket masuk. Para personel kepolisian berjaga-jaga di ujung-ujung jalan. Tak terkecuali beberapa anggota Paspamres (Pasukan Pengamanan Presiden) juga ikut mensterilisasi area tersebut. Pagi itu, Ketua MPR Hidayat Nur Wahid sedang melangsungkan akad nikah dilanjutkan resepsi pernikahannya dengan dr Diana Abbas Thalib. Untuk ukuran hajatan pejabat tinggi negara, pesta pernikahan itu tergolong sederhana. Tidak ada aksesori yang mencolok terpasang di sudut-sudut ruangan resepsi. Kursi pelaminan hanya dihiasi dengan untaian melati.Kedua mempelai memilih memakai pakaian adat Melayu atau biasa disebut baju kurung teluk belanga dengan warna keemasan. Keduanya bahkan melewati prosesi akad nikah dan walimatul ursy (resepsi) tanpa berganti kostum. Saat resepsi yang dimulai pukul 10.00, Diana hanya menambah gaunnya dengan balutan kain pasmina warna merah jambu.Demikian pula dengan menu yang disajikan. Yang agak khas, barangkali, hanya daging kambing yang dimasak ala Maroko. Selebihnya adalah sajian yang umum ditemui seperti sate ayam, steak, dan sup. Selain itu masih ada menu lokal seperti nasi liwet dan selat khas Solo.Kesan sederhana juga tampak dari cenderamata yang diberikan kepada para tamu: hiasan kupu-kupu dalam kotak atau sajadah sangat kecil. Dari penelusuran Jawa Pos, hiasan kupu-kupu dipesan dari perajin di Jogjakarta sebanyak seribu buah dengan harga satuan Rp 5 ribu."Pak Hidayat memang ingin yang sederhana, penuh nuansa Islami, dan bisa berbagi (kebahagiaan) dengan yang lain," ujar Hartono, humas acara pernikahan Hidayat-Diana kepada Jawa Pos. Wujud dari keinginan berbagi tersebut dibuktikan dengan mengundang 350 anak yaim piatu dari sejumlah panti asuhan di Bekasi dan Jakarta. Hidayat yang juga mantan presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) saat memberikan keterangan kepada wartawan usai akad nikah sempat melontarkan doa. "Saya ingin kebahagiaan ini memantul kepada teman-teman. Bagi yang belum menikah, semoga segera menikah," kata pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah, yang serentak disambut bacaan amin serentak oleh wartawan.Tidak hanya itu. Pesta pernikahan Hidayat juga menjadi ajang untuk menunjukkan bahwa dia adalah pejabat yang clean. Bebas dari korupsi. Hal itu ditunjukkan dengan sikapnya berkoordinasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tentang amplop yang diterima dari para undangan. Hidayat yang sejak 22 Januari lalu ditinggal mati isterinya, Kastian Indriawati, mematuhi aturan KPK bahwa besaran uang dalam amplop yang diterima tidak boleh melebihi Rp 1 juta. Jika melebihi, uang itu dianggap sebagai gratifikasi yang harus dilaporkan ke negara."Nanti setelah (pesta) selesai, KPK yang membukanya. Tentu dengan disaksikan perwakilan keluarga," ungkap Hartono yang juga staf ahli ketua MPR itu.Pihak panitia, lanjut dia, menyediakan tiga buah tempat "buwuhan" yang didesain mirip bus surat di pinggir jalan untuk menampung amplop dari para tamu. Sebenarnya masih ada satu lagi "bus surat" yang disiapkan. Namun, itu dikhususkan bagi Presiden SBY dan Wapres Jusul Kalla. "KPK langsung mengamankannya," ungkap Hartono.Lantas, berapa kira-kira anggaran yang dihabiskan dalam resepsi Hidayat-Diana? Hartono mengatakan, harga pakaian pengantin yang dikenakan kedua mempelai tidak lebih dari Rp 10 juta. Adapun sewa gedung sekitar Rp 29 juta dengan segala dekorasinya menghabiskan Rp 40 juta.Pengeluaran paling besar, lanjut dia, memang untuk katering makanan. Panitia memesan 4.000 paket katering dengan harga rata-rata Rp 40.000 per paket. Jadi, untuk konsumsi habis sekitar Rp 160 juta. Menurut hitungan Jawa Pos, ditambah cenderamata, biaya cetak undangan, pakaian seragam panitia, dan lain-lain, maka total sekitar Rp 300 juta.Kalau pesta nikah diadakan di Sasono Utomo, prosesi akad nikah diadakan di ruang sebelahnya, Sasono Langen Budoyo. Para undangan mengalir sejak pukul 07.00. Pada pukul 08.10 WIB, Presiden SBY beserta Wapres JK datang hampir bersamaan dengan pengawalan ketat. Nyonya Ani Yudhoyono dan Nyonya Mufidah Yusuf Kalla tidak ikut mendampingi, karena sedang ada acara Solidaritas Istri Kabinet (Sikib).Hanya berselang lima menit kemudian, Hidayat selaku mempelai pria terlihat memasuki ruangan. Sementara Diana yang direktur sebuah rumah sakit di Jakarta sengaja tidak dihadirkan. Abbas Thalib, ayahanda Diana, yang langsung menjadi wali nikah putrinya. Mesti Hidayat adalah politisi senior dari partai berbasis Islam dan Diana lahir dari keluarga keturunan Arab, pembacaan akad menggunakan bahasa Indonesia.Hidayat tampak tenang dan khusyuk ketika melafalkan lafadz akad. Tak ada kesan gugup. Mas kawin Hidayat berupa 90 gram emas murni. Bisa jadi angka itu diperoleh dari penjumlahan umur keduanya, yakni Hidayat 48 tahun dan Diana 42 tahun. Sayangnya, tak ada sumber informasi yang bisa memastikannya.Suasana kian terasa gayeng dan "lepas" ketika Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menyampaikan tausyiah (nasihat) pernikahan. "Saya hanya mau bertanya kepada Pak Hidayat, bagaimana caranya bisa dapat Lady Diana versi Indonesia," candanya. Tak hanya itu, Din juga melancarkan joke-nya yang lain. Menurut dia, pernikahan Hidayat-Diana merupakan bentuk koalisi PKS dengan Al Irsyad Al Islamiyah. Keluarga Diana kebetulan menjadi bagian dari komunitas ormas tersebut. "Ini bisa jadi koalisi permanen," ujarnya.Bagaimana tanggapan putra semata wayang Diana, yakni Nizar Muhammad, atas pernikahan ibunya? "Seneng dan bersyukur," kata siswa SMP Al Azhar yang duduk di kelas II itu. Dia juga mengaku tidak ingin punya adik lagi. Apa alasannya? "Kan udah banyak," jawabnya singkat.Dari pernikahannya yang pertama dengan Kastian Indrawati, Hidayat memang dianugerahi empat orang anak. Mereka adalah Inayati Dzil Izzati, Ruzaina, Alla Khairi, dan Hubaib Shidiqi.Sementara Inayati, anak sulung Hidayat dan Kastian, berharap pernikahan kedua ayahnya tersebut bisa menambah erat keakraban di antara anggota keluarga. "Perawatan (terhadap) adik-adik juga lebih intens," harapnya.Gadis yang sedang menempuh studi di Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur, itu juga berharap ibu barunya, Diana, bisa mendukung kegiatan ayahnya yang super sibuk. Ingin ada anggota baru dalam keluarga? "Ya mungkin saja," jawabnya singkat. (el)

sumber : Jawa Pos
baca selanjutnya..

Selasa, Mei 06, 2008

Foto Milad



Tasyakuran Milad ke-10 PKSTasyakuran Milad ke-10 PKS di Gelanggang Olahraga Bung Karno Senayan Jakarta, Ahad (04/05) dihadiri oleh ratusan ribu kader dan simpatusan PKS. Turut hadir Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, Wakil Ketua DPD Isman Gusman, beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Pimpinan Parpol, Perwakilan negara-negara sahabat, Tokoh Media dan Tokoh Nasional.



Foto & Teks : mdwPengirim: Mohammad Yusuf Update: 05/05/2008 Oleh: Mohammad Yusuf

baca selanjutnya..

Keanggotaan PK Sejahtera

Syarat Keanggotaan Partai Keadilan
Setiap warga negara Indonesia dapat menjadi anggota Partai keadilan, dengan syarat (Pasal 1 dan 2)
Warga Negara Indonesia, laki-laki maupun perempuan.
Berusia tujuh belas tahun ke atas, atau sudah menikah.
Berkelakuan baik.
Setuju dengan visi, misi, dan tujuan partai.
Mengajukan permohonan menjadi anggota partai kepada Sekretariat Pusat melalui Dewan Pimpinan Daerah.
Melaksanakan dan disiplin dengan kewajiban-kewajiban keanggotaan.
Mengucapkan janji setia pada prinsip-prinsip dan disiplin partai, sesuai dengan jenis atau jenjang keanggotaannya.

Jenis dan jenjang Keanggotaan (Pasal 3)
Anggota kader pendukung, yang terdiri dari:
Anggota Pemula yaitu mereka yang mengajukan permohonan untuk menjadi anggota partai dan terdaftar dalam keanggotaan partai yang dicatat oleh Dewan Pimpinan Cabang setelah lulus mengikuti Training Orientasi Partai.
Anggota Muda yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat dasar satu.
Anggota Kader Inti, yang terdiri dari:
Anggota Madya yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat dasar dua.
Anggota Dewasa yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat lanjut.
Anggota Ahli yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat tinggi.
Anggota Purna yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat ahli.
Anggota Kehormatan yaitu mereka yang berjasa dalam perjuangan partai dan dikukuhkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

Pengangkatan Anggota (Pasal 4)
Pengangkatan Anggota Pemula adalah sebagai berikut:
Pengesahan pengangkatan sebagai Anggota Pemula dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah.
Kartu Anggota dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah.
Pengangkatan dilakukan dengan Janji setia bersama dengan shighat janji setia sbb:
بسم الله الرحمن الرحيماَØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†ْ لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ Ùˆَ Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†َّ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ
?Saya berjanji untuk senantiasa berpegang teguh kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, komitmen kepada visi, misi, dan tujuan Partai Keadilan serta melaksanakan kewajiban keanggotaan, semaksimal kemampuan. Allah menjadi saksi atas segala yang saya ucapkan?.
Pengangkatan Anggota Muda adalah sebagai berikut:
Pengesahan pengangkatan sebagai Anggota Muda dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah.
Kartu Anggota dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah.
Pengangkatan dilakukan dengan Janji setia bersama dengan shighat janji setia sbb:
بسم الله الرحمن الرحيماَØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†ْ لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ Ùˆَ Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†َّ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ
?Saya berjanji untuk senantiasa berpegang teguh kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, menjalankan syari?at-Nya, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, menjalin ukhuwah islamiyah dengan sesama anggota Partai Keadilan serta kaum muslimin lainnya, semaksimal kemampuan. Allah menjadi saksi atas segala yang saya ucapkan?.
Pengangkatan Anggota Madya adalah sebagai berikut:
Pengesahan pengangkatan sebagai Anggota Madya dilakukan oleh Dewan Pimpinan Wilayah.
Kartu Anggota dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah.
Pengangkatan dilakukan dengan Janji setia perorangan dengan shighat janji setia sbb:
بسم الله الرحمن الرحيماَØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†ْ لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ Ùˆَ Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†َّ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ
?Saya berjanji kepada Allah yang Maha Agung untuk beramal bersama Partai Keadilan dalam rangka membela syari?at-Nya serta berda?wah kepada-Nya dan Allah menjadi saksi atas apa yang saya katakan?.
Pengangkatan Anggota Dewasa adalah sebagai berikut:
Pengesahan pengangkatan sebagai Anggota Dewasa dilakukan oleh Dewan Pimpinan Wilayah.
Kartu Anggota dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah.
Pengangkatan dilakukan dengan Janji setia perorangan dengan shighat janji setia sbb:
بسم الله الرحمن الرحيماَØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†ْ لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ Ùˆَ Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†َّ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ
?Saya berjanji setia kepadamu untuk mendengar dan ta?at dalam menta?ati Allah, RasulNya serta jihad di jalan-Nya dalam kondisi giat maupun malas dalam keadaan mudah maupun sulit dengan bergabung dengan bergabung dalam Partai Keadilan dan Allah menjadi saksi atas apa yang saya katakan ?.
Pengangkatan Anggota Ahli adalah sebagai berikut:
Pengesahan pengangkatan sebagai Anggota Ahli dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Kartu Anggota dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Pengangkatan dilakukan dengan Janji setia perorangan dengan shighat janji setia sbb:
بسم الله الرحمن الرحيماَØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†ْ لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ Ùˆَ Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†َّ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ
?Saya berjanji kepada Allah Yang Maha Agung untuk berpegng teguh kepada ajaran Islam, untuk berjihad di jalan-Nya, untuk memenuhi syarat-syarat keanggotaan Partai Keadilan dan kewajiban-kewajibannya, dan untuk mendengar dan taat kepada pimpinannya dalam keadaan suka maupun tidak suka - selain maksiat- sekuat kemampuan yang ada untuk melaksanakannya. Untuk itulah saya berjanji setia, dan Allah menjadi saksi atas apa yang saya ucapkan.?
Pengangkatan Anggota Purna adalah sebagai berikut:
Pengesahan pengangkatan sebagai Anggota Purna dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Kartu Anggota dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Pengangkatan dilakukan dengan Janji setia perorangan dengan shighat janji setia sbb:
بسم الله الرحمن الرحيماَØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†ْ لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ Ùˆَ Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†َّ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ
?Saya berjanji kepada Allah Yang Maha Agung untuk berpegng teguh kepada ajaran Islam, untuk berjihad di jalan-Nya, untuk memenuhi syarat-syarat keanggotaan Partai Keadilan dan kewajiban-kewajibannya, dan untuk mendengar dan taat kepada pimpinannya dalam keadaan suka maupun tidak suka - selain maksiat- sekuat kemampuan yang ada untuk melaksanakannya. Untuk itulah saya berjanji setia, dan Allah menjadi saksi atas apa yang saya ucapkan.?
Pengangkatan Anggota Kehormatan adalah sebagai berikut:
Pengesahan pengangkatan sebagai Anggota Kehormatan dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Kartu Anggota dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Pengangkatan dilakukan dengan Janji setia perorangan dengan shighat janji setia sbb:
بسم الله الرحمن الرحيماَØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†ْ لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ Ùˆَ Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†َّ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ
?Saya berjanji untuk senantiasa berpegang teguh kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, komitmen kepada visi, misi, dan tujuan Partai Keadilan serta memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi kemajuan dan perkembangan Partai Keadilan, semaksimal kemampuan. Allah menjadi saksi atas segala yang saya ucapkan?

Prosedur Pengangkatan Anggota (Pasal 5)
Pengesahan pengangkatan anggota dilakukan dalam sebuah forum resmi partai.
Setiap anggota yang diangkat dan atau disahkan keanggotaannya harus telah lulus seleksi yang dilakukan oleh panitia penseleksian anggota yang dibentuk oleh partai.
Setiap anggota yang diangkat harus membaca dan menanda tangani naskah janji setia yang dimaksud pasal 4 ketetapan ini.
Pimpinan tingkat struktur terkait turut menandatangani sebagai saksi naskah janji setia yang dimaksud ayat 3 pasal ini.
Naskah janji setia yang telah melalui proses ayat 3 dan 4 pasal ini selanjutnya diserahkan secara resmi kepada anggota yang bersangkutan.

Hak-Hak Umum Anggota (Pasal 6)
Hak takaful (sepenanggungan) dan tadhamun (solidaritas) dari partai dan dari sesama anggota sesuai dengan perintah Islam.
Hak mengemukakan pendapat sesuai dengan adab Islami dan tertib struktural.
Hak mengajukan inisiatif dan kreasi dalam berbagai bentuk usulan.
Hak menuntut hak, membela diri, mengajukan perkara dan naik banding.

Hak-Hak Khusus Anggota (Pasal 7)
Hak-hak khusus Anggota Pemula adalah sebagai berikut:
Hak ikut dalam acara-acara resmi kepartaian tingkat cabang.
Hak ikut dalam pelatihan-pelatihan kepartaian.
Hak memperoleh kartu anggota.
Hak-hak khusus Anggota Muda adalah sebagai berikut:
Hak ikut dalam acara-acara resmi kepartaian tingkat daerah.
Hak ikut dalam pelatihan-pelatihan kepartaian.
Hak memperoleh kartu anggota.
Hak-hak khusus Anggota Madya, Dewasa, Ahli dan Purna adalah sebagai berikut:
Hak ikut serta dalam pemilihan dan pencalon an pada berbagai lembaga dan badan-badan partai.
Hak ikut serta dalam aktivitas dan kegiatan partai, bersuara dalam pengambilan keputusan-keputusan lembaga di mana ia ada di dalamnya.
Hak memberikan nasihat, mengkritik, mengevaluasi, mengemukakan pendapat dan usulan secara bebas merdeka.
Hak perlindungan dari segala bentuk kesewenang-wenangan atau kemudlaratan, atau perlakuan zhalim yang menimpa anggota yang disebabkan karena mengemukakan pendapat, atau melaksanakan tujuan dan arahan partai.
Hak memperoleh pembelaan terhadap dirinya di depan Dewan Syari?ah dan di depan peradilanumum.
Hak memperoleh kartu anggota.
Hak-hak khusus anggota kehormatan adalah sebagai berikut:
Hak ikut serta dalam acara-acara resmi yang dilaksanakan partai.
Hak mengajukan saran dan usul baik diminta atau tidak.
Hak memperoleh kartu anggota.

Kewajiban Anggota (Pasal 12)
Dalam segala aktivitasnya senantiasa bertolak dari perspektif nilai-nilai moral, keadilan dan kebenaran universal.
Berpegang teguh pada pemahaman partai terhadap Islam yang berlandaskan Kitab dan Sunnah dan yang telah dijabarkan dalam Ketetapan-ketetapan Musyawarah Nasional dan Majelis Syuro.
Mengikuti program pembinaan keislaman yang diselenggarakan oleh partai.
Melakukan pembelaan terhadap prinsip-prinsip partai dari segala usaha yang mendiskreditkan dengan cara yang dibenarkan sejauh kemampuannya.
Menjadi contoh dalam berkorban demi membela kebenaran dan menegakkan keadilan, melindungi dan membela tanah air dan kemerdekaannya, menjaga kesatuan dan persatuan.
Bekerja keras memperkokoh kedudukan Partai, mewujudkan tujuan dan cita-citanya.
Komitmen dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga partai dalam sikap dan perilaku.
Berusaha secara sungguh-sungguh merealisasikan program-program partai.
Komitmen dengan pertemuan-pertemuan partai.
Berusaha secara sungguh-sungguh menyatukan unsur-unsur bangsa dan memantapkan persaudaraan antar mereka.
Membiasakan bermusyawarah sebagai kepriba dian, menghormati pendapat orang lain, komit men dengan pendapat mayoritas, melaksanakan keputusan-keputusan pimpinan, dan mema tuhinya selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip partai.
Berusaha memperkuat hubungan Partai dengan rakyat dan bekerja untuk memperoleh pen dukung.
Menghindari sikap, perkataan atau perbuatan yang bertentangan dengan tujuan Partai.
Menjaga dan melindungi serta menjamin amanah yang dipercayakan kepadanya.
Menjaga dan memelihara keamanan Partai serta sarana-sarana yang dimilikinya.
Berpegang teguh kepada peraturan-peraturan, kebijakan-kebijakan dan sikap-sikap partai terhadap permasalahan umum..
Secara teratur membayar iuran bulanan atau tahunan sesuai dengan aturan keuangan partai.
Menyerahkan iuran, infaq dan shadaqah hartanya kepada partai.
Berusaha mencari pembiayaan partai dalam bentuk sumbangan, wasiat, waqaf dan lain sebagainya.

sumber : http://www.pk-sejahtera.org baca selanjutnya..

Senin, Mei 05, 2008

Milad PKS, SBY: Perlu Solidaritas Orang Berpunya



Jakarta,

Menghadapi krisis energi dan pangan yang membebani masyarakat menengah ke bawah serta menekan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerukan gerakan solidaritas.Seruan gerakan solidaritas itu disampaikan dalam tasyakuran Milad Ke-10 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Gelanggang Olahraga Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (4/5).
”Saya serukan agar yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, dan yang mendapat keuntungan lebih karena naiknya harga energi dan pangan membantu rakyat dan negara. Itu baru adil. Kita tidak ingin makmur sendiri-sendiri, tetapi ingin makmur bersama- sama,” ujar Presiden di depan massa PKS.
Untuk pukulan berat terhadap APBN berupa membengkaknya subsidi karena naiknya harga minyak mentah dunia dan harga pangan, Presiden sepakat dengan Presiden PKS Tifatul Sembiring untuk tidak terlalu cepat menaikkan harga BBM. ”Menaikkan harga BBM adalah cara terakhir jika tidak ada cara lain,” kata Presiden.
Sebelumnya, Tifatul meminta pemerintah bertindak arif tidak cepat-cepat menaikkan harga BBM untuk mengurangi subsidi. Tifatul meminta terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah penghematan dan subsidi silang agar beban APBN bisa dikurangi tanpa menaikkan harga BBM.
Presiden memuji dan sepakat dengan PKS yang bersikap optimistis dan berpikir positif dalam melihat persoalan. Dengan sikap optimistis, positif, kompak, bersatu, dan bekerja keras, Presiden yakin bahwa persoalan bangsa bisa diatasi.
Perkuat KPK
Terhadap masih banyaknya kemiskinan, pengangguran, minimnya lapangan kerja, dan tidak meratanya kualitas pendidikan, Tifatul meminta agar hal-hal itu tidak memutuskan asa atau harapan dan membuat Indonesia mundur. PKS bertekad melawan kemiskinan, kebodohan, dan moralitas tak terpuji.
Moralitas tak terpuji yang dimaksud Tifatul, antara lain, adalah korupsi. Karena itu, PKS menolak pembubaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) seperti diusulkan beberapa pihak. ”KPK justru harus diperkuat supaya pintu penyalahgunaan wewenang dipersempit,” ujarnya.
Sejalan dengan dukungan kepada KPK, PKS menegaskan tidak menerima segala macam amplop. Kader PKS yang menerima amplop akan dapat sanksi. Kader di Komisi IV DPR yang telanjur menerima amplop berisi uang Rp 1,9 miliar telah mengembalikannya kepada KPK.
Tak ada waktu bersantai
Dengan target perolehan suara PKS dalam Pemilu 2009 sebesar 20 persen, Tifatul melihat tidak ada lagi waktu bersantai. Masa kampanye yang dimulai 8 Juli 2008 akan langsung dimanfaatkan untuk melakukan aksi secara efektif dan efisien.
Konsolidasi PKS akan dilakukan bersamaan dengan sejumlah pemilihan kepala daerah, antara lain di Jawa Tengah, Lampung, Kalimantan Timur, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
Kemarin, Tifatul Sembiring juga mengatakan, soal calon presiden (capres), PKS belum mempunyai kandidat yang akan diusung. Keputusan untuk capres itu akan ditentukan oleh Majelis Syuro PKS.
”Saat ini, yang penting bagi PKS adalah memperoleh dukungan yang besar dalam pemilu legislatif mendatang,” ujarnya. (MAM/INU)


sumber : pks-jatim.org
baca selanjutnya..

Jumat, Mei 02, 2008

Hadirilah ! Puncak Milad ke-10 PKS

DPP PKS mengundang seluruh kader, simpatisan dan masyarakat Indonesia untuk hadir pada acara tasyakuran Milad ke-10 PKS yang Insya Allah akan dilaksanakan pada hari Ahad, 4 Mei 2008 jam 07.00 di Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta. Selain tokoh PKS, akan hadir pada acara ini, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Panglima TNI, Kapolri, Ketua-ketua partai dan purnawirawan TNI/ Polri.
Pengirim: Ningsih Update: 02/05/2008 Oleh: Ningsih
baca selanjutnya..

Selasa, April 22, 2008

Ass.Wr.Wb.
saya adalah seorang simpatisan PKS biasa yang mungkin belum banyak berbuat untuk agama, organisasi, partai da'wah dst. saya sudah memilih PKS sejak 2 x pemilu terakhir, yang dulu saya adalah mantan simpatisan partai yang lain. PKS adalah partai da'wah, berbeda dengan partai yang lain. kalau saya melihat orang-orangnya akan sangat berbeda kekompakannya, ukhuwahnya (psersaudaraannya), ikatan batinnya, semangat ibadahnya, perjuangan hidupnya, dll. Saya melihat PKS tidak memihak salah satu organisasi islam terbesar di indonesia, bahkan tidak membedakannya. saya kenal dengan Muhammadiyah n hidup dilingkungan NU jadi sedikit tahu tentang keduanya. Memang di PO sedikit ketara tentang kedua hal tsb n saya melihat di partai lain banyak yang berbasis massa tsb. Sehingga saya berpikir bahwa PKS sangat bijak berdiri ditengah-tengah. Tetapi PKS juga memperhatikan dalam pengkaderan peningkatan ilmu agamanya sehingga dalam melaksanakan ibadah n muamalah akan mengerti dasar-dasar hukumnya. Semenjak itu saya tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang PKS. Apalagi dalam sosial masyarakat PKS sangat peduli, contohnya; Bencana banjir kemarin pada Tgl. 26 - 27 Desember 2007 sangat terlihat dimasyarakat dalam membantu evakuasi, memberi makanan nasi bungkus, pengobatan gratis, dll. Saya sangat terkesan akan kepedulian sosial masyarakatnya. Selama ini banyak sekali program dan kegiatan PKS di Ponorogo atau pun di seluruh indonesia pada umumnya. Banyak masyarakat yang simpati terhadap PKS karena secara tidak sadar mereka sangat terbantu sehingga mereka salud bukan saja menjelang Pemilu aja dalam mengadakan suatu kegiatan melainkan hampir setiap minggu atau max 1 bulan sekali pasti ada kegiatan. Satu ganjalan saya dipartai lain yaitu biasanya organisasi massa islam mendorong untuk memilih ke salah satu partai sehingga seperti rebutan massa dalam organisasi islam. Karena secara PP salah satu organisasi mass islam tersebut tidak dibenarkan massa tsb dibawa ke partai, tetapi kenyataannya tidak bisa. Bahkan ada salah satu partai yang sangat membenci PKS karena mereka kalah di Pemilu 2004 kemarin. Mereka merasa massanya dicuri atau lari dari partainya n masuk di PKS. Apalagi mereka merasa PKS itu memanfaatkan sarana-sarana / masjid mereka untuk da'wahnya. Apalagi sampai tingkat sekolah yang nota bene bukan partai, karena ada berita diluar yang saya dengar sendiri bahwa tidak usah putrane sekolah di salah satu sekolah swasta karena mereka mencap bahwa sekolah tsb punya PKS. Kalau saya pikir kita tidak usah menyalahkan pihak lain karena perlu adanya evaluasi mengapa kok ditinggalkan massanya. Saya hanya menyayangkan kenapa sampai sejauh itu.. gara-gara partainya kalah sampai urusan lain terbawa-bawa. Kita sebagai masyarakat umum berhak memilih bebas dalam membeli suatu produk, ingat; pembeli adalah raja. Jadi tidak usah iri... kalau ada sekolah maju..dst. Saya berpikir sekarang banyak partai geger tapi PKS kok tidak pecah n malah adem ayem aja. Karena saya tahu bahwa orang yang masuk daftar CALEG PKS adalah orang yang diajukan bukan mengajukan sendiri, bahkan apabila ada orang yang ingin mengajukan diri masuk daftar CALEG maka orang tsb langsung dicoret. Kan terlihat orang-orangnya tidak ambisius. Jadi saya tetap pada pilihan saya bahwa PKS adalah partai da'wah yang mempunyai orang-orang yang tawadhu', jujur, profesional dll. Entah orang lain terserah pilihannya pada tahun 2009 nanti. Yang jelas saya akan tetap menjadi simpatisan n membantu PKS kalau saya bisa. Sebelum pamit saya mo bilang bahwa semoga saya dapat terus insten mengikuti kegiatan yang PKS adakan. Adapun Alamat DPD PKS Ponorogo di Jl. Parikesit No.91 Kepatihan Ponorogo Telp.0352-463380.
Semoga PKS tetap istiqomah seperti ini dan terus berkembang..amiin.
Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan, apabila ada masukan, pesan, komentar untuk blog ini dipersilahkan mengisi melalui Email PKS Ponorogo n nanti akan dipublikasikan. Semoga teman-teman dapat menambahnya. Akhir kata saya Semoga di Tahun 2009 nanti PKS dapat suara banyak n dapat mengajukan PILPRES sendiri. Semoga .. Allahu Akbar 3X...
Wass.Wr.wb. baca selanjutnya..

Yoyoh, Ibu 13 Anak yang Sukses di Politik

JAKARTA.
Nama Yoyoh Yusroh sempat mencuat bersamaan dengan rencana pernikahan kedua Ketua MPR Hidayat Nurwahid bulan depan. Maklum, wanita 46 tahun itu adalah mak comblang yang memperkenalkan Hidayat dengan calon istri, dr Diana Abbas Thalib. Mengapa di PKS, Yoyoh dianggap "spesialis" menjodohkan? Yoyoh adalah guru mengaji Diana. Dia juga rekan Hidayat di PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Ketika ditemui di kampus Institut Ilmu Quran di kawasan Ciputat, Tangerang, Banten, Sabtu lalu (19/4), Yoyoh menyambut ramah. "Pasti mau nanya-nanya soal pernikahan itu kan? " katanya langsung menebak maksud kedatangan Jawa Pos. Bagi Yoyoh, pemberitaan media tentang rencana pernikahan Hidayat merupakan berkah tersendiri bagi dakwah. "Ada banyak hikmah yang bisa diambil," ujar anggota Komisi VIII (Bidang Sosial, Agama, dan Pemberdayaan Wanita) DPR itu.Di lingkungan PKS, nama ustadah yang tinggal di Pondok Bambu, Jakarta Timur, itu memang tenar sebagai konsultan pernikahan dan keluarga.Bahkan, ada juga yang menjulukinya sosok "spesialis" menjodohkan. Yoyoh yang menikah dengan Budi Dharmawan, dikaruniai 13 anak. Sembilan putra dan empat perempuan. Di kalangan kader PKS, keluarga Yoyoh kerap dijadikan anutan. "Alhamdulillah anak-anak sekarang sebagian sudah mandiri," ujar Yoyoh. "Yang sulung kuliah semester akhir di UGM. Yang paling bungsu usianya lima tahun," ujar penerima penghargaan International Muslim Women Union 2003 itu.Putra sulungnya lahir pada 20 Desember 1985. Diberi nama Ahmad Umar Al Faruq. Sekarang Umar kuliah di Fakultas Ekonomi UGM. "Adiknya Umar kuliah di International University of Sarajevo, Bosnia. Alhamdulillah dia dapat beasiswa," ujar Yoyoh dengan mata menerawang bangga. Nama putra laki-laki keduanya itu, A Izza Jundana, lahir 15 April 1987. Putri ketiganya Asma Karimah, lahir September 1988. Sekarang kuliah di Fakultas Pertanian UGM. Putra keempat, Huda Robbani lahir Oktober 1990, masih SMA di Jakarta. Putra kelima, Shalahuddin Al Ayubi, menimba ilmu di sebuah SMK di Jogja. Dia lahir 13 April 1992. Putra keenam sampai kedelapan menimba ilmu di pesantren. Masing-masing Ja’far Athoyar (lahir Maret 1993) di Gontor. Salma Salimah lahir April 1994, nyantri di Ponpes Assyifa, Subang Jawa Barat. Lalu, Muhammad Ayyasy lahir 13 April 1996 di Ponpes Al Hikmah. "Alhamdulillah, Ayyasy ini sudah hafal Quran 30 juz, usianya 12 tahun," kata Yoyoh. Putra kesembilan Walid Ghazin, lahir Juli 1997. Putra kesepuluh Adil Gholib lahir September 1998. Putra kesebelas Abdulah Aminuddin, lahir 16 Januari 2000. Putri kedua belas Helma Hamimah lahir Juli 2001. "Si bungsu Rahma itu juga sudah bisa mandiri, tidak manja," kata Yoyoh. Rahma Rahimah, putri ragilnya lahir Januari 2003.Apa tidak repot mengurusi banyak anak? Yoyoh tersenyum. "Alhamdulillah banyak anak justru meringankan kita, apalagi sekarang sebagian besar mereka sudah mandiri," katanya. Yoyoh mengakui, dengan aktivitasnya yang padat, intensitas fisik menemani anak-anaknya tidak maksimal. "Tapi, yang penting sejak kecil tanamkan kesadaran berprestasi," ujarnya. Yoyoh juga selalu berbagi peran dengan sang suami. Budi Dharmawan usianya lebih tua satu tahun dari Yoyoh (lahir 17 April 1961). Budi juga sangat dikenal di kalangan kader PKS. Dia termasuk salah seorang pencetus kata "Sejahtera" saat Partai Keadilan dulu tidak lolos electoral threshold dan harus mengganti namanya. Aktivitas Budi, alumnus Fakultas Psikologi UI, sekarang menjadi staf ahli Menteri Pemuda dan Olahraga. "Dalam membina rumah tangga, yang penting prinsipnya saling memberi. Tidak ada yang superordinat atau subordinat antara laki-laki dan wanita. Sejak awal menikah komitmen itu harus ada," ujar Yoyoh.Jika dalam satu rumah saling menuntut, ujung-ujungnya kekacauan rumah tangga. "Kasus kekerasan dalam rumah tangga itu dua-duanya punya kontribusi lho," katanya.Bagi Yoyoh, laki-laki dan wanita punya keistimewaan masing-masing. Pria sering berpikir rasional dan analitis. Sedangkan perempuan lebih condong menggunakan perasaan. "Misalnya anaknya menangis tengah malam. Bapak capek dan besok harus kerja pagi. Maka bapak akan bilang ’jangan nangis ayo tidur’. Anak tidak diam, justru nangisnya lebih keras," ujar pendiri organisasi Persaudaraan Muslimah (Salimah) itu. Sebaliknya, kaum ibu akan menggunakan emosi hati. "Anak diangkat dari ranjang. Dipeluk, dibelai, dicium, tak lama biasanya tidur lagi," katanya. "Istilahnya, kalau ibu bisa menggendong anak dua jam, bapak biasanya tak betah lebih dari dua menit," ujar Yoyoh lantas tersenyum. Anggota Majelis Pertimbangan Partai PKS itu mengaku prihatin dengan maraknya kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga. "Untungnya, dalam undang-undang itu delik aduan, bukan delik umum. Kalau delik umum, siapa saja yang melihat dan mendengar pertengkaran bisa melapor ke polisi. Kalau itu terjadi, bisa ada perceraian masal di Indonesia," katanya. Yoyoh juga prihatin dengan kasus trafficking anak di bawah umur. "Ini terjadi karena orang tua kurang kuat iman. Tergiur oleh tawaran orang yang tidak bertanggung jawab," katanya. Perlindungan TKI di luar negeri, terutama terhadap tenaga kerja wanita, juga sangat lemah. "Saya masih menemui TKW yang berangkat tanpa skill. Istilahnya mereka modal sikil ( kaki) saja," katanya. Dengan kondisi perempuan yang masih seperti itu, Yoyoh bertekad menggulirkan perubahan. Selain aktif di DPR, Yoyoh rajin turun langsung ke daerah-daerah di seluruh Indonesia. "Sebagai prajurit partai, saya siap ditugaskan di mana pun," katanya. Anggota Dewan Pakar ICMI itu optimistis peran perempuan dalam kancah politik Indonesia semakin diperhitungkan. "Kalau ada sentuhan wanita, insya Allah politik jadi lebih indah, lebih santun, lebih damai. Seperti masjid jika diurusi oleh ibu-ibu, akan lebih wangi, harum dan bersih," katanya. (rdl/kum)
sumber : Jawa Pos Tgl. 22 April 2008.
baca selanjutnya..

Minggu, April 20, 2008

Hidayat Nurwahid meminang dokter asal Pasuruan


April 16, 2008

JAKARTA - Ketua MPR Hidayat Nurwahid segera mengakhiri hampir tiga bulan masa menduda. Diana Abbas Thalib, yang Senin malam (14/4) dilamarnya, berprofesi sebagai dokter. Dia dikenalnya sebulan lalu lewat proses ta’aruf (perkenalan) yang diakui mantan presiden PKS itu mirip adegan dalam film Ayat-Ayat Cinta.
Saat ditemui wartawan kemarin, Hidayat tak bisa menutupi rasa gembira menyambut rencana pernikahan pada 10 Mei mendatang. Senyumnya terus mengembang saat belasan wartawan mengucapkan selamat di ruang kerjanya, Kompleks Parlemen Senayan. “Benar, berita itu bukan gosip. Memang sengaja dilakukan dan sama sekali tidak iseng,” katanya.
Staf pimpinan MPR dan beberapa petugas keamanan sempat menahan wartawan untuk tidak masuk ke ruang Hidayat. Beberapa pertanyaan dilayangkan kepada wartawan. “Ini mau meliput apa? Mau tanya soal apa?” tanya seorang staf.
Rupanya gelagat wartawan yang akan mengonfirmasi acara lamaran pada Senin lalu sudah ditangkap Hidayat. “Paling saya ditanya bagaimana proses ketemunya kan? Soalnya, sudah beberapa wartawan bertanya seperti itu,” ujarnya.
Penjelasan soal pertemuannya dengan dr Diana Abbas Thalib dimulai Hidayat dengan menyebut nama anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) Komisi VIII Yoyoh Yusro. Wanita itulah, kata dia, yang berjasa mempertemukan dengan calon istrinya. “Kira-kira sebulan lalu saya dikenalkan dengan beliau (dr Diana) oleh Bu Yoyoh Yusro,” tutur ketua MPR itu mengawali cerita.
Diana yang juga direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Aliyah Pondok Indah, Jakarta, adalah salah satu murid mengaji Yoyoh. Pertemuan pertama dilakukan di rumah Yoyoh. Seperti proses ta’aruf dalam salah satu scene film Ayat-ayat Cinta, pertemuan tersebut dihadiri Hidayat, Yoyoh beserta suami, dan beberapa saksi. Di antaranya teman dr Diana bernama dr Femmy. “Di situlah pertama saya bertemu beliau (dr Diana, Red),” kata alumnus Pesantren Gontor, Jawa Timur, itu.
Setelah membaca pribadi masing-masing pada pertemuan pertama, Hidayat mulai mengomunikasikan figur calon istrinya itu kepada anak-anak, orang tua, dan mertua. Hidayat pulang ke Jogjakarta untuk menemui orang tua dan mertuanya. Gayung bersambut. “Pernyataan, pembicaraan, dan ekspresi mereka menyiratkan kalau mereka setuju,” ungkapnya dengan senyum mengembang.
Pertemuan antaranggota keluarga semakin intens. Bahkan, pertemuan terakhir terjadi Minggu (13/4). Saat itu Hidayat mengajak putra keempatnya, Hubaib Shidiqi, berkunjung ke rumah dr Diana di kawasan Kemang Selatan. Sore itu merupakan pertemuan pertama Hubaib dengan putra Diana, Nizar, 14. Ternyata keduanya mempunyai hobi yang sama. “Mereka (Hubaib dan Nizar) sama-sama suka Moto GP. Sama-sama suka Valentino Rossi dan suka sepak bola. Saya sendiri suka nonton balapan motor atau F1 di TV,” tambahnya.
Nizar adalah putra satu-satunya Diana. Empat tahun lalu wanita berdarah campuran Arab asal Pasuruan-Pekalongan berusia 42 tahun itu bercerai dari suaminya. Puluhan lamaran diajukan kepadanya, tetapi selalu berakhir tanpa pernikahan. “Beliau (dr Diana) mempertimbangkan perasaan putranya. Menurut beliau, sering putranya tidak setuju dengan calon ayahnya,” kisah Hidayat.
Setelah bertemu Hidayat dan putra keempatnya Minggu lalu, rupanya Nizar menemukan figur ayah dalam diri politikus asal Klaten, Jawa Tengah, itu. Waktu perkenalan yang hanya sebulan dirasa cukup untuk diproses ke jenjang lebih lanjut.
Meski terkesan buru-buru, rencana pernikahan itu sudah dianggap sangat mendesak bagi keluarga kedua mempelai dan para kolega Hidayat. Menurut Hidayat, desakan untuk segera menikah sudah santer diajukan kepadanya sejak istri pertama, Kastian Indrawati, meninggal dunia pada Januari 2008.
“Dua hari setelah istri saya meninggal, mertua saya sudah meminta agar saya segera menikah. Beliau juga mengerti agama. Laki-laki memang tidak ada masa iddah dalam Islam,” katanya.
Ditemui secara terpisah di rumahnya, Kemang Selatan IV, Jakarta Selatan, dr Diana mengaku tidak menyangka bahwa respons publik, khususnya media, atas rencana pernikahannya dengan Hidayat, begitu besar. “Nggak mengira bakal secepat ini. Padahal, acara hitbah (lamaran) kemarin cuma dihadiri keluarga dan teman dekat. Nggak tahu mengapa bisa jadi heboh begini,” katanya lantas tersenyum.
Menurut Diana, ayahnya dari Pasuruan dan ibu dari Jawa Tengah. “Tapi, sejak kecil saya tinggal di Jakarta,” ungkapnya.
Setelah lulus sebagai dokter umum dari Fakultas Kedokteran UKI (Universitas Kristen Indonesia) pada 1990, Diana mengambil gelar Magister Administrasi Rumah Sakit (MARSa) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia.
Selain menjadi direktur rumah sakit, Diana sudah dua tahun aktif di Yayasan Rahmatan Lil Alamin. Yayasan yang berada di Jalan Batu Merah, Pasar Minggu, Jakarta, itu bergerak di bidang pendidikan dan keagamaan.”Saya menjadi ketua bidang sosial yang membawahi program operasi katarak dan website golongan darah rhesus negatif,” kisahnya.

(Sumber : Jawa Pos)

April 17, 2008

Ta’aruf dengan dr Diana Abbas Thalib, Calon Istri Ketua MPR

Sebelum Lamaran, Tukar Foto lewat MurobbiNama Diana Abbas Thalib mendadak terkenal setelah dilamar Ketua MPR Hidayat Nurwahid. Hari pernikahan pun sudah ditentukan bulan depan. Bagaimana sebenarnya proses perkenalan duda dan janda itu? Siapa sosok Diana?
—————————————————
Jika tak ada aral melintang, Ketua MPR Hidayat Nurwahid tiga pekan lagi mengucapkan ijab kabul di Masjid Baiturrahim, kompleks DPR. Calon istrinya adalah dr Diana Abbas Thalib.
Diana mengaku kenal dengan Hidayat baru tiga minggu lalu. “Sebelumnya, hanya ketemu di surat kabar saja,” ujar Diana saat ditemui Jawa Pos di rumahnya, Kemang Selatan IV, Jakarta Selatan, Selasa lalu (15/4) menjelang azan magrib.
Rumah Diana yang baru didiami satu tahun itu berlantai dua. Saat itu sebuah sedan Mercedes-Benz hitam terparkir di garasi. Di ruang tamu terpajang hiasan keramik dan hiasan gelas-gelas.
Alumnus Fakultas Kedokteran UKI itu juga mengaku tidak pernah mengenal istri Hidayat, Kastian Indrawati, yang meninggal dunia Januari lalu akibat terserang kanker tiroid.
Diana mengaku, proses perkenalan atau ta’aruf antara dirinya dan Hidayat difasilitasi murobbi-nya (guru mengaji) yang juga anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) Yoyoh Yusroh. “Saya diperkenalkan di rumah beliau di kawasan Pondok Bambu,” kata wanita 42 tahun yang sore itu tampak anggun dengan baju kurung biru dipadu jilbab merah marun.
Nama Yoyoh sangat kondang di lingkungan internal akhwat (kader wanita) PKS. Bisa dibilang wanita kelahiran 14 November 1962 itu adalah “ibunya” seluruh akhwat. Jika ada yang mempunyai masalah, Yoyoh, ibu 13 anak itu, menjadi rujukan untuk mencari solusi.
Jam terbangnya di dunia pengaderan PKS juga sangat tinggi. Dia ikut merintis pendirian Partai Keadilan di awal-awal 1998. Jumlah mutarobbi (murid binaannya) tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Bisa dikatakan jika seorang wanita muslimah sudah direkomendasikan oleh Yoyoh, kader pria PKS pasti tsiqoh (percaya) kualitasnya.
Hidayat memberikan teladan bagi kader-kadernya dengan menjalani proses sejak mengirimkan biodata (daftar riwayat hidup) melalui Yoyoh. Tahap itu merupakan tahap pertama jika ada seorang ikhwan (kader pria) PKS hendak meminang seorang akhwat. Biodata itu akan dibawa oleh murobbi si wanita untuk dibaca dan dipertimbangkan. Tak jarang, jika tidak sreg, biodata tersebut dikembalikan.
Namun, jika cocok, giliran si wanita setor biodata. Data diri plus foto itulah yang akan dipelajari calon laki-laki. Jika setuju, selanjutnya dilakukan fase taaruf. Yakni, bertemu dan saling menjajaki karakter masing-masing. Itulah yang dilakukan Hidayat saat mengajak anaknya, Hubaib, bersilaturahmi ke rumah Diana untuk kali pertama. Saat itu, Hubaib langsung akrab dengan Nizar Muhammad, anak Diana.
“Setelah semua terlihat tidak ada masalah dan mendukung, jawabannya iya, kami langsung khitbah atau lamaran,” jelas Diana.
Senin malam lalu (14/4), Hidayat dan rombongan secara resmi mengajukan pinangan disaksikan Ketua Majelis Syura DPP PKS (lembaga tertinggi di partai itu) KH Hilmi Aminuddin. Setelah pinangan tersebut diterima, kini kedua keluarga sedang mempersiapkan acara besar dan syukuran walimatul ursy (resepsi pernikahan). Selama menunggu waktu itu, Diana dan Hidayat tetap membatasi aktivitas pertemuan.
Dalam adab Islam juga dikenal istilah kufu atau unsur setara. Orang Jawa mengistilahkannya dengan bibit, bobot, bebet. Di PKS, kualitas calon mempelai biasanya juga setara. Terutama dari level jenjang aktivitas kepartaiannya.
PKS menganut jenjang bertahap sejak level kader mula, kader muda, kader madya, kader dewasa, kader ahli, dan kader purna. Seorang ikhwan yang sudah memperoleh level kader madya biasanya mengajukan kriteria calon muslimah yang berada di level yang sama. Minimal dari sisi hafalan Alquran-nya. Jika Hidayat sudah mendapat predikat kader ahli, bisa dikatakan kualitas Diana setara dengan muslimah berjenjang yang sama.
Benarkah? Ditanya seperti itu, Diana menjawab rendah hati. “Waktu itu, saya berpikir simpel saja. Sebuah kehormatan bisa bertemu ketua MPR. Jadi, ekspektasi saya tidak terlalu tinggi supaya beban moralnya juga tidak terlalu tinggi,” ungkapnya.
Yang jelas, Diana siap menjadi istri politikus. Bahkan, bukan tidak mungkin calon ibu negara jika Hidayat maju dalam pilpres 2009. “Pada saat memutuskan beliau, tentu saya siap sebagai tugas istri pada umumnya, yaitu menjadi ibu rumah tangga dan mendukung setiap langkah suami,” tegasnya.
Diana saat ini berprofesi sebagai direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Aliyah Pondok Indah. Setelah lulus sebagai dokter umum dari Fakultas Kedokteran UKI (Universitas Kristen Indonesia) pada 1990, dia mengambil gelar magister administrasi rumah sakit (Mars) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia.
Selain memimpin rumah sakit, Diana sudah dua tahun aktif di Yayasan Rahmatan Lil Alamin. Yayasan yang berada di Jalan Batu Merah, Pasar Minggu, Jakarta, itu bergerak di bidang pendidikan dan keagamaan. “Saya menjadi ketua bidang sosial yang membawahkan program operasi katarak dan website golongan darah rhesus negatif,” katanya.
Dirunut dari silsilah keluarga, asal Diana adalah Pasuruan. Kakek Diana, almarhum M. bin Thalib, adalah tokoh yang disegani di kota itu. Bahkan, oleh warga di sekitar, semasa hidupnya sosok Abbas Thalib dikenal sebagai keluarga kaya yang dermawan.
Hingga sekarang, rumah Abbas Thalib masih berdiri kukuh di Jl Soekarno-Hatta 41, Kota Pasuruan.
Ketika didatangi wartawan Radar Bromo (Grup Jawa Pos) kemarin, rumah yang berdiri di atas lahan sekitar 5.000 meter persegi itu tampak lengang. Model bangunannya kuno.
Saat ini rumah tersebut ditinggali keluarga Fachir Thalib. Dia adalah adik kandung dr Abbas Thalib, ayah Diana. Berarti, Fachir adalah paman Diana.
“Kami memang menjaga rumah ini sebagai rumah sejarah keluarga besar M. bin Thalib,” kata Fachir kepada Radar Bromo kemarin.
Keluarga M. bin Thalib tergolong keluarga besar. Dari dua kali pernikahannya, M. bin Thalib punya 23 anak. Namun, 14 di antara 23 anak M. bin Thalib itu meninggal.
Fachir adalah anak ke-18 M. bin Thalib. Di antara anak-anak M. bin Thalib, hanya Fachir yang memilih tetap tinggal di rumah besar di Pasuruan itu bersama keluarganya. Tapi, meski dipisahkan jarak, komunikasi Fachir dengan kakaknya, Abbas, terjalin dengan baik.
Fachir juga sudah tahu bahwa Diana, keponakannya, akan menjadi istri Ketua MPR Hidayat Nurwahid. “Sebelum berita di koran, kami sudah mendengar kabar itu,” katanya. Fachir menceritakan, Diana lahir dan dibesarkan di Jakarta.
Ayahnya, Abbas Thalib, sudah hijrah ke Jakarta pada 1964. “Begitu lulus dari fakultas kedokteran, kakak saya, Abbas Thalib, memang sudah tinggal di Jakarta,” ceritanya.
Bapak enam putra itu sangat hafal sifat Diana. Putri kedua kakaknya itu terkenal ringan tangan. Diana sangat peduli sama keluarga, atau orang-orang sekitar. Dia juga periang. “Yang paling menonjol adalah sifat mandirinya,” katanya.
Hal itu dibenarkan Adib, putra Fachir. “Meski dia di Jakarta, kami sangat intens berkomunikasi,” kata pria 34 tahun itu. “Kalau libur, Kak Diana sering pulang ke Pasuruan,” lanjutnya.
Rumah besar yang ditinggali keluarga Fachir itu bisa menampung banyak orang. Terdapat lima kamar utama masing-masing berukuran sekitar 5 m x 9 m. Belum lagi, tiga paviliun yang siap pakai. Tapi, kini terpaksa kosong karena penghuninya hanya sedikit.
Beberapa warga Pasuruan mengenal keluarga besar M. bin Thalib sebagai orang kaya dan terpandang. “Mereka keturunan keluarga kaya. Ya, kalau zaman hidupnya, almarhum Yik bin Thalib itu paling kaya di Pasuruan,” ungkap Bambang Sugeng, warga Jl KH Abdul Hamid, Pasuruan. Di masa hidupnya, kakek Diana dikenal sebagai pemilik sarang burung walet.
Soal rencana pernikahan Diana dengan Hidayat Nurwahid, Adib bersama kakaknya, Hanief, ikut gembira. “Kami sangat menghargai pilihan Kak Diana. Dan, kami yakin, itu yang terbaik untuk dia dan keluarga,” ungkap Adib.
Kini keluarga besar Diana di Pasuruan hanya tinggal menunggu undangan. Bila benar, rencana menikah dipastikan 10 Mei, mereka berjanji akan datang.

(Sumber : Jawa Pos)
baca selanjutnya..

Rabu, April 16, 2008

PKS dan PAN Dukung Debat Publik Capres

Debat publik yang dilakukan kandidat presiden dan wakil presiden akan memberikan gambaran kepada rakyat tentang kualitas pemimpin yang akan memperoleh tanggung jawab memerintah.Jakarta, Kompas - Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional berharap porsi debat publik dalam pemilu presiden mendatang bisa diperbanyak.Debat publik yang dilakukan kandidat presiden dan wakil presiden akan memberikan gambaran kepada rakyat tentang kualitas pemimpin yang akan memperoleh tanggung jawab memerintah.Hal itu disampaikan Ketua Departemen Politik, Pertahanan, dan Keamanan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Al Muzzammil Yusuf dan Ketua Balitbang Partai Amanat Nasional (PAN) Sayuti Asyathri di Jakarta, Selasa (8/4).”Kualitas dan kuantitas acara siaran langsung di TV dan radio yang menampilkan capres dan cawapres disiarkan secara nasional dan dengan anggaran negara melalui KPU akan sangat signifikan manfaatnya bagi rakyat,” ujar Al Muzzammil.Apalagi, menurut Al Muzzammil, belanja iklan kampanye kandidat presiden di media massa pada pemilu lalu sangat besar.Sekadar mencontohkan, menurut Al Muzammil, belanja iklan kampanye Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla jumlahnya mencapai 84,2 persen dari total dana kampanye. Sementara Megawati-Hasyim Muzadi mencapai 72,87 persen dari total dana kampanye.Selain dari sisi anggaran kampanye, menurut Al Muzzammil, debat publik yang dilakukan secara intensif dan mendalam akan membantu publik lebih yakin dengan kemampuan kandidat pemimpin yang dipilihnya.”Tantangan bangsa ini ke depan sangat berat. Jika kandidat presiden-wapres hanya menyampaikan visi misinya, maka rakyat belum bisa melihat kemampuan pemimpinnya. Karena visi misi itu bisa dibuatkan oleh para pakar,” ujarnya.Atasi kendala danaJika kampanye debat publik diselenggarakan KPU, menurut Al Muzzammil, hal itu akan sangat membantu capres-cawapres yang potensial tetapi terkendala dana sehingga tidak bisa memperlihatkan kemampuan dirinya kepada publik melalui iklan-iklan di media masa.”Mestinya, kita bisa mencontoh praktik di luar negeri tentang dana kampanye kandidat yang diatur secara ketat, bahkan dana pribadi pun dibatasi, sehingga dana kampanye juga dominan dengan dukungan fasilitas negara,” ujarnya.Senada dengan Al Muzzammil, Sayuti mengatakan, debat publik akan memperlihatkan kemampuan kandidat presiden. Rakyat juga perlu mengetahui sendiri kemampuan calon pemimpinnya.”Jadi bukan sekadar diceritakan oleh juru kampanye,” ujarnya.Debat publik, menurut Sayuti, akan memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Apalagi, dalam debat itu juga ditawarkan solusi atau langkah konkret yang akan dilakukan kandidat presiden jika terpilih.”Saya kira kualitas pemilu mendatang akan lebih baik dibandingkan pilpres 2004 jika debat publiknya makin banyak,” ujarnya. (MAM)Sumber: KompasUrl: http://kompas.co.id/kompascetak/read.php?cnt=.xml.2008.04.09.01102195&channel=2&mn=159&idx=159Pengirim: Mohammad Yusuf baca selanjutnya..

PKS Makin Serius Usung Capres Muda JAKARTA

Setelah pasangan Ahmad Heryawan - Dede Yusuf (Hade) menang di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat (Jabar), PKS makin serius akan mengusung calon presiden (capres) muda pada Pilpres mendatang. Capres muda yang dimaksud berusia di bawah 60 tahun. Rencananya, PKS akan memasukkan persoalan ini dalam daftar inventarisasi masalah (DIM) RUU Pilpres. Bahkan, untuk memuluskan keinginan tersebut, PKS akan melobi fraksi lainnya di DPR.Ketua Fraksi PKS Mahfudz Shiddiq mengatakan, kemenangan pasangan Hade dalam Pilgub Jabar memberi sinyalemen bahwa rakyat makin kuat membutuhkan figur-figur pemimpin young and fresh. Menurut dia, selama 10 tahun, reformasi masih memunculkan figur-figur lama dan tua. Hal itu disebabkan mandeknya regenerasi kepemimpinan di era Orde Baru. "UU Pilpres harus berani mendorong tampilnya kepemimpinan muda di level nasional," kata Mahfudz, kemarin.Menurut dia, kesempatan tampilnya pemimpin muda sudah dibuka melalui revisi terbatas UU 32/2004 tentang Pemda. Dalam revisi tersebut ditetapkan bahwa usia minimal calon bupati (cabup) 25 tahun. Karena itu, pihaknya berharap semangat regenerasi dalam UU Pemda bisa menular dalam pembahasan RUU Pilpres. "PKS selalu siap mempelopori tampilnya figur-figur pemimpin young and fresh," tandas anggota Komisi II DPR ini. Pendapat serupa disampaikan anggota Fraksi PKS Al Muzzammil Yusuf. Menurut dia, fenomena kemenangan Hade mengisyaratkan bahwa publik menghendaki kepmimpinan muda yang energik, tidak ada beban masa lalu. "Rakyat sangat membutuhkan perubahan yang bisa mengembalikan arah reformasi," ungkap anggota Pansus RUU Pilpres ini.Pihaknya optimistis fenomena Pilkada Jabar akan terulang dalam Pilpres 2009. Menurut dia, jika ada generasi muda berani tampil pada 2009 berpotensi menang. Terlebih, jika pasangan capres muda juga akan mengakomodasi kabinet muda. "Kalau kondisi ekonomi rakyat kecil semakin susah, maka kombinasi citra capres muda, energik, reformis, bersih, visioner dengan terobosan ?radikal' akan membius publik," ujar anggota Komisi I DPR ini.Sementara itu, Direktur Eksekutif Reform Institute Yuddy Latief menyatakan, rakyat memerlukan figur pemimpin yang mampu melakukan perubahan. Potensi perubahan itu hanya terjadi lewat perpaduan tokoh muda dan senior. "Pemilih kaum muda mencapai 80 juta. Kalau didukung kalangan muda peluang menang makin besar," katanya.Hanya saja, kaum muda pelu kerja keras jika ingin maju dalam Pilpres 2009. Sebab, para elite senior parpol tidak mudah untuk memberikan kesempatan kepada tokoh muda. Menurut dia, sistem politik Indonesia masih berpihak kepada tokoh lama dan senior."Saat ini publik berharap kepemimpinan nasional mendatang mengakomodasi tokoh-tokoh muda. Namun, kesempatan di internal parpol tidak terlalu besar," katanya.Pengamat politik dari Soegeng Sarjadi Syndicated (SSS) Sukardi Rinakit mengatakan, publik memiliki kecenderungan memilih tokoh-tokoh muda dan tokoh berpengalaman yang baru muncul. Alasannya, mereka dinilai lebih berani dalam mengambil keputusan dan kebijakan strategis. "Tokoh muda dinilai publik lebih berani membuat kebijakan pro rakyat," ujar Sukardi. (Ahmad Baidowi/Sindo/sis)Sumber: okezone.com Url: http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/04/16/1/100934/pks-makin-serius-usung-capres-mudaPengirim: Mohammad Yusuf Update: 16/04/2008 Oleh: Mohammad Yusuf baca selanjutnya..

BIOGRAFI DR. H.M. HIDAYAT NUR WAHID, M.A

Ia politisi, uztad dan cendekiawan yang bergaya lembut serta menge-depankan moral dan dakwah. Sosoknya semakin dikenal masyarakat luas setelah ia menjabat Presiden Partai Keadilan (PK), kemudian menjadi Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai ini memperoleh suara signifikan dalam Pemilu 2004 yang mengantarkannya menjadi Ketua MPR 2004-2009. Kepemimpinnya memberi warna tersendiri dalam peta perpolitikan nasional.
Nama : DR. H.M. HIDAYAT NUR WAHID, M.A
Lahir : Klaten, 8 April 1960
Agama : Islam
Jabatan : -Ketua MPR 2004-2009
- Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera
Isteri : Hj. Kastrian Indriawati
Anak : 1. Inayatu Dzil Izzati
2. Ruzaina
3. Alla Khairi
4. Hubaib Shidiqi

Pendidikan:
- SDN Kebondalem Kidul I, Prambanan Klaten, 1972
- Pondok Pesantren Walisongo, Ngabar Ponorogo, 1973
- Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, 1978
- IAIN Sunan Kalijogo, Yogyakarta ( Fakultas Syari’ah), 1979
- Fakultas Dakwah & Ushuluddin Universitas Islam Madinah Arab Saudi, 1983
Judul Skripsi “ Mauqif Al-Yahud Min Islam Al Anshar”
- Program Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah Arab Saudi, jurusan Aqidah, 1987
Judul Skripsi “ Al Bathiniyyaun Fi Indonesia,”Ardh wa Dirosah”
- Program Doktor Pasca Sarjana Universitas Islam Medina, Arab Saudi, Fakultas Dakwah & Ushuludiin, Jurusan Aqidah, 1992
Judul Diskripsi “Nawayidh lir Rawafidh Lil Barzanji, Tahqiq wa Dirosah”

Pekerjaan:
1. Dosen Pasca Sarjana Magister Studi Islam, UMJ
2. Dosen Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum, UMJ
3. Dosen Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dosen Fakultas Ushuluddin (Program Khusus) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Dosen Pasca Sarjana Universitas Asy-Syafi’iyah, Jakarta
6. Ketua LP2SI (Lembaga Pelayanan Pesantren dan Studi Islam) Yayasan Al-Haramain, Jakarta
7. Dewan Redaksi Jurnal “Ma’rifah”
8. Ketua Forum Dakwah Indonesia

Organisasi:
- Anggota PII, 1973
- Andalan Koordinator Pramuka Gontor bidang kesekretariatan, 1977 – 1978
- Training HMI IAIN Yogyakarta, 1979
- Sekretaris MIP PPI Madinah, Arab Saudi, 1981 – 1983
- Ketua PPI Arab Saudi, 1983 – 1985
- Peneliti LKFKH (Lembaga Kajian Fiqh dan Hukum) Al Khairot
- Anggota Pengurus badan Wakaf Pondok Modern Gontor, 1999

Seminar dan Karya Ilmiah:
1. Menghadiri undangan MASG di IIlinois, AS, 1994 (Menyampaikan prasaran)
2. Menghadiri undangan International Islamic Student Organisation di Istambul, Turki, 1996
3. Seminar Internasional madrasah wak Tanjung Al-Islamiyyah, Singapore, 1998 (Menyampaikan makalah).
4. Menghadiri undangan Seminar International dari Moslem Association of Britain di Manchester dan London.
5. Seminar mahasiswa Indonesia di Malaysia, 1999 (Menyampaikan makalah).
6. Seminar Internasional dari LIPIA dari Universitas Imam Muhammad bin Saud Riyadh, di Jakarta (Menyampaikan makalah), 1999 bersama KH. Irfan Zidny, MA, Prof.Ismail Sunni dan KH. Abdullah Syukri Zarkasi, MA.
7. Menghadiri seminar Internasional di Universitas Ibnu Khaldun, Bogor, bekerjasama dengan Universitas Imam Muhammad Saud, Jakarta 1999.
8. Menghadiri undangan festival nasional dan seminar internasional Janadriyah, Riyad, Arab Saudi (tahun 2000) bersama Prof. Dr. Nurcholis Madjid dan Prof. Dr. Amien Rais.
9. Menghadiri undangan seminar Perkembangan Islam di Eropa dari Islamiska Forbundet I Sverige, Stockholm, Swedia.
10. Berbagai seminar di dalam negeri
11. Membimbing dan menguji tesis master mahasiswa pasca sarjana Universitas Muhammadiyah dan IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Kata Pengantar buku-buku terjemahan:
• Prinsip-prinsip Islam untuk kehidupan oleh Prof. Sholeh Shawi
• Ensiklopedi Figh wanita oleh Prof. Abdul Karim Zaid (cetakan Rabbani Pres)
• Pengantar studi Islam oleh Ust. Prof. Yusuf Al Qordhowi (cetakan Al-Kautsar)
• As-Sunnah sebagai sumber ilmu dan kebudayaan oleh Ust. Prof. Yusuf Al Qordhowi (cetakan Al-Kautsar)
• Fitnah Kubro, klarifikasi sikap para sahabat oleh Prof. Amhazun (cetakan Al-Haramain)
• Kajian atas kajian Hadits Misogini (dalam buku Feminisme)
• Tadabbur Surah Al Kahfi (dalam bulletin Tafakkur)
• Tadabbur Surah Yasin (dalam bulletin Tafakur)
• Editor terjemah tafsir Ibnu Katsir
• Menulis rubrik HIKMAH di harian REPUBLIKA
• Beberapa makalah diseminar-seminar
• Tajdid sebagai sebuah harakah (jurnal Ma’rifah)
• Revivalisme Islam dan Fundamentalisme sekuler dalam sorotan sejarah (dalam buku menggugat gerakan pembaharuan Islam)
• Inklusivisme Islam dalam literatur klasik (dalam jurnal Profetika)

Alamat :
Jl. H. Rijin No. 196, Jati Makmur, Pondok Gede, Bekasi

Kantor Pusat PKS
Gedung Dakwah Keadilan
Jl. Mampang Prapatan Raya No 98 D-E-F
Jakarta - Indonesia
Telp +62-21-7995425
Fax +62-21-7995433



Dr HM Hidayat Nur Wahid, MA

Kedepankan Moral dan Dakwah


Ia politisi, uztad dan cendekiawan yang bergaya lembut serta menge-depankan moral dan dakwah. Sosoknya semakin dikenal masyarakat luas setelah ia menjabat Presiden Partai Keadilan (PK), kemudian menjadi Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai ini memperoleh suara signifikan dalam Pemilu 2004 yang mengantarkannya menjadi Ketua MPR 2004-2009. Kepemimpinnya memberi warna tersendiri dalam peta perpolitikan nasional.

Setelah terpilih menjadi Ketua MPR, dia pun mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum DPP PKS, 11 Oktober 2004. Majelis Surya DPP PKS memilih Tifatul Sembiring menggantikannya sampai akhir periode (2001-2005).



Sudah menjadi komitmen partainya, setiap kader tidak pantas merangkap jabatan di partai manakala dipercaya menjabat di lembaga kenegaraan dan pemerintahan (publik). Hal ini untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan jabatan. Sekaligus untuk dapat memusatkan diri pada jabatan di lembaga kenegaraan tersebut.



Dosen Pasca Sarjana UAIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini tidak pernah bercita-cita jadi politisi. Namun setelah memasuki kegiatan politik praktis namanya melejit, bahkan dalam berbagai poling sebelum Pemilu 2004 namanya berada di peringkat atas sebagai salah seorang calon Presiden atau Wakil Presiden. Namun dia mampu menahan diri, tidak bersedia dicalonkan dalam perebutan kursi presiden kendati PKS dengan perolehan suara 7 persen lebih dalam Pemilu Legislatif berhak mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden. Dia menyatakan akan bersedia dicalonkan jika PKS memperoleh 20 persen suara Pemilu Legislatif.



Pada Pemilu Presiden putaran pertama PKS mendukung Capres-Cawapres Amien Rais-Siswono. Lalu karena Amien-Siswono tidak lolos ke putaran kedua, PKS mendukung Capres-Cawapres Susilo BY dan Jusuf Kalla dalam Pilpres putaran kedua. Dukungan PKS ini sangat signifikan menentukan kemenangan pasangan ini.

Kemudian partai-partai pendukung SBY-Kalla plus PPP (keluar dari Koalisi Kebangsaan) yang bergabung di legislatif dengan sebutan populer Koalisi Kerakyatan mencalonkannya menjadi Ketua MPR. Hidayat Nur Wahid sebagai Calon Paket B (Koalisi Kerakyatan) ini terpilih menjadi Ketua MPR RI 2004-2009 dengan meraih 326 suara, unggul dua suara dari Sucipto Calon Paket A (Koalisi Kebangsaan) yang meraih 324 suara, dan 3 suara abstain serta 10 suara tidak sah. Pemilihan berlangsung demokratis dalam Sidang Paripurna V MPR di Gedung MPR, Senayan, Jakarta 6 Oktober 2004.
Koalisi Kerakyatan mencalonkan Paket B yakni Hidayat Nur Wahid dari F-PKS sebagai calon ketua dan AM Fatwa dari Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN), serta dua dari unsur Dewan Perwakilan Daerah (DPD) BRAy Mooryati Sudibyo dari DKI Jakarta dan Aksa Mahmud dari Sulawesi Selatan masing-masing sebagai calon wakil ketua. Sedangkan Koalisi Kebangsaan mencalonkan Paket A yakni Sucipto dari Fraksi PDI Perjuangan sebagai calon ketua, kemudian Theo L. Sambuaga dari Fraksi Partai Golkar dan dua unsur DPD Sarwono Kusumaatmaja dari DKI Jakarta dan Aida Ismet Nasution dari Kepulauan Riau, masing-masing sebagai calon wakil ketua.
Kepemimpinan di PKS

Dalam memimpin PKS, ia bertekad menjadikan partai ini merupakan solusi bagi permasa-lahan bangsa. Dalam wawancara dengan Wartawan TokohIndonesia DotCom, ia mengatakan, partainya tidak semata-mata ingin ikut dan memenangkan Pemilu, melainkan kehadiran PKS harus merupakan solusi bagi permasalahan bangsa. (Baca Wawancara)

PKS datang sebagai bagian dari solusi. Caranya adalah dengan tidak menjalankan politik kotor, menghalalkan segala cara, politik yang menolerir korupsi. Maka, kalau ada tokoh yang mempunyai massa besar tapi moralitas Islamnya bermasalah, tidak mempunyai tempat di PK (PKS). Partai ini lebih memilih menjadi partai yang kecil tapi signifikan ketimbang harus merusak citra Islam hanya dengan dalih vote getter.

Begitu pula dalam memilih koalisi. PKS membuka diri untuk bekerja sama dengan beragam partai yang tetap berkomitmen dengan politik yang bersih, peduli, bermoral dan berpegang pada cita-cita reformasi.

Bagi PKS, dalam berpolitik keberkahan adalah hal yang utama. Kemenangan bukan tujuan PKS. ”Itulah sebabnya kalau bukan lantaran pertolongan Allah swt mustahil PK (PKS) bisa melangkah seperti sekarang. Ini semua bagian dari tadbir rabbani (pengaturan Allah),” kata pria kelahiran Klaten 8 April 1960, yang juga aktif dalam gerakan menolak perang dan rencana serangan militer Amerika Serikat ke Irak dan tindakan tidak berperikemanusiaan Israel kepada Palestina.

Ia dalam memimpin PK sangat selektif dalam soal kepemimpinan dan kepengurusan. Namun bukan berarti partai ini eksklusif. Karena menurutnya, soal eksklusif atau tidak itu soal persepsi. Sebab, pada tingkat konstituen, PKS terbuka terhadap siapa pun, termasuk kalangan nonmuslim. Ia mengakui, dengan menyatakan diri sebagai partai Islam, PK (PKS) pernah dianggap eksklusif, bahkan sempat dicap fundamentalis. ”Ya, itu bisa eksklusif jika Islam dipahami sebagai sesuatu yang sangat terbatas dan sangat angker. Tapi itu bisa inklusif jika Islam dipahami sebagai sebuah paradigma,” katanya.

Sebagai sebuah paradigma, jelasnya, Islam sedikitnya meliputi empat hal. Pertama, al-islam itu sendiri, yakni penyerahan diri kepada Allah Sang Pencipta. Kedua, al-silm, yang berarti kedamaian. Ketiga, al-salam, artinya kesejahteraan. Keempat, al-salamah, yang artinya keamanan atau keselamatan.

Itulah nilai-nilai Islam yang berlaku universal. Tapi, menurut-nya, yang terpenting memang perilaku kader PK itu sendiri. Apakah mereka bisa bekerjasama secara konstruktif dengan pihak-pihak lain atau tidak. ”Sejauh yang kami lihat, kawan-kawan PK, termasuk yang ada di lembaga perwakilan, umumnya bisa bekerja-sama dengan pihak lain dalam membela kebenaran,” kata alumnus Universitas Islam Madinah ini.

Dalam rangka memperluas dukungan, pihaknya tidak begitu saja mau menerima orang. Menurutnya, kalau ada organisasi yang begitu saja mudah menerima orang-orang yang biasa disebut ‘kutu loncat’ itu lantaran ia punya massa atau sumber daya dana yang besar, maka itu menunjukkan bahwa organisasi itu gagal dalam kaderisasi dan soliditasnya, apalagi untuk tingkat elit. Dan pada gilirannya organisasi itu akan menjadi mandul.

Dalam sebuah partai, menurut-nya, ada dua hal yakni massa dan pemimpin. Sama halnya dengan dakwah, kalau partai ini dipimpin oleh orang yang punya massa banyak tapi secara moral bermasa-lah, misalnya berperilaku maling, maka kita bukan lagi sedang men-jalankan Islam tapi malah menipu masyarakat dan perpolitikan kita.

Ia menegaskan bahwa partainya tidak mau seperti itu. Karena pada hakekatnya politik PKS adalah politik Islam yang asasnya Islam dan visinya dakwah dan pelayanan.
Karena itu, PKS tidak perlu memasukkan hal-hal yang syubhat, apalagi yang haram, walaupun hal itu bisa mendatangkan kepuasan. Sebab, menurutnya, kalau itu dilakukan juga, maka yakinlah bahwa umur dakwah ini akan sangat pendek. Sebentar saja akan muncul berbagai konflik yang luar biasa, fitnah yang tidak karuan yang pada akhirnya akan mematikan dakwah.

Dalam bekerjasama dengan pihak lain, prinsipnya, PKS tidak pernah memetakan pihak lain dalam posisi yang selalu benar atau selalu salah. Meski demikian PKS selalu melihatnya secara kritis. Karena itu, katanya, PKS tidak pernah pilih-pilih untuk bekerja sama, selama itu menyangkut kemaslahatan dan membela kebenaran. Sebaliknya, PKS akan selalu tegas menolak, jika itu menyangkut kemudaratan atau upaya mengaburkan kebenaran.

Selama kepemimpinannya, PKS selalu tampil simpatik dalam menyikapi berbagai masalah dalam negeri maupun dunia. Termasuk dalam menyikapi konflik antara orang Islam dan non Islam seperti di Maluku, PKS tidak bersikap reaktif seperti Laskar Jihad. Juga dalam menyikapi ancaman perang yang dilancarkan AS ke Irak. PKS melakukan demo besar-besaran, tetapi sangat tertib dan simpatik. Hal ini didasari pemahaman kader partai ini tentang Islam.

“Pemahaman ini menjadi landasan etis bagi kami dalam menyikapi suatu peristiwa dan melakukan dakwah. Di satu sisi, kami memang mencoba memahami bahwa gerakan-gerakan seperti itu merupakan akibat dari akumulasi kekecewaan terhadap kelambanan pemerintah menangani berbagai kasus. Tapi kami lebih memilih gerakan simpatik. Kami mencoba memberikan kontribusi riil, seperti bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi,” katanya.

Partai ini juga tidak ikut latah membentuk atau menggerakkan pasukan ataupun satgas seperti dilakukan organisasi dan partai lain. Karena, menurutnya, itu urusan negara, jangan memberi peluang masayarakat sipil untuk berperang. Sebab, akibatnya akan lebih kacau. Islam sendiri jelas-jelas melarang segala bentuk pengrusakan. Jangankan pembinasaan terhadap sesama manusia, pengrusakan tempat ibadah agama lain pun tidak diperbolehkan. Kecuali jika tempat tersebut telah beralih fungsi menjadi tempat makar atau tempat maksiat. Itu pun yang melakukannya tetap harus negara, bukan rakyat sipil.

Partai ini lebih memilih mempunyai kepanduan daripada laskar atau satgas. Pandu ini berpakaian biasa, sikapnya pun ramah-tamah. Sebab, ia juga berpandangan bahwa soal keamanan dan ketertiban adalah tugas aparat negara, yakni tentara dan polisi. Maka yang perlu didorong adalah agar tentara dan polisi harus profesional. Tidak perlu ikut merambah ke bidang-bidang lain, misalnya lewat dwifungsi.

Penuh Tawakal
Ia tak pernah menargetkan atau memprogramkan mau jadi apapun, termasuk menjadi ketua partai. Ia mengaku menjalani hidup mengalir begitu saja dengan penuh tawakal. ”Dan Alhamdulillah, hidup saya berjalan dengan lancar,” katanya. Sepanjang pengalaman pribadinya, ia merasa Allah membimbing dan memberikan yang terbaik buatnya. Ini yang membuatnya semakin yakin bahwa Allah itu Mahabijak, Mahakuasa dan takdir itu memang ada.

Termasuk memilih sekolah setelah lulus SD. Ia sendiri tidak pernah berpikir, berangan-angan untuk masuk ke Pondok Pesantren Darussalam Gontor. Ia dimasukkan ayahnya ke Gontor karena banyak saudaranya yang sekolah di sana. Dan, Alhamdulillah, selama mengenyam pendidikan di Gontor, ia selalu ranking pertama atau kedua.
Kemudian ia melanjutkan studi ke Madinah. Sama seperti masuknya ke Gontor, ia pun tidak pernah berpikir untuk kuliah di luar negeri, Timur Tengah atau Madinah. Ia justru berkeinginan masuk ke Fakultas Kedokteran UGM yang memang menjadi favorit bagi anak-anak seusianya di SMA.

Tapi sewaktu ia lulus, ia dipanggil kyai dan diberi ijazah, ada seorang kawan yang bilang bahwa mubadzir kalau ijazah dari Gontor hanya untuk meneruskan studi di dalam negeri. Lalu si kawan itu mengusahakan agar ia sekolah ke luar negeri. Akhirnya ia kuliah di Universitas Islam Madinah. Padahal sampai saat itu ia belum punya keinginan untuk ke luar negeri. Tidak tanggung-tanggung, selama 13 tahun, suami Hj Kastrian Indriawati yang telah dikaruniai dua orang putri dan empat orang putra itu menimba ilmu keislaman di bumi tempat Rasullulah SAW dimakamkan.

Setelah selesai S-1, ia pun tidak terpikir untuk melanjutkan ke S-2. Tapi tiba-tiba namanya masuk nominasi untuk ikut ujian S-2. Hari itu ia dapat informasi dari orang lain dan hari itu juga ia harus menempuh ujiannya. Dan tenyata alhamdulillah lulus.
Ketika masuk S-3 pun ia tidak punya niat sama sekali. Dosen pembimbingnya yang agak memaksa supaya ia mengambil peluang S-3 yang diberikannya. Padahal waktu itu, ia sudah ngotot untuk pulang ke Indonesia untuk berdakwah. Sepulang dari tanah suci, ia aktif dalam berbagai kegiatan dakwah sebelum terjun di dunia politik tahun 1999.

”Begitulah hidup saya bergulir tanpa terencana sampai akhirnya hampir tiga belas tahun saya tinggal di Madinah. Ketika bikin partai pun saya tidak pernah terpikir sama sekali sebelumnya. Pokoknya mengalir begitu saja,”kata politisi yang bercita-cita jadi penulis itu.

Kesibukannya di partai tentu menyita waktu yang biasanya ia gunakan untuk keluarga. Tapi ia merasa diuntungkan oleh keluarganya. ”Istri saya adalah tamatan Mu’allimat Yogya yang mantan aktivis organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah di tingkat nasional. Sehingga sedikit banyak manajemen keluarga kami bisa lebih teratur,” kata pria yang sebelumnya tidak pernah bercita-cita menjadi politisi ini.

Tapi meski begitu, ia berusaha berlaku adil karena bagaimana pun segala sesuatu punya hak, apalagi keluarga. ”Dan insya Allah saya akan tetap berkomitmen untuk membina keluarga serta di sisi lain mengurus dakwah di partai, karena keduanya merupakan hal yang saling melengkapi bukan saling menafikan,” katanya, lalu menjelaskan mengapa ia memilih tinggal dekat dengan Islamic Centre Iqro. Tak lain adalah agar kontrol terhadap anak-anak juga berlangsung lebih baik karena lingkungan itu memang sudah cukup terkondisikan dengan baik.

Pemuka Agama
Latarbelakang kehidupan keluarganya juga sangat mempengaruhi perjalanan hidupnya. Di kampung kelahirannya, keluarganya memang termasuk keluarga pemuka agama. Kakeknya bahkan merupakan tokoh Muhammadiyah di Prambanan. Ayahnya, sekalipun berlatar NU, juga pengurus Muhammadiyah, dan ibunya aktivis Aisyiah.
Namun, ayah dan ibunya tidak pernah secara khusus memaksakan-nya untuk masuk Muhammadiyah. Malah ia aktif di Yayasan Alumni Timur Tengah yang banyak orang NU-nya. Jadi kini ia Muhammadiyah juga NU.

Ia memang tumbuh dalam keluarga yang aktif berorganisasi. Mungkin karena itu, di Pesantren Modern Gontor, di samping menjadi pengurus OSIS, Hidayat pun anggota PII (Pelajar Islam Indonesia). Ketika melanjutkan sekolah di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi, ia pun sempat menjadi ketua perhimpunan mahasiswa asal Indonesia. Dan ia terpaksa berurusan dengan KBRI setempat, karena ia mempersoalkan “Asas Tunggal” dan Penataran P-4.

Selain itu, latar belakang keluarga besarnya juga kebanyakan guru. Karenanya sejak kecil, ia sudah terbiasa dengan lingkungan buku. Sejak kecil ia sudah terbiasa mengkhatamkan novel silat Ko Ping Ho dan komik-komik Jawa. Hikmahnya, ia jadi punya hobi membaca.

Hingga sekarang, ia tetap membiasakan diri membaca. ”Untuk sekarang karena terlalu sibuk tidak penting berapa banyak yang saya baca dalam sehari, yang jelas setiap hari harus ada buku yang saya baca,” katanya.

Ia sering menerima tamu di perpustakaan pribadinya yang berada di lantai dua rumahnya. Dosen Pasca Sarjana di Universitas Muhammadiyah Jakarta dan IAIN Syarif Hidayatullah ini memang tergolong kutu buku. Ada sekitar lima lemari besar penuh buku di ruang perpustakaannya, baik yang berbahasa Arab maupun berbahasa Indonesia. Sebagian besar merupakan ‘oleh-oleh’ dari studinya di Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia, yang ia tempuh dari jenjang sarjana (S-1) hingga doktor (S-3).

Pimpin Partai
Ia terpilih jadi Presiden Partai Keadilan (PK) dalam Munas I menggantikan Dr.Ir. H. Nur Mahmudi Ismail, MSc yang memilih mundur untuk tetap sebagai PNS. Pemilihan itu berlangsung lancar dan dalam suasana yang sejuk. Tidak seperti pemilihan ketua beberapa partai yang berlangsung panas dan penuh intrik.

Sejak awal Munas nama Hidayat memang sudah masuk dalam daftar nominasi. Maka tidak mengherankan bila dalam sidang Majelis Syuro PK ia terpilih dengan mengantongi suara lebih dari 50% pemilih. Meski demikian, tak nampak eskpresi kemenangan yang terpancar di wajahnya begitu ia dinyatakan sebagai Presiden PK terpilih ketika itu.

Di kalangan PK sendiri, ia disegani. Ia, dalam “embrio” PK, adalah Ketua Dewan Pendiri. Waktu partai itu akan dideklarasikan, ia sebenarnya nyaris didaulat untuk menduduki kursi presiden partai. Namun, ia menolak. Karena dia merasa belum saatnya menduduki posisi itu. Namun, dalam kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat PK sebelumnya, ustad ini tak dapat menolak permintaan untuk menjadi Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) sekaligus Ketua Dewan Syura – jabatan yang berada di atas jabatan presiden.

Ia mengaku tidak pernah bermimpi akan dipilih oleh rekan-rekan untuk menjadi Presiden PK. Karena itu, ia tidak mempunyai perasaan gembira (berlebihan) atas terpilihnya menjadi Presiden PK. Baginya, ini adalah amanat yang sangat berat. Dan amanat ini bukan hanya harus ia pertanggungjawabkan pada Munas PK (PKS), tetapi juga kepada masyarakat Indonesia serta di hadapan Allah swt.

Karena itu, kepada para aktivis dan simpatisan PK saat itu, ia berharap agar dibantu dan didoakan untuk dapat menjalankan amanat itu dengan baik, yang segera diaminkan para peserta Munas. Pada keesokan harinya, usai shalat shubuh di Masjid Al Qalam Kompleks Islamic Center “Iqro” Pondok Gede, seorang ustadz memimpin doa bersama agar Allah memberikan bimbingan dan pertolongan kepadanya untuk memimpin PK.

Suasananya ketika itu begitu haru. Sehingga matanya tampak berkaca-kaca, lalu terdengar isak tangisnya mengiringi lantunan doa yang mengalir khusyu’ itu. Usai berdoa seluruh jamaah merangkulnya bergantian, sebagai pertanda dukungan kepadanya. Kali ini suasana sudah berganti dengan kehangatan dan keakraban.

Tantangan Berat
Dalam sambutan saat jumpa pers setelah terpilih menjadi Presiden PK, ia pun kembali mengatakan bahwa jabatan itu merupakan amanah yang tidak ringan. Kalau boleh dikatakan, tantangan yang terberat. Ia merinci tantangan dimaksud.
Pertama, masalah pencitraan. Ini suatu hal yang sangat penting. Sebab kadang-kadang orang hanya dari citra saja sudah mengambil sikap. PK misalnya dicitrakan sebagai partainya anak muda, partainya orang-orang yang tidak merokok atau juga partainya orang yang berjilbab.

Pencitraan ini di satu sisi positif yakni segmentasi di dalam PK menjadi jelas. Tapi kemudian dalam konteks dakwah ini menjadi tidak tepat, sebab dasar dakwah ialah Yaa ayyuhannaas, berlaku kepada seluruh segmen masyarakat, apapun kondisi mereka. Tapi pencitraan tadi akhirnya menghambat pelebaran dakwah, sebab nilai-nilai dakwah PK seolah-olah terkungkung hanya pada segmen yang terbatas. ”Ini harus kita atasi,” tegasnya.

Kedua, seperti tergambar dari pandangan DPW-DPW dan utusan luar negeri, yakni faktor konsolidasi internal. Memang banyak pihak yang menilai sangat positif. Misalnya ketika saya ke Riyadh bersama Profesor Nurcholish Madjid, dia ditanya tentang PK. Kemudian beliau menjawab dengan mengambil pendapat dari pandangan Prof. Miriam Budiardjo bahwa PK itu partai orang-orang terpelajar. Tapi sesungguhnya kami sendiri melihat bahwa masih banyak celah yang harus kami konsolidasikan lagi.

Ketiga adalah faktor sosialisasi dan komunikasi massa. Banyak orang yang menilai bahwa setelah Pak Nur jadi menteri seolah-olah PK tiarap. Padahal tidak begitu. Karenanya kami harus menjalin lagi komunikasi yang lebih baik dengan kawan-kawan pers dan siapapun yang punya akses massa.

Keempat, bagaimanapun juga karena kami sudah terjun dalam kancah partai politik, orang tidak lagi memaklumi hal-hal yang riil. Mereka menuntut bahwa partai ini harus besar. Padahal PK ini baru sama sekali. Tentu saja ini merupakan satu masalah sehingga ke depan kami harus melakukan pengkaderan yang masif dan terus-menerus. Targetnya sampai nilai-nilai dakwah menjadi dominan di masyarakat.

Seperti yang sering ia katakan, “Bahkan seandainya Anda tidak masuk ke PK (PKS) sekalipun, tapi Anda mendukung, menegakkan dan melaksanakan keadilan, yang itu berarti Anda mengamalkan Islam, maka Anda sesungguhnya sudah menjadi bagian dari kami.”

Tapi tentu saja agar nilai-nilai itu bisa semakin luas, maka mau tidak mau yang memperjuangkannya harus semakin banyak. Komitmen ini sudah dimulai. Begitu Munas selesai bagian kaderisasi langsung berkumpul dengan seluruh jajarannya untuk melakukan kegiatan pengkaderan. Sehingga ada ungkapan, “Munas selesai, kegiatan kaderisasi jalan terus.”

Kelima, adalah masalah finansial. Bagaimanapun kegiatan partai adalah massal dan harus terprogram secara profesional. Untuk itu kami harus memikirkan bagaimana agar bisa memiliki sumber finansial yang mandiri. Meski begitu sejak awal kami punya keyakinan bahwa aktivitas ini juga adalah aktivitas dakwah yang kewajibannya bersifat individual, sehingga para individu itu juga berkewajiban membiayai dakwah ini.

Semangat Dakwah
Perihal latarbelakang atau tradisi politik yang dijalankan PK, menurutnya, pada tingkat tertentu Cak Nur benar ketika menilai PK dalam buku ‘Tujuh Mesin Pendulang Suara’. ”Tradisi yang kami jalani itu sangat terkait dengan latar belakang kami yang relatif seragam secara pemikiran yakni pemikiran yang mengacu kepada semangat dakwah meskipun dari segi pendidikan kami sangat beragam sekali, ada yang dari Barat, Timur Tengah dan lain-lain.”

Partai ini diuntungkan oleh keadaan beberapa anggota yang kebanyakan adalah orang yang memiliki kafaah, kompetensi syariah yang memadai. Banyak dari mereka yang tamat S3 dari Mesir, Saudi, Pakistan, Malaysia, Eropa, Amerika dan Jepang, sehingga mereka memiliki kemampuan untuk merujuk secara mendalam kepada literatur-literatur klasik pemikiran Islam, termasuk pemikiran politik.

Mereka juga banyak menyerap berbagai pemikiran politik dari berbagai gerakan Islam kontemporer seperti Ikhwanul Muslimun, Salafiyyah, Refah, Jama’at Islami, PAS, Masyumi dan lain-lain. “Selama ini ummat Islam seolah-olah hanya memiliki rujukan politik kontemporer dari Barat saja yang diakui sudah banyak gagal dan tercemar. Padahal kalau kita merujuk kepada Qur’an dan Sirah Rasulullah secara luas dan mendalam, kita memiliki rujukan yang komprehensif,” katanya.

Maka ia sangat optimis, PK yang kini berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akan memperoleh kenaikan suara yang signifikan pada Pemilu 2004, yakni 10%. Partai yang sempat diisukan akan bergabung dengan Partai Amanat Nasional (PAN) ini menampakkan sosok yang berbeda dengan beberapa organisasi dalam mengonsolidasi diri. Hal ini, antara lain, terlihat dari beberapa kali aktivitasnya dalam demonstrasi yang selalu berlangsung damai dan tertib kendati dihadiri ratusan ribu orang.

Perihal kemungkinan kerjasama dengan partai lain, ia mengatakan seperti tergambar dalam gagasan keadilan yang disebutkan Qur’an surat al-Maidah ayat 8, semangat pembelaan kebenaran harus diberlakukan dengan non Islam sekalipun. Maka, katanya, dalam konteks hubungan kami dengan di luar PKS, selama mereka bisa sesuai dengan visi PKS maka tidak masalah kita bekerjasama.

Begitu pula tentang kemungkinan bergabung dengan sesama partai Islam, ia berpegang pada komitmen bahwa PKS adalah partai yang berusaha mengutamakan wihdatul ummah (persatuan ummat). ”Makanya kami setuju dengan ide satu partai saja untuk ummat Islam. Tapi pada saat yang sama kita juga harus realistis dalam memandang Islam itu sendiri sebab Islam itu tidaklah menafikan kelompok yang banyak,” ujarnya.

Innaa Kholaqnaakum min dzakarin wa untsaa waja’alnaakum syu’uuban wa qobaailan lita’aarafuu. Biarkanlah kemajemukan itu tetap ada, tapi itu semua tidak didikotomikan melainkan disinergikan untuk mencapai ketakwaan. Innaa akramakum ‘indallaahi atqokum.

Dalam hal ini, bersatunya ummat Islam dalam satu partai tidak menjamin kemenangannya. Lihat saja pada masa Orde Baru PPP selalu kalah. Jadi, katanya, logika bersatu adalah menang untuk konteks partai politik tidak selalu benar.

Namun, menurutnya, jangan menganalogikan banyaknya partai Islam itu seperti sekoci-sekoci kecil yang tidak bisa saling bersinergi. Melainkan, ia menganalogikannya sebagai semut-semut kecil yang bisa bekerja sama membangun sinergi. Dengan begitu, katanya, PKS justru tetap menjadikan persatuan ummat sebagai muatan ideologinya.
Perihal pertimbangan yang paling signifikan bergabungnya PK dengan PAN dalam Fraksi Reformasi, karena pada saat itu dalam upaya menegakkan visi reformasi dan demokrasi dengan meminimalisasikan peran militer di DPR.

“Kita kan tahu pimpinan DPR diberikan kepada lima fraksi terbesar. Sementara saat itu urutan kelima adalah Fraksi TNI/Polri dengan 38 kursi, di atas PAN yang cuma 34 kursi dan menempati urutan keenam. Maka kalau kami yang memiliki 7 kursi bergabung dengan PAN berarti suaranya bisa mencapai 41. Ini sudah cukup untuk menggeser posisi TNI/Polri sehingga peran mereka pun semakin kecil, yakni dengan tidak menjadi pimpinan DPR. Akhirnya yang jadi wakil ketua DPR kan Pak AM Fatwa,” jelasnya.

Sementara, mengenai adanya tadzkirah (peringatan) pada saat Munas bagi para kader PK supaya tidak larut ketika berinteraksi dengan masyarakat, ia menjelaskan bahwa tadzkirah itu bermanfaat untuk orang mu’min. Fainnadz dzikra tanfa’ul mu’minin.

Meski begitu, bukan berarti tadzkirah itu terkait dengan keadaan, tapi bisa merupakan tindakan preventif. ”Kami sadar PK adalah kumpulan manusia yang tidak selalu benar. Sehingga taushiyyah semacam itu tetap kami perlukan. Jangan dikira pendukung PK itu sama semua tingkat keimanannya,” katanya.

”Dalam hal ini ada kaidah yang disampaikan Sayid Qutub bahwa generasi Qur’an salah satu cirinya adalah yakhtalituun walakin yatamaayazzuun, mereka berinteraksi dengan masyarakat tapi mereka tidak larut dengan berbagai kebiasaan buruk masyarakat. Bahkan mereka muncul cemerlang dan berbeda di tengah masyarakat dalam hal sikap dan penampilannya yakni selalu berpegang dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran,” jelas pengajar dan pengurus Yayasan Lembaga Pelayanan Pesantren dan Studi Islam Al Haramain ini.

Aktivitasnya di yayasan tersebut tidak ditinggalkan kendati ia sudah sangat sibuk di partai. ”Karena Al Haramain sudah menjadi bagian dari jati diri saya, yakni yang terkait dengan studi Islam dan pelayanan terhadap pesantren,” katanya. Bahkan mungkin pola Al Haramain itulah yang menjadi pola kepemimpinannya sebagai Presiden PK dan Ketua Umum PKS. Artinya kepeduliannya terhadap studi Islam, pendidikan dan pesantren diharapkan menjadi bagian dari aktivitas politiknya. “Karena toh tidak ada bedanya, ini kan sama-sama dakwah juga,” ujarnya.


Bidan PK
Memang banyak orang yang menganggap bahwa lahirnya PK itu dibidani oleh Yayasan Al Haramain dan Sidik (Studi dan Informasi untuk Dunia Islam Kontemporer). Menurutnya, hal itu memang tidak bisa dibantah sekalipun tidak mutlak begitu.
Namun, sebetulnya PK bukan didirikan oleh lembaga-lembaga itu tapi oleh orang-orang yang berkiprah di dalamnya. Bahkan bukan hanya oleh orang-orang dari dua organisasi itu tapi oleh beberapa organisasi lainnya lagi yakni ISTEC.

Kalau boleh diformulasikan yang dari Al Haramain adalah para alumni Timur Tengah, yang dari ISTEC adalah para alumni dari Barat dan yang dari Sidik adalah para aktivis dakwah dari Indonesia. Ada juga dari lembaga pendidikan Nurul Fikri dan Yayasan Ibu Harapan pimpinan Ibu Yoyoh Yusroh. Perpaduan ini terlihat sangat manis dan sinergis, meskipun lembaga-lembaga itu tidak menjadi underbouw PK. Mereka tetap independen.

Al Haramain sebagai cikal bakal PK pernah menerbitkan jurnal Ma’rifah sebagai counter terhadap pemikiran pembaharuan Nurcholish Madjid (Cak Nur) dengan jurnal Ulumul Quran-nya. Namun saat ini antara aktivis PK dan Cak Nur kelihatan sudah berbaik-baikan, terlihat dari dukungan Cak Nur terhadap PK (PKS).

Menurutnya, memang dulu terjadi polemik yang tajam mengenai pemikiran Islam antara kedua jurnal yang sekarang sudah sama-sama almarhum itu. Tapi apa yang berlaku pada mereka hingga saat ini pun tidak berubah seperti yang menjadi sikap mereka dalam jurnal Ma’rifah itu. Apalagi, katanya, sekarang ini tidak ada lagi wacana yang meng-angkat ide-ide kontroversial dari kalangan pembaharuan pemikiran Islam, khususnya Cak Nur.

Ramah dan Sederhana
Lelaki 40 tahunan ini tak ber-ubah dari watak aslinya meski ber-ada di pucuk pimpinan partai. Pria yang dikenal berpenampilan sederha-na dan ramah, ini masih saja ikut bermain sepak bola bersama masya-rakat di sekitar tempat tinggalnya. Tidak satu atau dua kali saja tetapi menjadi kegiatan rutin. Ia kelihatan sangat menikmati sepak bola itu. Sehingga setiap hari Ahad pagi, bila berada di rumah, nyaris tidak pernah dilewatkan untuk bermain bola dengan anak-anak muda di kawasan tempat tinggalnya, Komplek Iqro’, Jatimakmur Pondok Gede. Usia yang terpaut puluhan dengan pemain lainnya tidak menyebabkannya canggung.

“Ini murni olahraga, tidak ada kaitannya dengan usaha merekrut orang menjadi anggota PKS. Namun kalau mereka akhirnya tertarik ya syukur, ha.. ha.. ha..,” guraunya ketika diolok bakal mempolitisasi olahraga. Baginya, olahraga tidak sekedar kegiatan fisik belaka. “Tapi bagian dari sunnah, yakni menjaga kesehatan fisik. Nabi saja tangguh dalam berkuda, memanah dan gulat,” katanya.

Motivasi itulah yang menyebab-kannya tidak pernah lepas dari olaharaga. Karenanya ia menganjur-kan setiap muslim membiasakan diri rutin berolahraga, apapun bentuk-nya. “Kebetulan hobi saya sepak-bola, jadi olahraganya main sepak bola,” katanya. Saat kuliah di Madi-nah pun ia tetap main sepak bola.

Selain sepak bola ia juga rutin bermain bulutangkis. Setiap Selasa pagi nyaris tidak pernah dilewat-kan untuk bermain bulutangkis bersama jamaah masjid Al Qalam Pondok Gede. Mereka menyewa gedung serba guna secara patungan. Ia masih kuat main selama lima set non stop.

Menurutnya, dengan rutin berolahraga stamina kerja seseorang menjadi meningkat. “Sebab aliran darah ke seluruh tubuh menjadi lancar.” Ia merasakan olahraga semakin penting ketika terjun mengurus partai politik. Karena politik juga memerlukan stamina fisik yang prima.

TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia) baca selanjutnya..